Jemari Refnita (45) begitu lihai saat menyentuh ayat demi ayat timbul pada Al-Quran braile pagi ini. Sesekali ia mengulang bacaannya saat sang guru mengoreksi bacaannya.
Suara lantunan ayat suci Al-Quran begitu merdu terdengar menggema di Aula Rumah Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sumut, Kamis (6/3/2025).
Di sela membaca Al-Quran, sesekali guru pengajian ini memberikan ceramah tentang kebaikan-kebaikan selama Ramadan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, Refnita merupakan satu dari puluhan anggota Pertuni Sumut yang mengikuti pengajian rutin tiap Kamis. Ia mengaku sudah mengikuti pengajian ini sudah bertahun-tahun.
Ia mengakui bahwa mengikuti pengajian rutin terlebih saat Ramadan membuat hatinya tenang.
"Kami mengaji secara bergilir dan rutin. Ikut pengajian buat hati tenang dan bisa bertemu dengan teman-teman. Semoga Ramadan ini kita jadi lebih baik lagi," ungkap Refnita sambil tersenyum.
Refnita becerita bahwa membaca dengan Al-Quran Braile ini rentan dengan huruf-huruf braile yang rusak lantaran sering diusap dengan jari.
"Karena Al-Qurannya timbul seperti ini kadang ada yang terhapus, enggak jelas yang di situ kesulitan kita," ujarnya.
Hal tersebut juga diakui Ketua DPD Pertuni Sumut Syaiful Bakti Daulay yang menyebut pihaknya mendapat donasi Al-Quran dari beberapa donatur.
Ia pun menyebut Al-Quran Braile ini rentan rusak sehingga dirinya tetap membuka diri apabila ada masyarakat yang ingin berdonasi.
"Kita memang masih butuh karena Al-Quran Braile ini tidak bisa bertahan lama, kadang tulisannya itu terhapus karena tiap hari diraba, bertahan 1 tahun saja sudah lumayan itu," tutur Syaiful.
Syaiful menyebutkan sistem pengajian ini dilakukan secara berkelompok sesuai dengan kemampuan dari masing-masing peserta pengajian. Pengajian dilaksanakan setiap Kamis mulai pukul 10.00-12.00 WIB.
(afb/afb)