Kisah Santri Sepuh Mondok di Ponpes Masjid Agung Payaman Magelang

Kisah Santri Sepuh Mondok di Ponpes Masjid Agung Payaman Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Sabtu, 25 Mar 2023 14:52 WIB
Kegiatan di Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman Magelang, Sabtu (25/3/2023).
Kegiatan di Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman Magelang, Sabtu (25/3/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Suasana berbeda terlihat saat puasa ramadan di Masjid Agung Payaman Magelang. Para lansia laki-laki dan perempuan menjadi santri sepuh.

Pantauan detikJateng, kegiatan di pondok pesantren sepuh putri Masjid Agung Payaman Magelang terlihat berbeda saat bulan suci Ramadan. Jika pada hari-hari biasa, santri sepuh hanya sekitar 50-an, namun saat ramadan mencapai 150-an santri.

Para lansia ini datang dari berbagai daerah untuk nyantri di Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman Magelang. Mereka menjadi santri sejak hari pertama sampai hari ke-20 ramadan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengasuh Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman Magelang, KH Mafatihul Huda mengatakan ponpesnya tahun ini kembali bergeliat setelah tiga tahun saat pandemi kemarin tidak ada kegiatan.

"Alhamdulillah tahun ini kita mengadakan lagi pengajian untuk pondok sepuh, pondok putri Masjid Agung Payaman Magelang. Ini memang pondok yang dikelola oleh masjid. Jadi di antara pengelolaan masjid, ada pondok pesantren sepuh khusus putri yang sudah lansia. Dengan bahasa halus, pondok sepuh. Ya alhamdulillah kali ini sudah hampir 150 peserta," kata Huda di Masjid Agung Payaman Magelang, Sabtu (25/3/2023).

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan, santri sepuh yang mondok tahunan ada sekitar 50 orang. Kemudian, yang mondok saat ramadan ada 100 orang. Kebanyakan santri sepuh itu dari wilayah eks Keresidenan Kedu, ada pula dari daerah lain.

"Yang diajarkan mulai tafsir habis subuh, kemudian fikih. Tasawuf mulai sebelum zuhur, bakda asar hadis, malam nanti tahajud. Jadi hampir setiap lima waktu ada pengajian, baik fikih, tafsir, tasawuf, dan hadis," tutur Huda.

"(Perbedaan dengan pondok lainnya) Ini pondok sepuh. Jadi menekankan ketenangan hati, dan kedisiplinan seperti jemaah, salat bersama, hidup bersama, itu yang ditekankan. Bukan seperti yang ditulis terus dikasih rapor nggak, langsung pada pengamalan dan contoh. Membaca Al-Qur'an dicontohi yang benar, diajari salat yang benar, diajari wudu yang benar," sambung Huda.

Pihaknya menjelaskan, awalnya pesantren putri sepuh, kemudian yang putra tambahan. Untuk putra menginap di rumah tetangga atau warga sekitar.

"Jadi banyak rumah-rumah tetangga yang berubah menjadi sarana pesantren. Rata-rata dari Kedu, Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo. Yang luar Jawa itu malah bukan puasa, tapi tahunan. Kalau puasa itu jaraknya tanggal 1 sampai 20 ramadan itu yang puasanan, kalau yang tahunan ya sepanjang tahun," tutur Huda.

Cerita dari para santri sepuh di halaman selanjutnya.

Salah satu santri sepuh asal Sragen, Agus Maryanto (63), mengaku tahu ada pondok sepuh Payaman Magelang dari melihat berita di televisi.

"Saya terketuk hatinya untuk mengikuti pesantren ramadan di Pondok Sepuh Payaman ini. Teman-teman ada dari Demak, ada dari Jogja, jadi banyak dari perantauan datang ke sini mengisi acara bulan ramadan selama 20 hari," ujar Agus, kakek tujuh cucu itu.

"Sudah tiga hari ini. Apa yang akan saya cari kalau tidak untuk sangu (bekal) untuk akhirat nanti," tuturnya.

Agus mengaku senang bertemu dengan para lansia dari daerah lainnya.

"Kegiatan di sini banyak sekali. Habis buka puasa salat magrib berjemaah, tarawih. Setelah tarawih itu ada kajian masalah Al-Qur'an sampai malam. Setelah jam 9 tadarus Al-Qur'an. Setelah sahur salat subuh berjemaah dan ada kuliah subuh. Setelah kuliah subuh mengikuti kajian, salat duha," papar Agus.

"Sebelum zuhur itu satu jam ada kajian lagi di masjid. Setelah zuhur kegiatan, sebelum asar ada kajian satu jam, setelah asar ada kajian lagi, masalah akidah, dan lain-lain. Baru nanti kita buka puasa kembali," sambung dia.

Santri putri asal Pekanbaru, Sri, mengaku betah mondok di Payaman Magelang.

"Senang, sudah krasan (betah) di sini. Ingin untuk akhirat saja. Pengin cari ilmu," ujar Sri yang sudah 8 bulan mondok, itu.

Santri lain asal Ambarawa, Semarang, Siti Khotijah Mashuri (68) mengatakan suaminya yang sudah meninggal dulu juga mondok di sini.

"Sekarang saya yang meneruskan. Ya sudah lima kali tiap puasa (mondok). Senang banyak teman, tambah ilmu sedikit-sedikit biar di sini ngaji, ngaji terus senang," tuturnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads