Kajian Perencana Ahli Madya Bappeda Kota Pekalongan, Slamet Miftakhudin, mengungkap hasil kajian terkait prediksi tenggelam pada 2035. Sejumlah fakta diungkap terkait prediksi tersebut.
5 Fakta Kota Pekalongan Diprediksi Tenggelam 2035
1. Prediksi Tenggelam 2035
Slamet mengungkap perkiraan di tahun 2035 Kota Pekalongan yang akan tenggelam berada di bawah air.
"Dari hasil permodelan genangan spasial pada tahun 2035, 90 persen, wilayah Kota. Pekalongan akan di bawah air, ya akan tenggelam," katanya dalam seminar yang digelar daring pada Kamis (3/11).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Penurunan Muka Tanah Stadion Hoegeng 11,9 Cm dalam 2 Tahun
Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid mengungkap penurunan muka tanah di salah satu titik yakni Stadion Hoegeng.
"Fenomena rob di Kota Pekalongan ini semakin tinggi dan penurunan muka tanah juga tertinggi turunnya, di mana dalam 2 tahun terakhir 11,9 cm di alat yang dipasang di Stadion Hoegeng. Mudah-mudahan satu persatu masalah di Kota Pekalongan bisa terselesaikan dengan baik," papar Afzan.
3. Area Permukiman Kebanjiran Meningkat 100 Kali Lipat 2035
Slamet mengungkap persentase area perumahan yang terkena dampak banjir di Kota Pekalongan akan meningkat 100 kali lipat.
4. Laju Penurunan Tanah Kota Pekalongan Lebihi Jakarta
Penelitian yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memprediksi Kota Pekalongan bakal tenggelam.
"Dari penelitian yang dilakukan oleh BRIN, Pekalongan mengalami laju penurunan tanah yang cukup tinggi bahkan melebihi Jakarta," kata Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Galdita A. Chulafak dalam seminar yang sama.
Galdita memprediksi laju penurunan tanah bertambah atau berkurang tiap tahunnya. Jika mengambil rata-rata tengah laju penurunan tanah 6 cm/tahun di Pekalongan, hitungan tanpa memperhatikan parameter lain memungkinkan terjadinya penurunan muka tanah hingga 60 cm dalam 10 tahun ke depan.
"Padahal sebagian wilayah Kota Pekalongan sudah ada yang mempunyai elevasi di bawah 0 mdpl. Tinggal kita hitung perkiraan, misalnya elevasi tertinggi adalah 4 mdpl atau 400 cm di atas permukaan laut, dibagi enam, mungkin tenggelam seluruhnya sekitar 66 tahun lagi," ujar dia.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
"Kalau memakai kemungkinan terburuk 11 cm, ya semua wilayah yang elevasi kurang dari 1 meter kira-kira bakal tenggelam 9 tahun lagi jika tidak dilakukan pencegahan.
5. Pemkot Pekalongan Gandeng Pakar Belanda
Pemkot Pekalongan telah melakukan beberapa aksi untuk mencegahnya. Salah satunya melalui Program Blue Deal untuk menangani banjir rob yang terjadi sejak 12 tahun terakhir ini.
Program Blue Deal ini bakal dikerjakan dengan menggandeng komunitas dan lembaga peduli lingkungan.
"Kita kerja sama dengan komunitas dan lembaga penggiat peduli lingkungan dari Program Adaptation Fund Kemitraan, Mercy Corps Indonesia (MCI) dan Earthworm Foundation Indonesia (EFI). Kita juga libatkan tim teknis dari Dutch Water Authority (DWA) atau Dewan Air Belanda untuk membantu percepatan penanganan banjir dan rob dalam bentuk kerja sama Blue Deal," urai Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid.
"Orang Belandanya saya datangkan sekalian ke Pekalongan untuk langsung meninjau dan mudah-mudahan bisa tercapai kerja sama," sambungnya.
Dia menyebut ketika negosiasi kerja sama Blue Deal itu, Dewan Air Belanda banyak memberi masukan dan rekomendasi untuk wilayahnya. Kota Pekalongan disebut memiliki tipikal yang sama dengan Belanda yakni permukaan air laut dan air sungai lebih tinggi dari daratan. Bedanya, Belanda sukses mengatasi banjir rob di wilayahnya.
"Fenomena rob di Kota Pekalongan ini semakin tinggi dan penurunan muka tanah juga tertinggi turunnya, di mana dalam 2 tahun terakhir 11,9 cm di alat yang dipasang di Stadion Hoegeng. Mudah-mudahan satu persatu masalah di Kota Pekalongan bisa terselesaikan dengan baik," papar Afzan.