Dalam sebuah seminar daring yang digelar Kamis (3/11/2022) terdapat fakta-fakta mengejutkan dari Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Kota yang berada di pesisir utara Jawa itu diprediksi bakal tenggelam pada 2035.
Penyebabnya, permukaan tanah di kota itu terus turun. Bahkan, di salah satu titik, permukaan tanah turun hingga 11.9 cm dalam kurun dua tahun.
Hal tersebut seperti yang dikatakan Slamet Miftakhudin, selaku Perencana Ahli Madya, Bappeda Kota Pekalongan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Patok dipasang di sejumlah titik untuk mengetahui penurunan muka tanah, sejak tahun 2020 lalu. Penurunan yang tinggi di Stadion Hoegeng dan TPA Degayu," ucapnya dalam seminar tersebut.
Ia juga mengungkap perkiraan di tahun 2035 Kota Pekalongan yang akan tenggelam berada di bawah air.
"Dari hasil permodelan genangan spasial pada tahun 2035, 90 persen, wilayah Kota. Pekalongan akan di bawah air, ya akan tenggelam," katanya.
Di tahun itu, menurutnya, persentase area perumahan yang terkena dampak banjir (rob) akan meningkat 100 kali lipat.
![]() |
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam permodelan yang dilakukan, lembaga itu juga memprediksi kota itu bakal tenggelam.
"Dari penelitian yang dilakukan oleh BRIN, Pekalongan mengalami laju penurunan tanah yang cukup tinggi bahkan melebihi Jakarta," kata Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Galdita A. Chulafak dalam seminar yang sama.
Galdita memprediksi laju penurunan tanah bertambah atau berkurang tiap tahunnya. Jika mengambil rata-rata tengah laju penurunan tanah 6 cm/tahun di Pekalongan, hitungan tanpa memperhatikan parameter lain memungkinkan terjadinya penurunan muka tanah hingga 60 cm dalam 10 tahun ke depan.
"Padahal sebagian wilayah Kota Pekalongan sudah ada yang mempunyai elevasi di bawah 0 mdpl. Tinggal kita hitung perkiraan, misalnya elevasi tertinggi adalah 4 mdpl atau 400 cm di atas permukaan laut, dibagi enam, mungkin tenggelam seluruhnya sekitar 66 tahun lagi," ujar dia.
"Kalau memakai kemungkinan terburuk 11 cm, ya semua wilayah yang elevasi kurang dari 1 meter kira-kira bakal tenggelam 9 tahun lagi jika tidak dilakukan pencegahan.
Soal ahli Belanda didatangkan ke Pekalongan baca halaman selanjutnya
Menghadapi kemungkinan buruk tersebut, saat ini Pemkot Pekalongan telah melakukan beberapa aksi untuk mencegahnya. Salah satunya melalui Program Blue Deal untuk menangani banjir rob yang terjadi sejak 12 tahun terakhir ini.
Program Blue Deal ini bakal dikerjakan dengan menggandeng komunitas dan lembaga peduli lingkungan.
"Kita kerja sama dengan komunitas dan lembaga penggiat peduli lingkungan dari Program Adaptation Fund Kemitraan, Mercy Corps Indonesia (MCI) dan Earthworm Foundation Indonesia (EFI). Kita juga libatkan tim teknis dari Dutch Water Authority (DWA) atau Dewan Air Belanda untuk membantu percepatan penanganan banjir dan rob dalam bentuk kerja sama Blue Deal," urai Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid.
"Orang Belandanya saya datangkan sekalian ke Pekalongan untuk langsung meninjau dan mudah-mudahan bisa tercapai kerja sama," sambungnya.
Dia menyebut ketika negosiasi kerja sama Blue Deal itu, Dewan Air Belanda banyak memberi masukan dan rekomendasi untuk wilayahnya. Kota Pekalongan disebut memiliki tipikal yang sama dengan Belanda yakni permukaan air laut dan air sungai lebih tinggi dari daratan. Bedanya, Belanda sukses mengatasi banjir rob di wilayahnya.
"Fenomena rob di Kota Pekalongan ini semakin tinggi dan penurunan muka tanah juga tertinggi turunnya, di mana dalam 2 tahun terakhir 11,9 cm di alat yang dipasang di Stadion Hoegeng. Mudah-mudahan satu persatu masalah di Kota Pekalongan bisa terselesaikan dengan baik," papar Afzan.
Simak Video "Video Terpopuler Sepekan: Tarif Trump Jadi 19% hingga Vonis Tom Lembong"
[Gambas:Video 20detik]
(ahr/ahr)