Rasa cemas masih ada di benak Permata Nada, warga Kelurahan Kauman, Pasar Kliwon, Solo. Adik Permata belum dapat sekolah usai gagal lolos PPDB SMA jalur zonasi yang hasilnya diumumkan kemarin, Senin (4/7).
SMA terdekat dari Kauman ialah SMAN 2, Kecamatan Banjarsari, Solo, yang berjarak 1,7 km. Namun jarak yang sebenarnya terbilang dekat itu masih kalah dengan peserta lain.
"Yang paling dekat itu di SMA 2 itu. Hari kedua masih di peringkat 120, kemudian turun terus, akhirnya hilang, nggak dapat sekolah," kata Permata saat dijumpai di Kantor Kecamatan Pasar Kliwon, Selasa (5/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini dia masih mengupayakan agar adiknya bisa masuk ke SMAN 2 Solo yang membuka kelas virtual untuk warga Pasar Kliwon. Namun di sisi lain, dia sangsi dengan kualitas kelas virtual dibandingkan tatap muka.
"Kalau saya penginnya tatap muka. Kalau virtual apakah kualitasnya bisa sama dengan yang belajar tatap muka? Pilihan lainnya tentu harus ke swasta, karena PPDB sudah tutup," ujarnya.
Permata hanyalah salah satu dari ratusan warga Pasar Kliwon yang gagal dalam PPDB. Meskipun, hasil ini sebenarnya sudah bisa diprediksi karena sudah terjadi bertahun-tahun.
Jika dilihat secara umum, 17 SMA/SMK di Solo memang tidak sebanding dengan jumlah SMP negeri yang berjumlah 27 sekolah. Dari data Dinas Pendidikan Solo, tahun ini ada hampir 11 ribu lulusan SMP negeri dan swasta.
Sementara kuota SMA/SMK negeri di Solo hanya bisa menampung sekitar separuhnya. Sehingga sisanya harus masuk ke sekolah swasta.
Cuma 1 SMK Negeri
Permasalahan zonasi ini masih sama, yaitu tak ada SMA negeri yang berada di Pasar Kliwon. Kecamatan seluas 4,82 km persegi ini hanya memiliki satu sekolah negeri, yakni SMKN 1 Solo. Sekolah swasta pun hanya ada sedikit, seperti SMA MTA, SMA Diponegoro, SMA Islam 1 dan SMK Kasatriyan.
Untuk bisa masuk ke SMA/SMK negeri, warga Pasar Kliwon harus bersaing melalui PPDB jalur prestasi. Pilihan lainnya ialah SMAN 1 Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo yang tetap saja harus bersaing dengan warga yang jarak rumahnya lebih dekat.
Sejak masa Wali Kota FX Hadi Rudyatmo, wacana pemindahan SMAN 2 Solo ke Pasar Kliwon muncul sebagai salah satu solusi. Namun masalah lahan hingga pandemi COVID-19 menjadi kendala hingga tak kunjung terealisasi.
Camat Pasar Kliwon, Ahmad Khoironi mengatakan, sebetulnya saat Pemkot Solo sudah menyiapkan lahan seluas 3 ribu meter persegi di Mojo, Pasar Kliwon untuk didirikan gedung SMA. Namun ternyata luas lahan tersebut dirasa kurang ideal untuk sekolah.
"Kita sudah ada tempat sebenarnya, tapi katanya harus 4 ribu sekian meter persegi," kata pria yang akrab disapa Roni itu.
Beberapa solusi di munculkan. Simak di halaman selanjutnya..
Kemudian muncul beberapa wacana, seperti membangun gedung di Lapangan Kenteng atau merelokasi Pasar Ayam di Mojo. Namun hingga saat ini belum ada keputusan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
"Solusi yang sudah dilaksanakan saat ini adalah kelas virtual yang menginduk ke SMAN 2. Saat ini dibuka satu kelas berisi 36 siswa," katanya.
Anggota Komisi IV DPRD Solo yang membidangi pendidikan, Ekya Sih Hananto, mengusulkan agar kuota kelas virtual ini ditambah minimal dua rombongan belajar (rombel). Menurutnya, jumlah tersebut masih jauh dari cukup untuk bisa mengakomodasi lulusan SMP di Pasar Kliwon.
"Dua kelas pun sebenarnya tidak cukup. Sekolah negeri ini sangat dibutuhkan di Pasar Kliwon karena masih banyak warga yang kondisi ekonominya menengah ke bawah. Mereka kesulitan kalau masuk ke swasta. Jangan sampai karena kesulitan ini mereka memilih tidak bersekolah," ujarnya.
Namun dengan kondisi yang masih belum memungkinkan ini, Ekya menilai kelas virtual memang menjadi solusi sementara untuk mengakomodasi warga Pasar Kliwon. Yang ideal, kata dia, harus ada gedung SMA negeri baru di Pasar Kliwon.
"Kelas virtual ini hasil dari kami seluruh pemangku kepentingan di Pasar Kliwon yang teriak-teriak terus agar warga kami bisa bersekolah. Ke depan kami minta agar segera dibangun gedung baru. Kalau mendirikan sekolah baru mungkin akan sulit. Paling tidak, nanti dibangun kampus dua dari SMAN 2 Solo," ujarnya.
Gibran tunggu respons Pemprov
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, juga mengaku khawatir masalah ini kembali muncul di tahun-tahun berikutnya. Gibran menegaskan sudah menyiapkan lahan di Mojo yang ternyata dianggap kurang ideal.
"Kemarin sudah sering dirapatkan Disdik. Intinya kita sudah mencarikan tempat untuk sekolah di Mojo. Nunggu respons dari provinsi aja. Kalau nggak direspons nanti permasalahan setiap tahun akan sama terus," kata Gibran di Balai Kota Solo, Selasa (5/7/2022).
Gibran sebelumnya juga menjelaskan lahan di Mojo akan dibangun cabang dari SMAN 2 Solo. Alasannya memilih membangun cabang sekolah ialah masalah administrasi.
"Kalau menambah cabang kan administrasinya lebih mudah, yang cepat saja. Kalau nggak ya nanti tiap tahun masalahnya sama terus. Kita proses secepatnya," katanya.