Dunia seni tari hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Kardiman. Pria 63 tahun itu mulai memiliki ketertarikan terhadap seni tari sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Hingga kini, pria asal Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon itu banyak menghabiskan hari-harinya sebagai pelatih tari bagi anak-anak sekolah hingga mahasiswa.
Ada berbagai jenis tarian yang diajarkan Kardiman kepada murid-muridnya. Mulai dari tari Topeng, tari kreasi dan beberapa jenis tarian lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum terjun dan benar-benar menyelami dunia seni tari, Kardiman awalnya merupakan pemain musik tradisional yang biasa mengiringi pagelaran kesenian wayang kulit.
Baru di saat mendekati masa kelulusannya dari bangku SMA, Kardiman mulai ikut berlatih menari bersama para penari lainnya. Setelah mulai ikut berkecimpung, kesenian itu pun seolah menjadi candu tersendiri bagi Kardiman.
"Saya hobi sama kesenian memang sejak masih SMP. Waktu itu saya masih jadi anggota nayaga atau pemain musik gamelan. Kalau terjun langsung ke dunia seni yang melibatkan diri untuk menari itu waktu SMA," kata Kardiman saat berbincang dengan detikJabar di Cirebon, baru-baru ini.
Kesenian tari itu bahkan terus ia geluti di tengah-tengah kesibukannya saat bekerja. Di masa mudanya, Kardiman sendiri merupakan seorang ASN di kantor pajak. Ia sempat ditugaskan di sejumlah daerah di Indonesia.
"Kalau waktu SMA itu baru sekedar hobi aja. Benar-benar menekuni (seni tari) itu waktu saya sudah kerja. Jadi di samping sibuk bekerja, saya selalu cari waktu untuk terlibat di Sanggar Tari," kata dia.
Kardiman mengaku sempat bertugas di Bangka Belitung. Meski jauh dari kampung halamannya di Cirebon, namun semangat Kardiman untuk menggeluti seni tari tidak terhenti. Di sana, dia mengaku tetap mencari sanggar seni tari dan ikut terlibat di dalamnya.
Selain di Bangka Belitung, Kardiman juga pernah berdinas di Bengkulu dan Palembang, Sumatera Selatan. Di daerah ini, Kardiman juga tetap melanjutkan hobi menarinya di sela-sela kesibukannya bekerja.
"Dulu itu saya sering pindah-pindah dinas. Dari satu tempat ke tempat lain. Kalau dinas di satu tempat yang saya cari itu sanggar, khususnya sanggar yang ada seni musik dan seni tarinya. Waktu itu saya pernah dinas di Bangka Belitung, pernah juga di Bengkulu," kata dia.
"Waktu (dinas) di Bengkulu, saya cari-cari sanggar ketemunya sanggar (seni) Jawa Timur. Tapi saya tetep masuk. Yang penting ada keseniannya. Di sana ada wayang kulit dan tari Jawa Timuran. Waktu di Palembang, itu ketemunya sanggar seni Jawa Tengah," ucap Kardiman.
Setelah berdinas di sejumlah daerah, ada beragam kesenian tradisional yang pernah ditekuni oleh Kardiman. Mulai dari kesenian karawitan, tari Jaipong, dan berbagai macam kesenian lainnya.
"Setelah berdinas di beberapa tempat, kemudian saya dipindah ke Cirebon. Saya berdinas di sini selama lima tahun. Setelah itu pindah dinas lagi ke Indramayu," kata dia.
Baru ketika dia berdinas di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kardiman pun mulai belajar dan mendalami kesenian tari Topeng. Di daerah tersebut, Kardiman belajar langsung dengan seorang maestro tari Topeng yakni Mimi Rasinah.
"Mimi Rasinah itu salah satu maestro tari Topeng, di samping ada juga maestro-maestro tari Topeng di Cirebon. Saya gabung di sanggar seni Mimi Rasinah itu selama saya dinas di Indramayu. Saya dinas di Indramayu selama 6 tahun," ucap dia.
"Waktu di sanggar Mimi Rasinah, saya ikut tari Topeng dan ikut gamelannya juga. Tadinya kan saya belum bisa untuk tari Topeng walaupun saya orang Cirebon. Saya di sanggar Mimi Rasinah itu dari tahun 2007 sampai 2013. Jadi sekitar 6 tahun," imbuh Kardiman.
Mendirikan Sanggar Seni Tari Ciptawati
Setelah memasuki masa pensiun dan kembali ke kampung halamannya di Cirebon, Kardiman pun semakin banyak menghabiskan hari-harinya dalam kegiatan seni tari. Bermodalkan keahlian yang dia miliki, Kardiman lantas mulai melatih anak-anak untuk menari.
Kegiatan latihan itu awalnya dilakukan Kardiman di kediamannya di Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Saat itu, yang ikut belajar menari kepada Kardiman adalah anak-anak yang ada di sekitar lingkungannya.
"6 tahun belajar Tari Topeng jadi cukup menguasai. 2013 itu saya pensiun. Jadi semakin punya banyak waktu. Awalnya sih belum ada niatan untuk mendirikan sanggar. Cuma waktu itu saya diminta untuk melatih anak-anak yang mau tampil di acara 17-an (Peringatan 17 Agustus)," kata Kardiman.
Berangkat dari situ, Kardiman pun mendapat apresiasi dari masyarakat di lingkungannya, terutama dari para orang tua anak-anak yang belajar menari kepadanya. Mereka pun kemudian meminta agar Kardiman membuka sanggar tari.
"Dari tahun ke tahun itu selalu dapat applause dari warga, terutama ibu-ibu. Jadi ibu-ibu itu senang melihat anaknya tampil di panggung. Akhirnya mereka meminta saya membuka sanggar. Itu lah cikal bakal sanggar kita berdiri," kata Kardiman.
Sanggar yang didirikan oleh Kardiman bernama Sanggar Seni Tari Citrawati. Awalnya, Kardiman mendirikan sanggar tari itu di kediamannya. Namun, karena semakin bertambahnya jumlah murid, ruangan di rumahnya pun tidak mencukupi untuk digunakan sebagai tempat latihan menari.
Saat ini, pria yang akrab disapa Pakde Kardiman itu membuka pelatihan menari di sekitar kawasan Goa Sunyaragi, Kota Cirebon. Setidaknya ada sekitar seratus orang yang ikut belajar menari kepada Kardiman. Mereka yang ikut belajar menari merupakan anak-anak sekolah hingga mahasiswa.
"Kalau ditotal mungkin (jumlah murid) ada sekitar seratus orang. Jadi mereka ini berkelompok-kelompok. Mulai dari anak sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, sampai Mahasiswa," kata dia.
Selain tari Topeng, Kardiman juga mengajarkan berbagai macam jenis tarian lainnya. Kardiman akan mengajarkan tarian sesuai dengan permintaan murid-muridnya.
"Kalau tarian itu sesuai dengan permintaan. Selama kita bisa ya kita ajarkan. Tapi memang di antara beberapa tarian, yang kita sering kita ajarkan memang tarian-tarian tradisional, seperti tari Topeng," kata dia.
Kardiman merupakan salah satu orang yang hingga kini masih setia menggeluti kesenian tari di 'Kota Wali' Cirebon. Di usianya yang kini telah menginjak 63 tahun, Kardiman masih konsisten menjadi pelatih tari bagi murid-muridnya.
"Kalau bukan kita siapa lagi yang mau melestarikan kesenian tari ini," kata Kardiman.
(dir/dir)