Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, memiliki sejumlah tokoh yang dikenal di berbagai bidang, salah satunya sastra. Dia adalah Rahmat M. Sas atau Rakhmat Mulyono Sastrasenjaya Karana.
Pria kelahiran Cijulang, 8 Desember 1942 itu merupakan penyair, sastrawan, yang terkenal dengan karya sastra buku Sunda. Melalui sajak Sundanya yang humanis dan romantis, membawanya ke dunia sastra Sunda Jawa Barat.
Rachmat Karana adalah nama penting dalam dunia kesusastraan Sunda di Pangandaran era kemerdekaan. Dia menempuh pendidikan di Kota Bandung dan kariernya terus melejit sebagai penulis dan penyair.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Rahmat merupakan pencipta puisi dan cerita pendek dalam bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia. Kerinduannya terhadap kampung halamannya di Cijulang menjadi inspirasi dalam karyanya.
Salah satu buku kumpulan puisinya diberi judul "Surat Panjang Cijulang". Tak sampai di situ, Rahmat juga pernah mendirikan penerbitan yang ia beri nama penerbit Rahmat Cijulang. Penerbit tersebut banyak melahirkan buku-buku berbahasa Sunda. Karya-karya Rahmat dianggap sebagai salah satu bab penting dalam dunia puisi Sunda modern dan disejajarkan dengan karya-karya penulis besar seperti Ajip Rosidi dan lainnya.
Dirangkum dari berbagai sumber, karya-karyanya mejeng di jurnal luar negeri dan perpustakaan nasional hingga kampus terkenal di Indonesia. Bahkan, karya puisi yang berjudul "Tepung di Bandung" telah berada dalam koleksi National Library of Australia.
Adapun karya Rahmat yang disimpan dalam kumpulan sastra terbaik nasional berjudul "Ombak Laut Kidul", sebuah buku kumpulan sajak karya Rachmat M. Sas Karana, diterbitkan di Jatiwangi (Cirebon) oleh penerbit Cupumanik tahun 1966 dengan tebal 30 halaman.
Isi buku ini terdiri atas 2 kumpulan, yaitu "Kacapi na Peuting Sepi" 'Kecapi di Malam Sepi' dan 'Ombak Laut Kidul" "Ombak Laut Kidul'. Sajak-sajak yang terkumpul dalam buku ini ditulis antara tahun 1963-1966, sebelumnya telah dimuat dalam majalah.
Popo Iskandar (1966) menyampaikan, jika Rahmat menuliskan kumpulan sajak dan menilai penyairnya memiliki sifat inovatif, kreatif, dan suka bereksperimen. Buku Ombak Laut Kidul mendapat hadiah sastra Piagam Ambri untuk sajak dari Paguyuban Pangarang-Sastra Sunda.
Budayawan Pangandaran Erik Krisna Yudha mengatakan nama Rahmat sebagai penyair Sunda di Pangandaran cukup tersohor. "Kalau dulu buku-bukunya terkenal, saya paling ingat Ombak Laut Kidul," kata Erik.
Erik mengatakan karya almarhum Rahmat patut diapresiasi dan menjadi karya sastra Sunda terbaik yang lahir di Pangandaran. "Jadi jangan hanya generasi saya saja, kalau bisa saat ini juga dikenalkan lagi karya-karyanya," ucap dia.
Sementara itu, Budayawan Sunda Pangandaran Mukarom mengatakan cukup mengenal dekat sosok almarhum Rahmat Saskarana. Kata Mukarom, Rahmat juga dikenal sebagai pelukis.
"Malah bapak mah dulu memanggil Haji Lukisan. Panjang ceritanya itu soal Haji Lukisan mah. Dia kan asli Cijulang cuman domisili di Bandung sampai meninggal," kata dia.
Ia mengatakan terkait biografi secara lengkapnya tidak mengetahui pasti. "Kenal dia karena saat itu saya kan guru bahasa Sunda," katanya. "Orangnya santai banyak humor. Di buku karanganya juga selalu ada humornya, terutama di buku cerita si Kabayan Jadi Dukun," kata Mukarom.
Menurutnya, karya yang paling diingat dan menjadi rujukan bahan ajaran sastra Sunda yaitu, cerita-cerita Si Kabayan, Abu Nawas dan puisinya.
(iqk/iqk)