Setiap daerah memiliki nama yang khas. Di kalangan masyarakat Sunda misalnya, ada begitu banyak nama yang jadi ciri khas. Salah satunya adalah Asep.
Asep adalah nama bagi anak laki-laki. Asep diambil dari kata kasep dalam bahasa Sunda yang berarti tampan. Nama ini menggambarkan harapan orang tua agar anak laki-lakinya menjadi pria tampan.
Sama seperti pemilik nama lainnya, mereka yang bernama Asep ada yang dikenal publik dan menggapai kesuksesan. Namun ada juga yang hidupnya biasa-biasa saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asep Irama misalnya, tunanetra ini dulu begitu tenar sebagai penyanyi dangdut, terutama pada tahun 1990-an. Di kalangan penyanyi pop Sunda ada sosok almarhum Asep Darso yang begitu legendaris.
Di bidang budaya, ada almarhum Asep Sunandar Sunarya yang merupakan dalang wayang golek tersohor. Di sepak bola, di antaranya ada sosok Asep Sumantri dan Asep Dayat yang merupakan legenda Persib Bandung.
Namun, seiring perjalanan waktu, penggunaan nama Asep sudah jarang disematkan orang tua kepada anak-anaknya. Daya tarik nama Asep untuk diberikan kepada anak laki-laki perlahan luntur.
Kini, di era serba modern, terjadi perubahan nama yang diberikan orang tua di kalangan masyarakat Sunda kepada anak-anaknya. Ada yang memilih memberi nama anak dengan bahasa Arab, aroma Inggris, hingga elemen 'kehidupan'.
Abizar, Azzam, dan Azkha jadi contoh nama yang berasal dari bahasa Arab yang belakangan cukup populer di kalangan masyarakat, termasuk orang Sunda. Bahkan belakangan populer nama elemen 'kehidupan' seperti Langit hingga Senja.
Zaman sudah berubah, begitu pula dengan tren pemberian nama bagi anak laki-laki masyarakat Sunda. Sehingga, banyak nama khas Sunda kini tak lagi jadi pilihan. Selain nama Asep, ada nama lain yang perlahan mulai ditinggalkan, mulai dari Ujang, Acep, Aang, hingga Koswara.
Salah satu alasan nama Asep, Ujang, dan lain-lain yang jadi ciri khas orang Sunda tak lagi dipakai adalah karena merasa tidak keren. Hal itu tidak terlepas dari tren yang ada ketika seorang anak lahir.
Guru Besar bidang Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Cece Sobarna mengatakan, pemberian nama, khususnya di kalangan orang Sunda, setiap tahun selalu ada masanya. Ia juga mengamini nama Asep dan Ujang saat ini sudah memasuki fase kritis lantaran mulai ditinggalkan orang Sunda, terutama di Jawa Barat.
"Intinya, setiap nama yang menjadi identitas ciri khas Sunda itu ada masanya. Kayaknya nama seperti Asep, Ujang, Euis, Eneng itu sudah mulai masuk dalam situasi yang boleh dikatakan kritis. Karena tadi itu, setiap masa ada trennya," kata Cece.
Hal serupa diamini Presiden Paguyuban Asep Dunia Asep Ruslan. Ia memandang nama Asep mulai ditinggalkan salah satunya karena dianggap usang.
"Ya dulu itu fenomenanya itu seolah-olah nama Asep itu kampungan yah, dianggap begitu. Ah pokonya mah kurang berbobot lah," kata Asep Ruslan.
Asep Ruslan sendiri menepis anggapan nama Asep kampungan. Sebab menurutnya, banyak orang yang memiliki nama Asep dan menjadi tokoh bangsa saat ini. Karena itu kata dia, nama Asep seharusnya bisa dibanggakan.
Ia mencontohkan ada Brigjen Asep Edi Suheri yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Bareskrim (Wakabareskrim) Mabes Polri hingga Asep Mulyana yang menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
"Tapi faktanya luar biasa ada orang besar yang punya nama Asep," ujar Asep Ruslan.
Simak liputan lengkap khas detikJabar tentang 'Nama Asep yang Terlupakan' :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Baca juga: Nama Khas Sunda 'Asep' Mulai Punah di Ciamis |
10.