Sulitnya Mencari Anak Bernama Asep dan Ujang di Bandung

Sulitnya Mencari Anak Bernama Asep dan Ujang di Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Minggu, 04 Des 2022 12:30 WIB
Ilustrasi contoh pantun Sunda lucu.
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)
Bandung -

Nama merupakan identitas bagi seseorang. Pemberian nama, terutama bagi buah hati yang baru lahir, biasanya, akan mempertimbangkan banyak hal.

Mulai dari nama yang mengandung doa dari para orang tua untuk anaknya hingga nama yang terinspirasi dari figur tertentu supaya si anak menjadi seperti tokoh tersebut.

Di Jawa Barat, khususnya di kalangan orang Sunda, pemberian nama juga mengacu kepada hal tersebut. Pada zaman dulu, nama-nama Sunda seperti Asep hingga Ujang lumrah diberikan kepada anak laki-laki atau Eneng dan Euis bagi anak perempuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam makalah berjudul 'Kosmologi Sistem Nama Diri (Antroponim) Masyarakat Sunda: dalam Konstelasi Perubahan Struktur Sosial Budaya' karya Dede Kosasih, disebutkan proses pemberian nama di masyarakat Sunda dikenal dengan istilah pangneuneuh atau nama kesayangan.

Makalah itu diterbitkan di laman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang disajikan dalam Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu dengan tema 'Menyelamatkan Bahasa Ibu sebagai Kekayaan Budaya Nasional' di Gedung Merdeka, Kota Bandung pada 19-20 Februari 2010.

ADVERTISEMENT

Dalam makalahnya, Dede Kosasih mengatakan pangneuneuh biasanya digunakan untuk memudahkan pemanggilan nama sehari-hari. Selain itu, ada juga istilah panggogo atau panggilan sayang sebagaimana pemberian nama Asep dan Ujang untuk laki-laki hingga Eneng dan Euis untuk perempuan.

Dede Kosasih menerangkan, Asep merupakan nama yang berasal dari kata kasep atau tampan dalam Bahasa Indonesia. Nama panggogo lain selain Asep yaitu Acep, Ayep hingga Atep. Sementara Ujang, berasal dari kata bujang.

Eneng merujuk kepada pemberian nama untuk anak perempuan. Adapun Euis berasal dari kata geulis atau cantik, yang dalam beberapa nama lain berupa Eulis, Elis, Yelis, Nelis hingga Lilis.

Meski pernah populer pada zamannya, kekinian, nama Asep dan Ujang, ataupun Eneng dan Euis sudah mulai ditinggalkan orang Sunda, khususnya di Kota Bandung. Itu terlihat dari daftar nama siswa yang diterima di SD negeri di wilayah Ibu Kota Jawa Barat tahun ajaran 2022/2023.

Sekadar diketahui, SD negeri di Kota Bandung berjumlah 274 sekolah. detikJabar lalu mengambil sampel 20 persen dari jumlah 274 SD tersebut, untuk menelusuri siswa yang bernama Asep dan Ujang, maupun Eneng dan Euis.

Dari hasil penelusuran melalui laman PPDB Kota Bandung 2022, detikJabar hanya menemukan dua siswa laki-laki dengan nama Asep di SD negeri Kota Bandung.

Sementara nama Ujang, sama sekali tidak ditemukan dalam penelusuran detikJabar. Nama-nama khas Sunda tersebut terselip di antara deretan ribuan nama modern siswa yang mayoritas kelahiran tahun 2015 tersebut.

Kemudian untuk nama Eneng, tercatat di dua SD di Kota Bandung. Sedangkan nama Euis, tidak ditemukan dalam penelusuran detikJabar.

Selain keempat nama populer itu, Dede Kosasih dalam makalahnya juga menyebut nama-nama khas Sunda lainnya. Misalnya Oni yang berasal dari nama Roni, Utuy dari nama Guntur hingga Ima dari nama Irma.

Tak hanya itu, Dede Kosasih juga menyebut nama Ahmad atau Muhammad akhirnya menyesuaikan ketika digunakan oleh Orang Sunda. Nama tersebut menjadi Emed, Omod, Emod, Amad, Amat, Mamad, Mamat, Memed atau Memet. Juga nama Amut, Emud, Mumud, bisa diidentifikasi dari varian dari nama Mahmud.

Sementara untuk nama anak perempuan, misalnya nama Siti Hadijah akhirnya menjadi Ijah, Eja, Ijoh, Ijot, Écot, Icah apabila digunakan oleh Orang Sunda. Namun dari hasil penelusuran detikJabar, nama-nama itu tidak tercantum dalam deretan ribuan nama siswa baru SD negeri di Kota Bandung.



Hide Ads