Pagi itu Oman (49) terlihat tergesa-gesa, ia berjalan menanjak menuju puncak bukit yang terletak di Dusun Padawaras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi puncak bukit itu sekitar 1 kilometer dari rumahnya.
Tujuannya bukan untuk tamasya, tapi ia hendak menelepon anaknya yang merantau di Jakarta. Andai ia berhasil mencapai puncak bukit, ia hanya mendapatkan satu atau dua garis sinyal.
Boro-boro internetan atau voice call di Whatsapp, pakai telepon via jaringan seluler saja, suaranya 'lup-lep' alias putus nyambung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sinyal paling satu atau dua garis, bisa nyambung dengan suara yang putus nyambung. Asa lieur (rasanya pusing)," ujar Oman kepada detikJabar beberapa waktu lalu.
Beberapa ratus kilometer dari Oman, Riski Nawawi (21) menunjukan raut wajah yang kesal. Kondisinya lebih baik dari Oman, ia masih bisa update status lewat Whatsapp alias bisa mencicipi akses internet walau pun terbatas kecepatannya.
"Susah sinyal, sangat jelek. Akhirnya marah-marah karena susah untuk mengakses apapun," kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan itu.
![]() |
Tak jarang, ia melewatkan kesempatan kerja karena jaringan 'lemot'. Selain Riski, istrinya juga Susi Rohimah (18) merasakan hal yang sama. Ia yang berniat membantu suami mencari rezeki juga, kerap terhambat dengan jaringan.
"Karena internet yang jelek, susah juga untuk bisnis dan komunikasi tidak lancar karena terhambat. Contohnya mau jualan online juga susah," katanya.
Lemotnya jaringan, tak bisa dipandang dari sisi negatif semata. Di Kampung Cibaregbeg, Desa Karyabakti, Kecamatan Cidaun, misalnya. Anak-anak usia sekolah berkumpul di halaman MI CIbaregbeg ataupun tangga rumah warga yang memiliki rumah bertingkat.
Mereka berkumpul untuk bisa mengakses internet. Tetapi alih-alih bermain gim online, anak-anak tersebut fokus untuk menambah wawasan di internet atau mencari hiburan dari youtube dan media sosial.
Samsul Aripin (12), pelajar di kampung Cibaregbeg, mengatakan waktu untuk menggunakan internet tidak lama dan jaringannya pun tidak stabil, sehingga momen bermain handphone di lapangan atau rumah teman hanya sekadar digunakan untuk menyelesaikan tugas atau menonton video.
"Kalau main gim kan susah, sinyal lemot tidak stabil. Jadi paling liat video di youtube atau facebook. Selain itu mengerjakan tugas, cari jawabannya di internet," kata dia, Selasa (1/7/2025).
![]() |
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan komitmennya untuk menuntaskan persoalan desa-desa yang masih belum memiliki akses internet, termasuk desa blank spot alias tanpa jaringan sama sekali.
Kisah warga di desa-desa susah sinyal tersebut, hanyalah gambaran kecil mengenai masih belum meratanya jaringan seluler atau pun internet di Jawa Barat.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat, Mas Adi Komar mengungkapkan, saat ini pihaknya terus memverifikasi dan mengkroscek data desa yang masuk kategori blank spot. Menurut data internal yang dimiliki Diskominfo Jabar, terdapat 61 desa yang saat ini masih tergolong blank spot.
"Pemprov Jabar komitmen akan memenuhi seluruh konektivitas komunikasi, salah satunya ada beberapa desa yang sampai sekarang masih belum bisa mengakses internet. Dan data yang kami dapat ada 61 desa," ujar Adi Komar, Rabu (26/6/2025).
Adi menjelaskan, tantangan utama dalam memperluas jaringan internet ke desa-desa blank spot adalah kondisi geografis yang sulit diakses serta belum terbangunnya infrastruktur fisik yang memadai, seperti jalan dan jembatan.
"Kalau kita bicara blank spot, penyelenggaraan infrastruktur itu secara utuh dilakukan oleh pemerintah dan swasta. Namun, pembangunan tetap harus mempertimbangkan kondisi geografis dan infrastruktur fisik," ujarnya.
"Jadi kita secara simultan, membuat jalan jembatan yang bagus dan diikuti upaya selanjutnya membangun infrastruktur dalam pengentasan blank spot," lanjutnya.
Ia menyebutkan, beberapa wilayah seperti Kabupaten Sukabumi dan Garut masih memiliki desa blank spot karena faktor alam seperti pegunungan dan lembah yang menyulitkan pembangunan infrastruktur jaringan. Selain itu, permintaan akses komunikasi dari warga juga menjadi penentu prioritas pembangunan.
"Penyebab blank spot itu ya pertama geografis, kedua penduduk yang ingin mengakses komunikasi. Sehingga jadi prioritas juga pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang disiapkan Pemprov Jabar," katanya.
Simak Artikel Lainnya tentang Desa Susah Sinyal di Jabar
Baca juga: Balada Warga Jabar di Desa Susah Sinyal |