Dengan napas terengah-tengah Oman berulangkali melihat indikator sinyal di ponselnya. Sambil menapaki jalan menanjak menuju puncak bukit, ia berulang kali meneken nomor kontak anaknya yang merantau di Jakarta.
"Saya kalau mau menelepon anak, saya harus naik ke bukit di atas permukiman. Jalan kaki sekitar 500 meter, lumayan capek. Sambil memegang handphone, harapan ada sinyal," ujar Oman kepada detikJabar, Selasa (24/6/2025).
Oman dan ratusan warga Bantarseureuh, Dusun Padawaras, Desa Padawaras, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya harus merasakan ketidakadilan di saat narasi besar digitalisasi digencarkan. Pasalnya, hanya untuk sekedar menelepon anak ia harus berjalan satu kilometer naik bukit untuk mendapatkan sinyal seluler.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat naik ke atas bukit saja, ia hanya mendapatkan satu atau dua garis sinyal saja. Itu pun komunikasi yang dijalin putus nyambung atau hilang timbul.
"Paling satu atau dua sinyal, Bisa nyambung menelepon putus nyambung suaranya. Jadi pusing, saya masih kesulitan sinyal," ujar Oman.
"Perihnya kalau pas ada kereureupeut (kesulitan), kayak ada yang sakit kita harus mencari sinyal dulu untuk mengabari anak. Atau minta bantuan tetangga kan harus menggedor rumahnya. Coba sinyal hp kalau bagus kan tinggal telepon," katanya.
Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi membenarkan terdapat titik di desanya yang berada di wilayah blank spot. Sedikitnya, terdapat 600 warga di Dusun Padawaras yang kesulitan sinyal seluler. Penduduknya harus berangkat ke atas bukit untuk menangkap sinyal.
"Betul ada yang belum tersentuh sinyal atau blank spot yang padahal kan ini sudah era digital. Kasihan warga kami, pihak desa minta agar pemerintah mengatasi ini," kata Yayan Siswandi.
Dia berharap agar pemerintah menggerakan provider mengatasi persoalan sinyal. Masyarakat untuk kebutuhan komunikasi masih sulit, apalagi bisnis.
"Ya dari pemerintah Desa itu harapanya agar masyarakat bisa menikmati komunikasi agar bisa terhubung maksimal. Sehingga untuk komunikasi saja susah apalagi untuk bisnis," kata Yayan.
Sulit Berbisnis Secara Jarak Jauh
Yayan menambahkan teknologi bisa mendukung ekonomi masyarakat. Bisnis jual beli hasil tani akhirnya harus dilakukan manual. Masyarakat berangkat ke kota langsung menjual hasil tani.
Pembeli alami kesulitan komunikasi hingga jarang datang ke desa.
"Komunikasi sulit yah, bisnis juga gak lancar. Masyarakat terdampak," ucapnya.
(yum/yum)