Petani Kopi di Tasikmalaya Gagal Panen Imbas Curah Hujan Tinggi

Petani Kopi di Tasikmalaya Gagal Panen Imbas Curah Hujan Tinggi

Faizal Amiruddin - detikJabar
Jumat, 14 Okt 2022 14:50 WIB
Pengolah kopi di Parentas Tasikmalaya tengah menyiangi biji kopi hasil panen.
Pengolah kopi di Parentas Tasikmalaya tengah menyiangi biji kopi hasil panen (Foto: Istimewa).
Tasikmalaya -

Tingginya curah hujan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir memberi dampak buruk bagi aktivitas petani dan pelaku usaha kopi di Tasikmalaya. Tingginya curah hujan membuat tanaman kopi gagal panen.

Konidisi itu berimbas terhadap produksi kopi menurun dan harga jual melambung tinggi. Kondisi itu dibenarkan oleh Erwin Handibrata pelaku usaha kopi atau pengelola coffe lab di Tasikmalaya.

"Penurunan hasil panen kopi yang signifikan terjadi di beberapa petani kopi Tasikmalaya di antaranya para petani di gugusan Gunung Galunggung termasuk Parentas, Karaha dan gugusan Gunung Cakrabuana yaitu Bunar," kata Erwin, Jumat (14/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan hal itu disebabkan curah hujan yang ekstrim. "Hujan yang ekstrim membuat bunga-bunga bakal kopi mengalami pembusukan bahkan sampai pecah," ucap Erwin.

Salah seorang petani kopi di Parentas Tasikmalaya Andi mengungkapkan kerusakan bunga kopi akibat hujan membuat buah atau cherry kopi yang dipanen banyak dibuang. "Kalau pun dipaksakan diolah akan menghasilkan kualitas kopi yang buruk," kata Andi.

ADVERTISEMENT

Erwin menambahkan sebagai pengolah kopi dirinya biasa mengolah 4 sampai 6 ton, namun sekarang hanya berada di kisaran 1 ton. "Penurunan kapasitas produksi kopi turun drastis," ucap Erwin.

Di sisi lain, Erwin menyebut permintaan pasar cenderung meningkat. Cuaca hujan justru meningkatkan konsumsi kopi di masyarakat.

"Padahal saat ini permintaan kopi lokal Tasikmalaya yang terus meningkat, sehingga sangat terasa kopi lokal Tasikmalaya sulit didapatkan," kata Erwin.

Dampak musim hujan juga tak hanya dirasakan oleh petani, para pengolah kopi juga terkena imbas dari kondisi cuaca saat ini.

"Bukan hanya di tingkat petani, di beberapa prosesor atau pengolah cherry kopi juga terkendala cuaca, karena beberapa pengolah masih mengandalkan penjemuran kopi dengan sinar matahari, banyak yang belum menggunakan dome dry atau green house," kata Erwin.

Kelangkaan barang atau penurunan produksi itu secara otomatis memicu kenaikan harga. "Harga roast bean yang biasa Rp 280 ribu per kilogram, kini naik menjadi Rp 350 ribu per kilogram," kata Erwin.

Keresahan juga dialami oleh para pengelola kedai kopi. Iwan Saputra salah seorang pemilik kedai kopi di Kota Tasikmalaya mengaku mulai ketar-ketir dengan kelangkaan dan kenaikan harga kopi ini. "Stok mulai menipis, sekarang agak susah mencari kopi. Sekalinya ada harganya mahal, akibat musim hujan jadi gagal panen," kata Iwan.

(mso/mso)


Hide Ads