Bulan Ramadhan sebentar lagi tiba, momen yang dinantikan umat Islam di seluruh dunia untuk meningkatkan ibadah dan meraih keberkahan. Namun, menjelang datangnya bulan suci ini, muncul pertanyaan di kalangan masyarakat, apakah boleh berpuasa mendekati Ramadhan?
Beberapa orang ingin melaksanakan puasa sunnah atau bahkan mengqadha utang puasa Ramadhan sebelumnya. Namun, ada pendapat yang menyebutkan larangan berpuasa setelah pertengahan bulan Syaban hingga mendekati Ramadhan, sehingga hal ini menjadi perbincangan yang menarik untuk dikaji lebih dalam.
Hukum Berpuasa Menjelang Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Hijriah, yang sebelumnya didahului oleh bulan Syaban, sehingga puasa menjelang Ramadhan berarti puasa di akhir bulan Syaban. Lantas, bolehkah berpuasa di waktu tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat dua pendapat di kalangan ulama, terutama terkait hukum puasa sunnah dan qadha setelah pertengahan bulan Syaban.
Dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i karya Alauddin Za'tari, dijelaskan bahwa berpuasa setelah pertengahan bulan Syaban, atau pada dua minggu terakhir sebelum Ramadhan, hukumnya makruh. Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا
Artinya: "Jika tinggal separuh dari bulan Syaban, maka janganlah kalian puasa." (HR At-Tirmidzi dan ia mengatakannya hasan shahih)
Dijelaskan dalam buku Keagungan Rajab & Syaban karya Abdul Manan bin Haji Muhammad Sobari bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim memiliki lanjutan dari perkataan Rasulullah SAW. Dalam bagian hadits tersebut, Rasulullah SAW memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hukum berpuasa setelah pertengahan bulan Syaban.
"Jika tinggal separuh dari bulan Syaban maka janganlah kamu berpuasa (sunnah) (kecuali bagi orang yang sudah membiasakan diri puasa sunat Senin dan Kamis)." Nabi SAW bersabda lagi, "Janganlah kamu mendahului puasa Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari kecuali jika bertepatan kebiasaan puasa seorang itu maka bolehlah meneruskan kebiasaan itu." (HR Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan kedua hadits tersebut, puasa menjelang Ramadhan tidak dianggap makruh jika dilakukan sebagai kelanjutan dari puasa sebelumnya dan seseorang tersebut memang memiliki kebiasaan berpuasa. Jika seseorang telah berpuasa pada tanggal 15 Syaban dan meneruskannya pada hari-hari berikutnya, puasanya tetap diperbolehkan tanpa makruh.
Selain itu, puasa setelah Nisfu Syaban juga tidak makruh bagi mereka yang memiliki kebiasaan rutin berpuasa, seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Daud. Karena sudah menjadi amalan yang dilakukan secara konsisten, puasa ini tetap diperbolehkan meskipun dilakukan setelah pertengahan bulan Syaban.
Puasa qadha menjelang waktu Ramadhan juga tidak dianggap makruh karena termasuk kewajiban, seperti mengganti puasa Ramadhan atau menunaikan puasa nazar. Bahkan, hukumnya menjadi wajib karena harus diselesaikan utang puasanya sebelum datangnya Ramadhan berikutnya.
Mempersiapkan Ramadhan
Jika seseorang tidak memiliki kebiasaan puasa sunnah dan tidak memiliki kewajiban qadha puasa, ia tidak perlu berpuasa setelah Nisfu Syaban. Hal ini karena puasa pada waktu tersebut bisa menjadi makruh bagi yang tidak memiliki alasan tertentu untuk berpuasa.
Dalam waktu ini, sebaiknya kita mempersiapkan berbagai hal untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Persiapan yang matang akan membantu kita menjalani ibadah dengan lebih baik dan penuh makna.
Berikut ini adalah beberapa cara persiapan menjelang datangnya bulan Ramadhan:
- Perbanyak doa dan dzikir, memohon kekuatan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah Ramadhan.
- Perkuat Iman, meningkatkan keimanan dengan mempelajari ilmu agama dan memperbanyak tadarus Al-Qur'an.
- Menjauhi perbuatan maksiat, menjaga diri dari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa.
- Memperdalam ilmu agama, memahami makna ibadah Ramadhan melalui kajian, seminar, atau bacaan keislaman.
- Persiapan fisik, menjaga kesehatan dengan olahraga teratur dan konsumsi makanan bergizi.
- Persiapan mental dan jiwa, melatih kesabaran dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan puasa.
- Perbanyak membaca Al-Qur'an, memahami kandungan Al-Qur'an untuk meningkatkan keimanan dan kualitas ibadah.
- Menyiapkan makanan sahur dan berbuka, merencanakan menu yang sehat dan bernutrisi untuk menjaga stamina.
- Mempersiapkan peralatan ibadah, menyiapkan mukena, sajadah, dan Al-Qur'an agar ibadah lebih lancar.
- Menyucikan niat, meluruskan niat berpuasa semata-mata karena Allah SWT untuk meraih pahala dan keberkahan.
Wallahu a'lam.
(hnh/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!