Muslim Harus Bersyukur dalam Bentuk Ucapan hingga Perbuatan

Muslim Harus Bersyukur dalam Bentuk Ucapan hingga Perbuatan

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Selasa, 08 Okt 2024 11:00 WIB
Muslim man praying in the mosque
ilustrasi bersyukur Foto: Getty Images/iStockphoto/FOTOKITA
Jakarta -

Dalam Islam, bersyukur adalah ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan. Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa bersyukur, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an.

Menurut Ibnul Qayyim RA dalam buku Indahnya Bersyukur karya Syaikh 'Abdullâh bin Shâlih Al-Fauzân, bahwa syukur dibangun di atas lima unsur penting, yang mana syukur tidak akan sempurna tanpa kelima unsur ini. Kelima sendi tersebut adalah:
(1) Ketundukan orang yang bersyukur kepada Allah
(2) Kecintaan kepada-Nya
(3) Pengakuan atas nikmat-nikmat-Nya
(4) Pujian kepada-Nya atas nikmat-Nya
(5) Tidak menggunakannya pada hal-hal yang dibenci-Nya.

Itulah lima unsur penting yang membangun syukur. Jika salah satu sendi tersebut hilang, keseimbangan syukur pun akan hilang. Orang yang tidak mengakui nikmat Allah SWT tergolong sebagai orang yang tidak bersyukur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Begitu pula, mereka yang mengakui nikmat tetapi tidak mengakui Allah SWT sebagai pemberinya juga termasuk dalam kategori yang tidak bersyukur. Orang yang mengakui nikmat dan mengakui Allah SWT sebagai pemberinya, tetapi kemudian mengingkarinya, adalah orang yang kufur nikmat.

Selain itu, jika seseorang mengakui nikmat dan Allah sebagai pemberinya, tetapi tidak tunduk kepada-Nya, tidak mencintai-Nya, dan tidak ridha terhadap-Nya, maka ia juga dianggap sebagai orang yang tidak bersyukur.

ADVERTISEMENT

Orang yang bersyukur adalah mereka yang mengakui nikmat Allah SWT dan mengakui Allah sebagai pemberinya. Mereka tunduk kepada-Nya, mencintai-Nya, rida terhadap-Nya, serta menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang disukai Allah SWT sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya. Oleh karena itu, syukur harus disertai dengan ilmu dan amal yang didasari oleh ketundukan serta cinta kepada Tuhan Pemberi nikmat. Inilah makna syukur yang sebenarnya.

Hukum Bersyukur

Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk selalu bersyukur dan hukumnya adalah wajib. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 152,

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ

Latin: Fażkurūnī ażkurkum wasykurū lī wa lā takfurūn(i).

Artinya: "Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."

Mengutip buku Rahasia Dahsyat di Balik Kata Syukur karya Yana Adam, Allah SWT juga menghubungkan antara zikir dengan perintah untuk bersyukur. Jadi sangat erat kaitannya antara syukur dan zikir. Karena zikir adalah puncak utama dari rasa syukur.

Zikir memiliki arti "mengingat" dan Zikir yang paling utama adalah "Laa ilaaha illallah ".

Rasulullah SAW bersabda:

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ

"Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah." (HR. Tirmidzi)

Bentuk Syukur

1. Syukur secara ucapan

Syukur secara ucapan (qouli) atau bil lisani adalah mengucapkan pujian kepada Allah SWT dengan lisan, seperti mengucapkan "Alhamdulillahirobbil alamin" atau memuji-Nya dengan nama dan sifat-sifat-Nya yang agung, seperti asmaul husna.

Bentuk syukur secara lisan juga termasuk berterima kasih kepada orang lain yang menjadi perantara nikmat tersebut. Misalnya, kita seharusnya banyak bersyukur kepada orang tua, pasangan, keluarga, dan semua orang yang berkontribusi dalam penyampaian nikmat itu. Seperti yang dikatakan dalam hadits,

"Tidak dianggap bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bisa bersyukur (berterima kasih) kepada manusia" (Abu Dawud).

2. Syukur secara perbuatan

Syukur secara perbuatan (amali) atau bil arkan adalah menggunakan semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT semata-mata untuk ibadah dan beramal saleh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan dzikir, serta menjadi lebih rajin, lebih baik, lebih taat, dan lebih sabar. Selain itu, syukur dalam hal ini juga berarti meninggalkan bentuk kemaksiatan dan dosa. Dengan demikian, penggunaan nikmat tersebut seharusnya diarahkan kepada hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.

3. Syukur secara hati

Syukur secara hati dan keyakinan (i'tiqodi) atau bil jinan adalah meyakini dan mengakui bahwa semua kenikmatan datangnya hanya dari Allah SWT, bukan hasil usaha atau kerja keras pribadi.

Seseorang harus meyakini bahwa sehebat dan sekeras apapun ia berusaha, kenikmatan dan kesuksesan tidak akan diperoleh tanpa izin dari Allah SWT.

Seseorang juga harus merasa rendah diri, menyadari bahwa manusia tidak memiliki daya dan upaya tanpa pertolongan-Nya. Kenikmatan, kemudahan, dan bantuan yang telah diterima bukanlah berasal dari manusia, melainkan mereka hanya sebagai perantara nikmat Allah SWT. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan berharap dan berterima kasih secara berlebihan kepada manusia.




(dvs/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads