Surat Ar-Rahman menjadi salah satu yang istimewa, karena terdapat satu susunan kata ayat yang diulang-ulang, yaitu kata "fabiayyi ala irobbikuma tukadziban".
Umat Islam pasti sudah tidak asing dengan kata tersebut, karena dalam surat Ar-Rahman banyak ditemukan secara berulang-ulang. Lantas, berapa kali ayat tersebut diulang dalam surat Ar-Rahman?
Bacaan Arab, Latin, dan Terjemahan Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Latin: Fa-biayyi alaa irobbikuma tukadziban
Artinya: "Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?"
Makna di Balik Pengulangan Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban
Salah satu ayat dalam surat Ar-Rahman, surat ke 55 dalam Al-Qur'an yang memiliki arti "Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?" diulang-ulang sebanyak 31 kali.
Pengulangan kalimat ini dapat dilihat pada ayat-ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77 di surat Ar-Rahman.
Dikutip dari kitab Tafsir Al-Azhar Buya Hamka, kalimat pada ayat-ayat ini adalah sebuah pertanyaan kepada dua makhluk Tuhan, yaitu manusia dan jin. Kedua makhluk itu mendapatkan seruan dari Allah SWT supaya sadar akan hidupnya dan sadar akan hubungannya dengan Allah SWT, sebagai Khalik-Nya.
Mengutip Tafsir Tahlili Kemenag RI, kalimat tersebut diulang dalam 31 kali banyaknya untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Oleh karena itu, Allah SWT merinci satu per satu nikmat-nikmat tersebut. Dia memisahkannya dengan kata-kata peringatan dan penegasan tentang adanya nikmat-nikmat tersebut.
Menurut T.H. Thalhas dalam buku Misteri di Balik Penamaan Ayat-ayat dan Surat dalam al-Qur'an karya Latifatul Umamah, pertanyaan yang diulang-ulang dalam surat Ar-Rahman ini memiliki arti yang penting.
Delapan pertanyaan pertama berkaitan dengan nikmat- nikmat Tuhan di dunia, tujuh pertanyaan berkaitan dengan ancaman siksa neraka, delapan pertanyaan kemudian berhubungan dengan nikmat-nikmat Allah SWT dari surga yang pertama, dan delapan pertanyaan terakhir berkaitan dengan nikmat-nikmat Allah SWT pada surga yang kedua.
Merujuk kembali pada Tafsir Kemenag RI, yang dimaksud dengan pendustaan nikmat pada kalimat ini adalah kekafiran mereka (manusia dan jin) terhadap Tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah SWT. Ini adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah yang memberi nikmat-nikmat kepada mereka.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa