Ustaz Fikri Haikal MZ Sebut Ibadah Haji Mengukuhkan Toleransi dan Persatuan

Ustaz Fikri Haikal MZ Sebut Ibadah Haji Mengukuhkan Toleransi dan Persatuan

Sudrajat - detikHikmah
Minggu, 19 Mei 2024 20:00 WIB
Ustaz Fikri Haikal MZ
Ustaz Fikri Haikal MZ (Foto: Iqbal Arif Ismail / detikHikmah)
Jakarta -

Salah satu hikmah dari ibadah haji sebagai rukun ke lima dalam Islam adalah mengokohkan toleransi dan persatuan di antara sesama kaum muslim umumnya dan warga Indonesia khususnya. Sebab saat puncak haji di Arafah sejauh mata memandang yang terlihat semuanya serba putih.

"Itu artinya kita sebagai muslim dari manapun asalnya, apapun latar belakangnya adalah sama dan sederajat. Kita menyembah Allah, melafalkan doa, dan meneladani Nabi yang sama," kata Ustaz Fikri Haikal MZ saat menyampaikan tausyiah dalam manasik praktik calon Jemaah haji Maktour, Sabtu (18/5/2024).

Fakta dan kondisi tersebut, ia melanjutkan, idealnya menjadi bahan perenungan segenap Jemaah dan diamalkan dengan baik begitu kembali di tanah air. Semangat dan kecintaan terhadap tanah air, semangat persaudaraan sesama muslim maupun yang berbeda keyakinan dan suku bangsa harus makin kokoh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara spesifik, putra sulung 'Dai Sejuta Umat' KH Zainudin MZ itu memaparkan bahwa haji merupakan rukun Islam terberat sehingga disertai syarat 'jika mampu' untuk melaksanakannya. Ibadah yang satu ini merupakan gabungan dari kekuatan iman, fisik, dan materi yang saling terkait satu sama lain.

"Salah satu tak terpenuhi biasanya akan sulit dilaksanakan. Biar kita punya duit banyak, badan sehat, tapi iman kurang tak akan menjadi tamu Allah," kata Fikri Haikal.

ADVERTISEMENT


Hikmah atau pelajaran lain yang dapat dipetik dari haji, khususnya ketika tiba di Mekkah adalah menyaksikan langsung tempat bersejarah lahirnya agama samawi, yakni Islam. Di sana merupakan tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW 14 abad silam dengan kondisi yang sangat kontras dari Indonesia. "Terbayang betapa beratnya perjuangan Rasulullah kala itu ketimbang hidup kita di abad ini. Dari situlah mestinya iman kita meningkat, begitu juga kecintaan terhadap Rasulullah dan agama ini," tandas ustaz kelahiran 10 Agustus 1973 itu.

Ia berkisah, saat Muhammad diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun, semula melakukan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, dari rumah ke rumah. Hal itu terus dilakukan selama tiga tahun, dan hasilnya Nabi Muhammad kala itu cuma mendapatkan 11 pengikut yang amat setia. "Bayangkan kalau di zaman sekarang, mau jadi gubernur cuma 11 orang yang memilih apa iya mau nerusin? Itu yang penting untuk direnungkan," tuturnya.

Selain riwayat perjuangan Rasulullah, Ustaz Fikri Haikal juga menasehati para Jemaah untuk senantiasa mengutamakan ibadah wajib dan Sunnah di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi saat di Madinah. Andai kondisi fisik sedikit pusing dan capek akan lebih baik berupaya ke masjid karena nilai pahalanya sangat tinggi. Kelak ketika kembali ke tanah air kebiasaan salat berjemaah di masjid pun terus dilakukan di lingkungan rumah masing-masing.

"Jangan kayak pedagang, mentang-mentang merasa punya tabungan pahala gede selama haji eh pas balik, salat sunah qobliah dan ba'diah males dikerjakan," selorohnya.

Ustaz Haekal Husen HartimUstaz Haekal Husen Hartim Foto: Iqbal Arif Ismail / detikhikmah

Selain Fikri Haikal, turut menyampaikan nasihat Ustaz Haekal Husen Hartim. Selama menunaikan rukun-rukun haji, setiap Jemaah senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT. Ia mencontohkan pengalaman haji orang tuanya pada 1990. Kala itu bus yang ditumpangi para Jemaah saat hendak ke Mina tersesat, padahal sopirnya adalah penduduk asli Mekkah. Para Jemaah pun gelisah dan emosi karena sudah berjam-jam tak kunjung tiba di Mina. Atas saran seorang penumpang yang sudah sepuh, rombongan akhirnya kembali ke penginapan.

"Begitu tiba di pondokan mereka semua menangis, bersyukur karena tersesat jalan itu justru merupakan pertolongan Allah SWT. Kala itu terjadi tragedi di terowongan Mina yang menewaskan lebih dari seribu Jemaah dan separuhnya asal Indonesia," tutur Haekal.

Ia juga mengingatkan para Jemaah agar sebelum berangkat dan berniat haji benar-benar membersihkan hati dan memperbaiki relasi dengan orang-orang sekitar. "Minta maaflah kepada orang tua, anak-anak, suami/istri, kerabat, tetangga, teman-teman. Sebab, bagaimana mau menjadi haji mabrur kalau hati ini belum bersih sejak di tanah air," tegasnya.




(lus/lus)

Hide Ads