Sejak masih di bangku kelas 3 SD , Syarif Hidayatullah sudah menjadi yatim. Ayahnya, Yahya Arief, sehari-hari biasa mengumandangkan azan (muadzin) setiap Jumatan di sebuah masjid di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Suara merdu sang ayah itulah yang sepertinya kemudian menurun kepada Syarif. Sejak masih di bangku Sekolah Dasar dia kerap dipilih menjadi qori (melantunkan al-quran sesuai tajwid dengan merdu).
"Saya gak terlalu punya kenangan dengan ayah karena sudah meninggal ketika saya masih SD. Dari cerita ibu dan tetangga ayah itu bilal atau muazin tiap Jumatan di masjid," kata Ustaz Syarif mengawali perbincangan dengan detikHikmah, Jumat (17/5/2024).
Karunia bersuara merdu mengantar Syarif menjuarai lomba-lomba mengaji hingga tingkat Provinsi DKI Jakarta. Sejak masih SD hingga mulai kuliah di UIN Ciputat, Jakarta dia aktif menjadi qori. Kemampuan membaca Quran itu pula yang menjadi bekal untuk membiayai hidup dan kuliahnya. "Dari masih SMP saya memang sudah biasa ngajar ngaji di rumah. Saya enjoy aja, mungkin karena bercita-cita ingin jadi guru," tutur Syarif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga suatu hari, setelah lulus dari Fakultas Ushuludin UIN pada 1997, M Chotib, salah seorang gurunya mengajak Syarif untuk menjadi Qori di acara manasik haji yang digelar Maktour. Aktivitas tersebut sekalian ia manfaatkan untuk menimba ilmu tambahan seputar haji dan umrah dari para kiai senior yang menjadi muthowif. Di antara mereka antara lain ada Prof Umar Shihab, Prof Quraish Shihab, Prof Ahmad Thib Raya, dan 'Da'i Sejuta Umat' KH Zainudin MZ. Sementara dari pendiri Maktour, Muhammad Rocky Masyhur dia mengaku mendapatkan banyak pengetahuan seputar kebijakan dari Kerajaan Arab Saudi, dan seluk-beluk soal haji dan umrah.
Syarif menunaikan ibadah haji pada 2004. Sejak itu suami dari Nurhuda itu mulai ikut terlibat langsung memberikan tausyiah dan menjadi muthowif, pemandu ibadah haji dan umrah. Ia mengaku bagai mimpi ketika pertama kali bisa menunaikan haji secara gratis, naik pesawat, dan menginap di hotel Bintang 5. "Saya gak tahu sudah berapa kali ganti passport karena cepat penuh oleh stempel visa haji dan umrah," ujarnya berseloroh.
![]() |
Selama hampir 20 tahun menjadi muthowif, Syarif menilai Maktour tak cuma unggul dalam pelayanan terhadap para Jemaah tapi juga progresif dan pionir dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Seingat dia, sejak musim haji 2013 Maktour telah membekali Jemaah dengan earphone Bluetooth. Fungsinya antara lain agar petugas dan pembimbing ibadah dengan Jemaah tetap dapat berkoordinasi khususnya selama Tawaf dan Sa'i. Maklum di dua momen tersebut kondisinya dipastikan sangat crowded karena Jemaah dari berbagai negara bersatu di lokasi yang sama.
"Dengan earphone bluetooth Jemaah dapat tetap menyimak dengan baik arahan dari pembimbing sehingga bisa tetap khusuk," ujar Syarif yang telah dikaruniai dua anak.
Penggunaan teknologi tersebut kemudian diikuti oleh biro-biro haji dan umrah lainnya di Indonesia. Semula, kata Syarif, beberapa Askar di Mekkah dan Madinah sempat mencurigai pengguaan earphone bluetooth tersebut. Mereka mempersoalkan dan akan menyita, tapi setelah dijelaskan dan mencoba sendiri fungsinya mereka pun paham.
Sehari-hari, dia mengajar di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) Halimatus Sa'diyah di Pondok Bambu, Jakarta Timur yang didirikan dan dikelola bersama sang istri sejak beberapa tahun lalu.
(jat/lus)
Komentar Terbanyak
Ustaz Khalid Basalamah Buka Suara Usai Dipanggil KPK
OKI Gelar Sesi Darurat Permintaan Iran soal Serangan Israel
Saat Perang Akhir Zaman Tiba, Sekutu Umat Islam Ini Akan Berkhianat