Keramas puasa Ramadan bertujuan untuk bersuci. Membersihkan jasmani dari kotoran dan debu dan membantu mempersiapkan rohani untuk memulai puasa bagi muslim.
Mandi atau keramas sebelum puasa Ramadan juga dianjurkan di dalam Islam. Keramas yang dimaksud dalam hal ini adalah mandi wajib.
Menurut buku Ensiklopedia Fikih Indonesia 3: Taharah karya Ahmad Sarwat, Lc, M.A, mandi ini perlu dilakukan untuk mensucikan diri dari hadats besar yang disebabkan karena berhubungan intim, keluar air mani, hingga keluarnya darah haid dan nifas. Bagi seseorang yang mendapati hadats besar ini pada malam hari maka disunnahkan atau dianjurkan untuk mandi wajib sebelum Subuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Niat Keramas Puasa Ramadhan dan Tata Caranya
Dikutip dari buku Panduan Lengkap Shalat Wajib dan Sunah Berikut Juz 'Amma Untuk Pemula karya Zaky Zamani, berikut niat keramas puasa Ramadan
Niat dilafalkan bersamaan dengan membasuhkan air pertama ke tubuh. Niat mandi wajib atau keramas puasa Ramadan ialah:
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ§ΩΩΨΊΩΨ³ΩΩΩ ΩΩΨ±ΩΩΩΨΉΩ Ψ§ΩΩΨΩΨ―ΩΨ«Ω Ψ§ΩΨ§Ω ΩΩΨ¨ΩΨ±Ω ΩΩΨ±ΩΨΆΩΨ§ ΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ
Nawaitul ghusla liraf'il hadasil akbari fardlal lillaahi ta'aalaa
Artinya: "Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar, fardhu karena Allah Ta'ala."
Mandi wajib pada dasarnya mengutamakan basuhan air ke seluruh tubuh dengan aturan-aturan tertentu. Aturan-aturan tersebut tidak menyebutkan kewajiban untuk keramas ketika mandi wajib.
Hanya saja, seseorang yang mandi wajib harus melakukan niat dan cara-cara mandi wajib dengan meratakan air ke seluruh tubuh. Berikut tata cara mandi keramas puasa Ramadhan.
1. Membaca niat
2. Membasuh seluruh bagian tubuh dengan air, mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki.
- Masih mengutip buku yang sama, adapun sunah mandi untuk menghilangkan hadats sebagai berikut:
- Mendahulukan membasuh seluruh kotoran dan najis dari tubuh
- Mendahulukan berwudhu sebelum mandi
- Mengucapkan basmalah
- Berkumur dan menghisap air ke dalam hidung
- Menghadap kiblat
- Mendahulukan basuhan pada anggota badan yang kanan daripada yang kiri
- Membasuh badan hingga tiga kali
- Membaca doa sesudah mandi dengan doa yang dibaca seperti doa sesudah wudhu
Hukum Keramas sebelum Puasa Ramadhan
Sebagian ulama mengatakan suci dari hadats ini termasuk syarat sah puasa, sedangkan sebagian lainnya menyatakan makruh.
Dikutip dari Syafi'i Hadzami dalam buku Taudhihul Adilah, jika seorang muslim dalam keadaan hadats besar, ia dianjurkan untuk mandi sebelum terbitnya fajar. Sebagaimana Syeikh Ibnu Ruslan mengatakan dalam Zubad-nya,
ΩΩΨ§ΩΩΩΩΨ·ΩΨ±Ω Ψ¨ΩΨ§ΩΩΩ ΩΨ§Ψ‘Ω ΩΩΩΩΩΩΨ―Ω Ψ§ΩΨ«ΩΩΩ ΩΨ±Ω : ΩΩΨΊΩΨ³ΩΩΩ Ω ΩΩΩ Ψ£ΩΨΩΩΩΨ¨Ω ΩΩΨ¨ΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΨ¬ΩΨ±Ω
Artinya: "Sunnah berbuka dengan air jika ketiadaan kurma. Dan sunnah mandi orang yang junub sebelum fajar."
Adapun, menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang dirangkum dari Kitab Lengkap dan Praktis Fiqh Wanita karya Abdul Syukur Al-Azizi dan buku Tata Cara Puasa Wanita: Seri Fikih Wanita Empat Madzhab karya Muhammad Utsman Ak-Khasyt terjemahan Abu Nafis, Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut.
Ω Ω Ψ£ΩΨ΅ΩΨ¨ΩΨΩ Ψ¬ΩΩΩΨ¨Ψ§ ΩΩΩΩΨ§ Ψ΅ΩΩΩΩ Ω ΩΩΩΩ
Artinya: "Barang siapa yang pada pagi hari dalam keadaan berhadats besar maka tak ada puasa baginya." (HR Bukhari)
Sementara itu, ada pendapat lain mengenai mandi wajib bagi wanita haid yang hendak melakukan puasa. Dikatakan, apabila darah haid seorang wanita telah berhenti pada waktu sebelum terbit fajar (waktu Subuh), lalu dia belum sempat mandi melainkan sesudah terbit fajar (waktu Subuh), maka diperbolehkan untuk berpuasa.
Sebab tidak disyaratkan bagi orang yang berpuasa untuk terbebas dari keadaan junub, sedangkan hukum wanita yang telah berhenti haidnya pada waktu sebelum fajar itu sama dengan orang junub.
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Syekh Utsaimin dalam Majmu' Fatawa. Dia menjelaskan, jika seorang wanita dalam keadaan haid kemudian suci sesaat sebelum fajar pada bulan Ramadhan, wajib baginya berpuasa pada hari itu walaupun belum mandi, kecuali setelah terbit fajar, dan puasanya sah.
Dikutip dari buku Menjaga Puasa Ramadhan karya Abdul, ada hadits yang dijadikan sandaran oleh Syekh Utsaimin ialah riwayat dari Aisyah RA yang berkata,
Ψ£ΩΩΩΩ Ψ±ΩΨ³ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩ Ψ΅ΩΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩ ΨΉΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨ³ΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ§ΩΩ ΩΩΨ΅ΩΨ¨ΩΨΩ Ψ¬ΩΩΩΨ¨Ψ§Ω Ω ΩΩΩ Ψ¬ΩΩ ΩΨ§ΨΉΩ ΨΊΩΩΩΨ±Ω Ψ§ΨΩΨͺΩΩΩΨ§Ω Ω Ψ«ΩΩ ΩΩ ΩΩΨ΅ΩΩΩ Ω ΩΩΩ Ψ±ΩΩ ΩΨΆΩΨ§ΩΩ
Artinya: "Bahwasanya Rasulullah SAW suatu ketika masih berada dalam keadaan junub di waktu subuh lantaran jima' (sebelum subuh), bukan karena ihtilam (mimpi basah), lalu beliau menjalankan puasa Ramadan (di hari itu)."
Dikutip dari buku 125 Masalah Puasa karya Muhammad Anis Sumaji, yang menguatkan penjelasan di atas dengan menjelaskan bahwa mandi wajib penting dilakukan sebelum Subuh lantaran kewajiban yang mengharuskan melaksanakan salat Subuh. Untuk itu, pengamalan mandi wajib menjadi penting sebagai syarat sahnya salat Subuh.
Wallahu a'lam bisshawab.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah