Niat Sholat Jamak Takhir Maghrib Isya, Lengkap dengan Tata Caranya

Niat Sholat Jamak Takhir Maghrib Isya, Lengkap dengan Tata Caranya

Rahma Ambar Nabilah - detikHikmah
Kamis, 23 Nov 2023 17:45 WIB
Young asian Muslim man praying at home. takbir before start the prayer
Ilustrasi sholat jamak takhir Foto: Getty Images/iStockphoto/ferlistockphoto
Jakarta -

Islam memperbolehkan untuk melakukan sholat jamak takhir Maghrib Isya. Namun perlu diketahui bahwa boleh melakukan sholat jamak takhir Magrib Isya jika dalam kondisi tertentu. Hal ini merupakan bentuk kasih sayang dan keringanan dari Allah SWT.

Lantas bagaimana niat sholat jamak takhir Maghrib Isya? Ini jawabannya beserta dengan tata caranya.

Mengutip dari buku Tata Cara Shalat Lengkap yang Dicintai Allah dan Rasulullah oleh Yoli Hemdi, jamak takhir adalah mengumpulkan dua sholat dengan melaksanakannya pada waktu sholat yang kedua (terakhir). Contohnya yaitu sholat jamak takhir Maghrib Isya, sholat dilakukan pada waktu Isya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari Muadz, ia berkata: 'Pada saat Nabi SAW dalam perang Tabuk, beliau selalu menjamak sholat Zuhur dengan Ashar jika keberangkatannya sesudah tergelincir matahari (masuk waktu Zuhur). Akan tetapi apabila beliau berangkat sebelum matahari terelincir (belum masuk waktu Zuhur), sholat Zuhur diundurkan dan dirangkap dengan sholat Ashar. Begitu pula dalam sholat Maghrib, yaitu jika beliau berangkat sesudah matahari tenggelam (masuk waktu Maghrib) beliau menjamak sholat Maghrib dengan Isya. Akan tetapi kalau keberangkatannya sebelum matahari terbenam (belum masuk waktu Maghrib), beliau mengundurkan itu sampai waktu Isya dan dijamak dengan sholat Isya'." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Syarat Sholat Jamak Takhir

Merujuk pada buku Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah karya Muhammad Syukron Maksum, syarat sholat jamak takhir yaitu:

ADVERTISEMENT

1. Niat jamak takhir dilakukan pada sholat yang pertama (awal)
2. Masih dalam perjalanan tempat datangnya waktu sholat yang kedua

Bacaan Niat Sholat Jamak Takhir Maghrib Isya

Yoli Hemdi dalam bukunya mengemukakan bahwa tata cara sholat jamak takhir Maghrib Isya sama dengan sholat biasa, tetapi yang membedakannya pada niatnya. Dikutip dari buku Buku Pintar Shalat Saat Darurat karya Aidhil Ahkam Maulana Bahran, bacaan niat sholat jamak takhir Maghrib Isya yaitu:

أَصَلَّى فَرْضَ الْمَغْرِؚِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا ؚِالْعِ؎َاءِ جَمْعَ تَأْخِيرِ لِلَّهِ تَعَالَى.

Ushalli fardhal maghribi tsalaasa raka'aatim majmuu'aam bil 'isyaa'i jam'a takhiirin lillahi ta'aala.

Artinya: "Aku niat sholat fardu Maghrib tiga rakaat dijamak dengan Isya dengan jamak takhir karena Allah ta'ala."

Kondisi yang Memperbolehkan Sholat Jamak Takhir Maghrib Isya

Dirangkum dari buku Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, boleh melakukan sholat jamak takhir Maghrib Isya jika mengalami hal berikut:

1. Berada di Arafah dan Muzdalifah

Para ulama sepakat bahwa seorang muslim disunnahkan melakukan sholat jamak takhir Maghrib Isya ketika berada di Arafah dan Muzdalifah. Sholatnya dapat dilakukan pada waktu Isya di Muzdalifah. Hal ini berdasarkan pada apa yang telah dilakukan Rasulullah SAW

2. Ketika berpergian

Sebagian ulama memperbolehkan menjamak sholat ketika berpergian pada salah satunya, baik dilakukan ketika sedang singgah atau masih dalam perjalanan.

3. Ketika turun hujan

Dalam Sunannya, Atsram meriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dia berkata, "Termasuk sunnah Rasulullah SAW menjamak sholat Maghrib dengan Isya, apabila turun hujan lebat."

Keringanan tersebut hanya diberikan secara khusus kepada orang yang sholat berjamaah di masjid dan letak rumahnya jauh, hingga dengan turun hujan dan sebagainya menjadi penghalang bagi dirinya untuk datang ke masjid.

4. Ketika sakit atau berhalangan

Sebagian ulama membolehkan menjamak sholat, baik taqdim maupun takhir karena halangan sakit, dengan alasan karena kesulitan yang dialami oleh orang yang sakit akan lebih besar daripada kesulitan yang dialami oleh seseorang yang kehujanan.

5. Adanya keperluan

Dalam Syarah Muslim, Imam Nawawi berkata, "Sebagian ulama membolehkan jamak bagi orang yang mukim, jika ada kepentingan, dengan syarat perbuatan tersebut tidak dijadikan sebagai kebiasaan."




(dvs/dvs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads