7 Golongan yang Masuk Surga Tanpa Dihisab, Siapa Mereka?

7 Golongan yang Masuk Surga Tanpa Dihisab, Siapa Mereka?

Devi Setya - detikHikmah
Sabtu, 27 Sep 2025 20:00 WIB
Ilustrasi surga
ilustrasi Foto: Getty Images/iStockphoto/RapidEye
Jakarta -

Setiap manusia pada hari kiamat akan dikumpulkan untuk menghadapi hisab, yaitu perhitungan amal selama hidup di dunia. Proses ini digambarkan dalam Al-Qur'an dan hadits sebagai momen yang sangat menegangkan, di mana amal baik dan buruk ditimbang dengan penuh keadilan.

Namun, Rasulullah SAW memberi kabar gembira bahwa ada sekelompok hamba Allah SWT yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalil Hadits Tentang Surga Tanpa Hisab

Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang 70 ribu orang dari umatnya yang masuk surga tanpa hisab:

"Akan masuk surga dari umatku 70 ribu orang tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, tidak bertathayyur (percaya pada kesialan), tidak melakukan pengobatan dengan besi panas (cauterization), dan mereka bertawakal kepada Rabb mereka." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

ADVERTISEMENT

Hadits ini menunjukkan sifat-sifat utama dari golongan yang mendapat keistimewaan agung tersebut. Para ulama kemudian menjelaskan lebih luas siapa saja yang masuk dalam kategori ini berdasarkan dalil lainnya.

7 Golongan yang Masuk Surga Tanpa Hisab

1. Orang-Orang yang Bertawakal Sepenuhnya kepada Allah

Dikutip dari buku Dijamin Masuk Surga Tanpa Hisab: Jalan Hidup Orang-Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab karya Kaha Anwar, mereka yang masuk surga tanpa hisab adalah hamba Allah SWT yang menyerahkan segala urusan hidupnya kepada-Nya, setelah berusaha dengan maksimal. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan ikhtiar yang benar lalu memasrahkan hasil kepada Allah.

2. Orang yang Tidak Meminta Diruqyah

Ruqyah syar'iyyah adalah doa-doa dan bacaan Al-Qur'an untuk kesembuhan. Hukumnya boleh, bahkan dianjurkan jika ada yang meruqyah. Namun, golongan yang masuk surga tanpa hisab adalah mereka yang tidak meminta diruqyah, karena tingkat tawakalnya yang begitu tinggi kepada Allah SWT, tanpa menggantungkan diri pada orang lain.

3. Orang yang Tidak Melakukan Tathayyur (Percaya pada Kesialan)

Dalam tradisi jahiliyyah, ada keyakinan bahwa burung atau tanda-tanda tertentu membawa sial. Rasulullah SAW menegaskan bahwa tathayyur termasuk syirik kecil. Orang yang tidak mempercayai kesialan dan tetap optimis dengan takdir Allah, termasuk golongan yang mulia ini.

4. Orang yang Tidak Berobat dengan Besi Panas

Dalam buku Masuk Surga Tanpa Hisab, Abdul Nashir Balih menjelaskan pada masa dahulu, pengobatan dengan besi panas dilakukan secara ekstrem dan sering dianggap sebagai jalan terakhir. Rasulullah SAW tidak menyukai cara tersebut kecuali dalam kondisi darurat. Golongan yang mulia adalah mereka yang tidak memilih jalan itu karena penuh tawakal kepada Allah.

5. Para Syuhada di Jalan Allah

Orang-orang yang gugur syahid dengan niat tulus membela agama Allah memiliki kedudukan istimewa. Dalam banyak riwayat, para syuhada tidak hanya masuk surga tanpa hisab, tetapi juga diberi kenikmatan langsung sejak ruh mereka diambil.

6. Para Nabi dan Rasul

Nabi dan Rasul adalah hamba-hamba pilihan Allah SWT yang maksum (terjaga dari dosa besar). Mereka termasuk dalam golongan pertama yang akan memasuki surga tanpa dihisab, sebagaimana derajat dan kemuliaan yang Allah SWT anugerahkan.

7. Orang-Orang yang Ikhlas dan Menjaga Tauhid

Mereka adalah hamba Allah SWT yang menjaga tauhid dari syirik, baik syirik besar maupun kecil. Mereka beribadah hanya karena Allah, tidak riya, tidak sum'ah, dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Keikhlasan yang murni membuat mereka mendapat anugerah besar untuk masuk surga tanpa hisab.

Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa sifat tawakal yang sempurna adalah kunci dari keistimewaan ini. Tawakal bukan berarti menolak sebab, melainkan tidak bersandar penuh pada sebab, tetapi menggantungkan hati hanya kepada Allah.

Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Fath al-Bari juga menambahkan bahwa jumlah 70 ribu itu bisa diperluas lagi, karena ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa setiap satu orang dari 70 ribu akan ditemani oleh 70 ribu orang lainnya.

Wallahu a'lam.




(dvs/lus)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads