Muhasabah: Pengertian, Dalil dan Macamnya

Muhasabah: Pengertian, Dalil dan Macamnya

Hanif Hawari - detikHikmah
Sabtu, 12 Agu 2023 14:00 WIB
arabic man praying in the desert
Ilustrasi muhasabah (Foto: Getty Images/iStockphoto/franckreporter)
Jakarta -

Muhasabah atau yang lebih dikenal dalam bahasa Indonesia dengan introspeksi diri, merupakan perkara yang sangat besar. Muhasabah atau introspeksi diri dapat dilakukan dengan cara memperhatikan keadaan diri, merenunginya dan mengenal kelemahan-kelemahan diri sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah adalah bahasa Arab dari introspeksi. Muhasabah adalah peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya pada diri sendiri. Arti muhasabah diri adalah salah satu cara membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat.

Menurut buku Mukjizat Sabar Syukur Ikhlas yang ditulis oleh Badrul Munier Buchori, muhasabah berasal dari bahasa Arab, yakni berakar dari kata haasaba yuhaasibu. Kata tersebut diambil dari hasiba, hasibtusy syai-a, ahsibuhu husbaanan, dan hisaaban yang mengandung makna jika engkau menghitungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalil Perintah Muhasabah

Menukil dari buku Pelajaran Tentang Muhasabah Diri oleh Muhammad Bin Shalih Al Munajjid, ada ayat Al-Qur'an yang memerintahkan umat Muslim untuk senantiasa bermuhasabah atau introspeksi diri. Berikut penjelasannya:

Al-Hasyr ayat 18-19

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿ ١٨﴾ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿ ١٩﴾

ADVERTISEMENT

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.

An-Nur ayat 24

وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

Al-A'araf ayat 201

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا اِذَا مَسَّهُمْ طٰۤىِٕفٌ مِّنَ الشَّيْطٰنِ تَذَكَّرُوْا فَاِذَا هُمْ مُّبْصِرُوْنَۚ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).

Al-Qiyamah ayat 2

وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Artinya: Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).

Macam-Macam Muhasabah

Kembali mengutip dari buku yang sama karya Muhammad Bin Shalih Al Munajjid, Ibnul Qayyim mengatakan ada dua macam muhasabah. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Muhasabah Sebelum Berbuat

Berpikir sejenak ketika hendak berbuat sesuatu, dan jangan langsung mengerjakan sampai nyata baginya kemaslahatan untuk melakukan atau tidaknya. Al-Hasan berkata: "Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berdiam sejenak ketika terdetik dalam fikirannya suatu hal, jika itu adalah amalan ketaatan pada Allah, maka ia melakukannya, sebaliknya jika bukan, maka ia tinggalkan".

Muhasabah yang dilakukan pada langkah pertama ini dapat melindungi diri dari syirik yang dapat menjerumuskan ke lembah kebinasaan. Oleh karena itu, seseorang perlu melakukan empat tahapan perenungan dalam mengintrospeksi dirinya sebelum berbuat:

  • Apakah perbuatan yang akan dilakukan dapat dikuasai atau tidak.
  • Apakah melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya.
  • Apakah melakukannya karena Allah SWT atau bukan
  • Apakah ada sarana yang dapat membantu merealisasikan.

2. Muhasabah Setelah Berbuat

Pada langkah ini, muhasabah terbagi menjadi 3 macam yakni,

  1. Mengintrospeksi ketaatan berkaitan dengan hak Allah yang belum sepenuhnya ia lakukan, lalu ia juga muhasabah, apakah ia sudah melakukan ketaatan pada Allah sebagaimana yang dikehendaki-Nya atau belum ?
  2. Introspeksi diri terhadap setiap perbuatan yang mana meninggalkannya adalah lebih baik dari melakukannya.
  3. Introspeksi diri tentang perkara yang mubah atau sudah menjadi kebiasaan, mengapa mesti ia lakukan? Apakah ia mengharapkan Wajah Allah dan negeri akherat? Sehingga (dengan demikian) ia akan beruntung, atau ia ingin dunia yang fana? Sehingga iapun merugi dan tidak mendapat keberuntungan.

Sebagai manusia yang taat atas perintah Allah SWT, baiknya kita selalu berintrospeksi diri. Karena muhasabah dapat menyelamatkan hati dari nafsu duniawi.




(hnh/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads