Hawa sejuk awal musim semi menjadi momen menguntungkan bagi Ardina (24) dalam menjalankan ibadah puasa pertamanya di Negeri Sakura. Cuaca yang tidak panas itu membuatnya tidak mudah merasa haus selama hampir 14 jam.
Dina, begitu sapaan akrabnya, adalah WNI asal Gunungkidul, Yogyakarta yang saat ini tengah sekolah sekaligus kerja paruh waktu dalam bidang perawat lansia (kaigo) di Jepang, tepatnya di Takarazuka, Prefektur Hyogo. Ia tinggal di sebuah apartemen yang disediakan oleh rumah sakit tempatnya bekerja.
Durasi puasa di Jepang tak jauh berbeda dengan Indonesia. Di tempat Dina, imsak sekitar pukul 4.25 dan buka puasa sekitar pukul 18.19 waktu setempat. Untuk sahur dan buka puasa, Dina memilih untuk masak sendiri.
"Biasanya masak lauk banyak sekalian terus disimpan di kulkas, kalau mau makan tinggal panasin di microwave. Jadi, kalau pagi biasanya jam 4 bangun terus makan," cerita Dina saat dihubungi detikHikmah, Kamis (30/3/2023).
Pecel Tetap Jadi Menu Favorit Buka Puasa
Meskipun tinggal di negeri rantau, pecel tetap menjadi menu buka puasa favorit Dina. Kuliner khas Jawa yang berisi aneka sayur rebus yang disiram sambal kacang itu ia buat sendiri karena bahan-bahannya mudah dijumpai di toko halal. Karena tidak ada kacang panjang, Dina biasa menggantinya dengan buncis.
Selain pecel, Dina juga sempat membuat es buah untuk menemani buka puasanya. Es buah sendiri termasuk menu berbuka yang hampir tak pernah absen bagi kebanyakan masyarakat muslim Indonesia.
"Sebenarnya kebanyakan bisa bikin sendiri di sini, karena bahan juga komplit. Kemarin juga bikin es buah pakai sirup ijo," ujar alumnus Bahasa Jepang Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
![]() |
Dina biasa belanja bahan kebutuhan sahur dan buka puasa di Gyomu Super, sebuah supermarket Jepang yang terbilang murah dan menyediakan beberapa makanan halal. Mulai dari mie instan, daging ayam, ikan kemasan kaleng, tempe, hingga camilan dengan logo halal.
Suasana Salat Tarawih Mirip di Kampung Halaman
Sebagaimana muslim lainnya di malam Ramadan, Dina juga menjalankan salat Tarawih berjamaah. Ia Tarawih di Masjid Istiqlal Osaka. Jarak masjid dari tempat tinggalnya cukup jauh, hampir memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Begitu masuk masjid, Dina merasakan suasana salat Tarawih seperti di Tanah Air.
"Begitu masuk masjid beneran kaya di Indonesia, banyak orang Indonesia, dan beneran kerasa gitu Ramadannya. Kalau di rumah rasanya baru 3 kali saya salat Tarawih sendiri. Feel lonely banget kalau Tarawih di rumah," ujarnya.
Bagi Dina, Ramadan kali ini begitu berkesan karena disambut indahnya bunga sakura. Meski jauh dari keluarga, ia tetap senang karena rekan kerja dan lingkungannya memiliki toleransi yang tinggi terhadap agamanya. Tak ketinggalan, Dina sering kumpul bersama WNI lainnya untuk masak makanan kampung halaman.
"Capek itu pasti, tapi di sini juga ada teman teman seperjuangan yang saling mendukung. Sering kumpul kumpul masak makan-makanan Indonesia bareng. Seru!" pungkas Dina.
(kri/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana