Jalani Puasa Ramadan di Bahrain, WNI: Kangen Bedug Sahur

Jalani Puasa Ramadan di Bahrain, WNI: Kangen Bedug Sahur

Devi Setya - detikHikmah
Rabu, 29 Mar 2023 15:45 WIB
kisah wni puasa di bahrain
Kisah Puasa WNI di Bahrain Foto: Dok Pribadi Kartiningsih
Jakarta -

Bagi Kartiningsih, momen Ramadan tahun ini sama seperti dua tahun sebelumnya. Ia harus berpuasa jauh dari tanah air karena menjalani pekerjaan di Bahrain. Setiap tahunnya, ada saja pengalaman unik yang tak bisa ia jumpai di Indonesia.

Bahrain atau secara resmi disebut Kerajaan Bahrain adalah sebuah negara Arab kecil berbentuk monarki di Teluk Persia. Bahrain berlokasi di kepulauan antara Semenanjung Qatar dan sebelah timur laut pesisir Arab Saudi.

Di Bahrain ini, wanita yang akrab disapa Ning tinggal dan menetap, tepatnya di ibu kota Manamah. Ramadan 1444 H atau 2023 M ini menjadi tahun ketiga ia jauh dari keluarga di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikHikmah, Ning membagikan pengalamannya berpuasa di Bahrain.

Momen Puasa di Bahrain

Ning menginjakkan kaki pertama kali di Bahrain pada tahun 2020, satu minggu sebelum masuk bulan Ramadan 1441 H. Waktu satu minggu ini dimanfaatkan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

ADVERTISEMENT
kisah wni puasa di bahrainNing dan temannya, WNI yang puasa di Bahrain Foto: Dok Pribadi Kartiningsih

Hal ini menjadikan ia tidak kaget ketika menjalani puasa pertamanya di luar negeri.

"Engga (kaget) sih karena awal datang ke sini itu seminggu sebelum puasa, jadi kaya udah biasa aja," ujar Ning ketika dihubungi melalui pesan elektronik, Selasa (28/3/2023).

Ia juga mengatakan sangat beruntung karena memiliki atasan seorang muslim. Mereka terbiasa puasa bersama-sama.

"Alhamdulillah punya bos yang rajin puasa. Jadi tiap mereka puasa jadi ikut puasa juga," ujarnya.

Melansir data Kementerian Luar Negeri (Kemlu), penduduk Bahrain menganut berbagai agama namun mayoritasnya beragama Islam. Pemeluk Islam 85% (terdiri dari Sunni 30% dan Syiah 70%), sedangkan 15% lainnya terdiri dari Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan Bahai.

Wanita berdarah Bogor dan Kutoarjo ini mengatakan selama berpuasa tidak mengalami kendala yang berarti. Hanya saja terkadang perbedaan suhu antara Bahrain dan Indonesia yang membuatnya harus ekstra dalam menjaga daya tahan tubuh.

Waktu Sahur dan Buka Puasa di Bahrain

Ning menjelaskan bahwa puasa di Bahrain berbeda jauh dengan di Indonesia. Banyak perbedaan yang ia jelaskan mulai dari lamanya waktu puasa, perbedaan tradisi saat sahur dan berbuka hingga perbedaan tradisi saat sholat tarawih serta malam takbiran.

"Puasa di sini tiap musim beda-beda. Kebetulan puasa saat ini Subuh jam 04.15. Untuk Maghrib masih di jam 18.00. Kadang yang jadi kendala pas masuk puasa akhir-akhir itu adzan Maghribnya jam 19.00. Ga kebayang kan gimana buka puasa sampe jam segitu," beber Ning.

Bahrain termasuk negara dengan iklim subtropis. Ketika musim panas yang berlangsung pada Mei-September, suhu rata-rata mencapai 40ยฐ Celsius. Sementara pada periode Oktober-April memiliki suhu rata-rata 15ยฐ-20ยฐ Celsius.

"Untuk suhu panas masih standar lah sekarang, tapi nanti kalo udah extra panas berasa mau masuk kulkas aja, haha," jelasnya diikuti tawa.

Meskipun suhu di Bahrain terbilang panas, tetapi ia bersyukur karena bekerja di dalam ruangan. Hal ini membuat ibadah puasanya bisa berjalan lancar.

Lingkungan tempat bekerja dan tinggalnya juga didominasi masyarakat muslim sehingga euforia Ramadan terasa sangat kental.

Tradisi Ramadan di Bahrain

Wanita kelahiran 21 April 1992 ini juga menjelaskan tradisi Ramadan di Bahrain tidak sama seperti di Indonesia. Sebut saja misalnya tarawih di masjid atau sahur secara bersama-sama yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia, di Bahrain tidak demikian.

"Untuk kegiatan Ramadan di sini sangat berbeda dengan Indonesia. Karena ajaran agama Islam aja sangat berbeda, disini Islam Syiah jadi enggak ada tarawih, bedug sahur atau yang lainnya. Jadi kangen deh sama Indonesia," jelas Ning.

Adanya perbedaan ini tidak lantas menjadi rintangan untuk tetap menjalani puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadan.

Menu Sahur dan Berbuka Puasa

Hal yang tak kalah menarik adalah soal makanan sahur dan berbuka puasa. Ning menjelaskan bahwa di Bahrain selera masyarakatnya terbilang unik. Kebanyakan orang Bahrain suka makan makanan asam.

"Untuk makanan berbuka di sini ada gorengan bala-bala ala bahrain, namanya kebab, bentuknya bulet. Mereka juga bikin surbah atau sup. Untuk makanan manisnya ada gemat atau kalau di Indonesia mirip odading."

Saat sahur, masyarakat Bahrain tidak makan nasi layaknya kebanyakan orang Indonesia. Mereka lebih memilih mengonsumsi yoghurt dan buah.

"Saat sahur minum laban sama makan pisang aja. Laban semacam yoghurt. Kalo aku biasanya makan mie. Tapi kalau lagi malas masak ya makan buah aja," ujarnya.

Tiga kali menjalani puasa dan lebaran jauh dari keluarga membuat ibu tiga anak ini merasa kangen kampung halaman. Tahun 2023 ini rencananya Ning akan pulang ke Indonesia, tepatnya setelah lebaran.

"Kangen sahur bareng keluarga, kangen sholat tarawih. Pastinya kangen sholat Ied saat lebaran. Sedih di sini nggak ada suara takbir kaya di Indonesia," pungkas Ning.




(dvs/lus)
Puasa di Tanah Rantau

Puasa di Tanah Rantau

17 konten
Nuansa Ramadan di negeri orang tentunya berbeda dengan suasana Ramadan di tanah air. Hal itu dilatarbelakangi banyak faktor terutama budaya lokal setempat.

Hide Ads