Qiyamul Lail di Masjid Al Ashraf Kairo Kelar 30 Menit Jelang Subuh

Cerita Ramadan di Negeri Rantau

Qiyamul Lail di Masjid Al Ashraf Kairo Kelar 30 Menit Jelang Subuh

Muhammad Dany - detikHikmah
Senin, 15 Apr 2024 19:02 WIB
Suasana salat malam di Masjid Al Ashraf, Kairo Mesir pada Ramadan 2024.
Suasana salat malam di Masjid Al Ashraf, Kairo Mesir pada Ramadan 2024. Foto: Dok Muhammad Dany
Kairo -

Alhamdulillah hilal tidak menunjukkan kehadirannya saat itu, seakan-akan dia belum siap 'menelan' kenyataan pahit Ramadan segera berakhir, tepatnya di Mesir yang menggenapkan Ramadan selama 30 hari.

Sebagai hamba yang penuh dosa, selain terus meminta ampunan Sang Maha Pengampun, ini juga merupakan extra time untuk menanam bibit-bibit unggul amalan baik yang insyaallah dituai akhirat kelak.

Rasa-rasanya belumlah mendapatkan vibes Ramadan kalau belum salat di Masjid Al Ashraf, masjid dengan paket lengkap full night qiyamul lail, dari salat Isya sampai witir hingga setengah jam sebelum azan Subuh. Bahkan disambung lagi dengan wirid-wirid dan kajian ilmiah yang ditutup dengan salat Duha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sanalah saya mendapatkan banyak pelajaran plus riyadhah nafs (menguji diri) untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Di antaranya dari imam bule asal Prancis yang menjadi imam rutin menggunakan bacaan riwayat Qunbul dari Ibnu Katsir di beberapa rakaat salat dengan perintah guru kami Syekh Yusri Jabr. Jika biasanya kami sangatlah bangga jika salat diimami Ahlu Arab, bahkan sampai didatangkan langsung dari Negeri Arab ketika Ramadan tiba, tapi kali ini berbeda.

Salat di belakang bule asal Paris, Prancis membuat saya merasa terpukul. Bagaimana bisa orang yang hidup di negeri non-muslim dengan segala tantangan hidup menghadapi kerasnya budaya Eropa bisa menghadapi semua itu, bahkan menjadi imam salat yang itu merupakan simbol kepemimpinan umat.

ADVERTISEMENT
Muhammad Dany bersama imam salat Tarawih di Masjid Al Ashraf, Kairo, MesirMuhammad Dany bersama imam salat Tarawih di Masjid Al Ashraf, Kairo, Mesir Foto: Dok Muhammad Dany

Saya yang hidup di tengah-tengah umat Islam masih lalai dalam menjalankan syariatnya. Panggilan azan dilantunkan bertebaran di setiap sudut kota namun tetap saja malas salat ke masjid berjamaah. Perintah syariat menutup aurat yang selalu disyiarkan da'i di mana-mana tapi tetap saja ada yang malas untuk menutup aurat, apakah kita tidak ngeh bahwa ada di negeri sana yang berjuang dengan hijabnya mempertaruhkan pekerjaannya, mempertaruhkan status sosialnya (dikucilkan).

Ini juga bisa menjadi bukti berkembang pesatnya Islam di Eropa yang sedang marak-maraknya dibincangkan media beberapa dekade ini. Juga menjadi sindiran keras kepada negara-negara Arab dan negara mayoritas muslim yang beberapa dekade belakangan ini, yang sangat disayangkan telah dilalaikan dengan hal-hal tidak pantas.

Maka saya kira tidaklah salah prediksi ulama asal Turki, "Eropa sedang mengandung bayi (budaya atau agama) Islam dan akan dilahirkan suatu hari nanti, sedangkan negara-negara Arab sedang mengandung bayi Eropa dan akan dilahirkan suatu hari nanti."

Saat ini seakan benih-benih kandungan yang diprediksi Badruzzaman An Nursi sudah muncul sedikit demi sedikit. Jika putra mahkota berkata Eropa yang baru adalah Timur Tengah yang sekarang, maka tidaklah salah kalau kita katakan Turki Ustmani yang baru adalah Eropa yang sekarang.

Wallahu a'lam.


--

Muhammad Dany
Mahasiswa Jurusan Syariah wal Qanun di Universitas Al Azhar
PPMI Mesir

Artikel ini merupakan kolaborasi detikHikmah dengan PPI Dunia. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(kri/kri)
Puasa di Tanah Rantau

Puasa di Tanah Rantau

17 konten
Nuansa Ramadan di negeri orang tentunya berbeda dengan suasana Ramadan di tanah air. Hal itu dilatarbelakangi banyak faktor terutama budaya lokal setempat.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads