Hindari Polarisasi

Hindari Polarisasi

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 14 Jul 2023 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa yang digali dari akar budaya bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi hingga sekarang, baik nilai-nilai agama, adat istiadat, kebersamaan, kesetaraan, keadilan, maupun perjuangan untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan. Nilai-nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan Pancasila sebagai perwujudan filsafat kemanusiaan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Falsafah Pancasila ini merupakan suatu pandangan hidup yang telah diyakini bangsa Indonesia sebagai suatu kebenaran oleh karena itu dijadikan falsafah hidup bangsa.

Polarisasi atau pembelahan sosial di Indonesia disebut mulai terjadi saat pemilu 2014. Sejumlah pakar menganalisis penyebab polarisasi sosial dan cara mengantisipasi agar bisa diredam atau bahkan dihilangkan dalam Pemilu 2024. Memang sesuatu yang tidak mudah, namun tetap harus berupaya agar bangsa ini tidak terbelah karena pemilu legislatif dan pilpres. Oleh sebab itu marilah kita simak nasihat Ulama yang disegani yaitu Hasan Bashri sebagai berikut, " Cintailah sekedarnya dan bencilah juga sekedarnya. Hal ini sudah banyak kaum yang berlebihan dalam mencintai kaum lainnya hingga mereka binasa. Dan ada kaum yang berlebihan dalam membenci kaum lain hingga mereka binasa. Karena itu, janganlah berlebihan dalam mencintai dan jangan pula berlebihan dalam membenci. Saat pilpres akan terjadi mencintai idola calonnya dan membenci lawan politik idolanya, seperti nasihat diatas janganlah berlebihan memcintai dan berlebihan membenci, pilihlah yang moderat / pertengahan. Hingga akhir kontestasi, hati masing-masing tetap dingin dan tetap bisa hidup rukun dan harmonis. Tidak boleh terjadi pertentangan antar golongan, antar tetangga, bahkan perceraian suami istri karena beda pilihan Presiden.

Menjelang dan saat pelaksanaan kontestasi maupun setelahnya, hendaklah kita hati-hati atas pihak-pihak yang kurang jernih hatinya dan melakukan provokasi. Ada beberapa type orang seperti berlisan pandai dan berhati juga pandai, ada yang berhati pandai namun berlisan gagap. Sebaliknya orang munafik justru pandai berbicara, tapi hatinya gagap, karena semua ilmunya ada di mulutnya. Rasulullah Saw. bersabda, "Yang paling aku takutkan pada umatku ialah orang munafik yang pandai berbicara." ( lihat al-Kamil fi Dhu'afa ar-Rijal, vol 3, hal 970 ).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mencermati ajakan seseorang yang pandai bicara, hendaknya di saring dulu di hati, jika ajakan itu baik dan bermanfaat maka lakukan dan jika ajakan itu diperkirakan menjadi mudharat maka tinggalkanlah. Dalam situasi menjelang kontestasi sering muncul orang-orang yang berteriak dan menguak, maka hati-hatilah jika teriakan itu keluar dari lidah bukan dari hatinya. Ingatlah teriakan orang munafik dari lidah dan kepalanya. Sementara teriakan orang yang jujur atau benar berasal dari hati dan batinnya.

Saat ini beberapa fakta sudah kita hadapi dengan banyaknya informasi yang hoax, malah berita seperti ini menjadi viral karena para penyebar kurang teliti dalam seleksi kebenaran informasi atau bisa juga terdorong nafsu. Penulis prihatin yang terjadi akhir-akhir ini, khususnya informasi yang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan citra dan menyerang pihak lain. Mari kita cermati opini dari Hasan Bashri, "Menyebut orang lain itu ada tiga macam, ghibah ( menggunjing ), buhtan ( fitnah ) dan ifki ( dusta ). Semuanya disebutkan dalam kitab-Nya.

ADVERTISEMENT


Gibah adalah jika engkau membicarakan apa yang ada padanya, namun ia tidak menyukainya. Buhtan adalah jika engkau membicarakan apa yang tidak ada padanya. Ifki adalah jika engkau mengatakan apa yang sampai kepadamu. Ketiga sebutan tersebut dalam seharian kita sering dijumpai, padahal sesuai ajaran Islam ketiganya tidak menjadi tuntunan.

"Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa? ' Rasulullah SAW. menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah SWT. bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya," (HR At-Thabrani). Abu Hurayrah r.a. Berkata, " ( Ghibah itu adalah ) seseorang dari kalian melihat debu pada orang lain, sementara gunung didepan matanya tidak terlihat."
Begitu besarnya kerusakan akibat ghibah, sehingga Allah SWT. merasa perlu memberikan larangan dalam surah al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi, " Janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Pastilah ia merasa jijik kepadanya."


Tafsir Al-Mukhtashar di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram). Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. dan menjalankan apa yang disyariatkan! Hindarilah kebanyakan dari tuduhan tanpa ada sebab-sebab dan alasan yang tepat, karena sebagian dari prasangka itu dosa seperti berburuk sangka kepada orang yang secara lahir tampak baik. Janganlah kalian mencari-cari aib orang-orang yang beriman. Janganlah salah seorang dari kalian menyebutkan tentang saudaranya dengan hal yang tidak disukainya, karena menyebutkannya dengan apa yang tidak disukainya itu seperti makan bangkai saudaranya. Sukakah salah seorang di antara kalian makan bangkai saudaranya sendiri? Maka hindarilah menggunjingnya karena hal itu semisal makan bangkai saudara sendiri. Bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sesungguhnya Allah Maha Menerima tobat dari hamba-hamba-Nya yang bertobat kepada-Nya, Maha Penyayang kepada mereka.

Bagaimana dengan fitnah ? Fitnah adalah salah satu dosa terbesar. Fitnah adalah perbuatan menuduh seseorang telah melakukan sesuatu padahal orang tersebut tidak melakukannya. Fitnah merupakan perbuatan yang sangat tercela karena bisa merusak nama baik diri sendiri, merusak nama baik orang lain, dan menimbulkan perpecahan. Dalam firman-Nya surah al-Baqarah ayat 191 yang artinya, "...Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan..."

Larangan berkata dusta dan melakukan kebohongan telah disampaikan di dalam al-Qur'an dan Hadis. Maka jauhilah perkataan-perkataan dusta dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa orang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan orang kepada neraka.

Oleh karena itu, ketiga prilaku ini kita hindari dan cintailah idola dengan sekedarnya serta jika benci lawan politik idola juga sekedarnya. Semoga Allah Swt. selalu membimbing kita semua untuk menghindari polarisasi.




(dvs/erd)

Hide Ads