Suatu perbuatan yang sia-sia adalah melakukan sesuatu yang tiada guna. Bisa juga melakukan perbuatan justru memperoleh dosa seperti:
Ghibah, sebagian orang tidak menyadari kalau dirinya telah berghibah. Hal ini sering terjadi pada group medsos, dimana berita yang tidak jelas sumbernya dan justru mencela pihak lainnya telah banyak di share dan menjadi viral.
"Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa? 'Rasulullah SAW menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah SWT bisa langsung menerima taubatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya," (HR At-Thabrani).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berat sekali bagi pelaku ghibah yang sengaja maupun tanpa sadar, oleh karena itu hindarilah dan berhati-hati dalam menyaring berita serta tidak mudah menyebarkan sebelum jelas sumbernya.
Bicara, dalam hal ini telah dituntun oleh junjungan kita dengan menyaring dulu di hati sebelum keluar melalui lisan.
Hati melakukan evaluasi apakah yang akan dibicarakan itu bermanfaat atau tidak dan mendatangkan keburukan? Jika bermanfaat maka keluarkan melalui lisan dan jika tidak bermanfaat maka diamlah.
Rasulullah SAW hanya berbicara seperlunya saja dan mengawali serta mengakhirinya dengan sangat jelas. Setiap kata yang beliau ucapkan adalah kata-kata yang bermanfaat.
Beliau menyampaikan sesuatu dengan ringkas, namun sarat dengan makna. Ringkas, dengan tidak ada penambahan maupun pengurangan.
Usia panjang yang sia-sia. Usia merupakan hak sepenuhnya Allah SWT manusia juga tidak bisa mengurangi atau menambah umurnya. Jika ajalnya telah tiba, maka manusia akan mati walaupun ia berusaha mengundurkannya. Dan, jika ajalnya belum tiba, manusia tetap tidak akan mati walaupun ia berusaha mempercepat kematiannya.
Allah SWT dalam firmannya surah al-A'raf ayat 34 yang artinya,
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka jika telah datang waktunya, mereka tidak akan dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya."
Allah SWT memberikan usia yang panjang kepada manusia merupakan amanat untuk menjaga amalan dengan baik. Karenanya, harus mengisinya dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh.
Panjang atau pendeknya usia manusia tidak menentukan nilainya, melainkan kualitas amal dan perbuatan dalam hidupnya lah nilai sebenarnya.
Dalam pandangan Rasulullah SAW umur yang panjang pada hakikatnya adalah yang terisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda,
"Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim dengan sesama." (HR Ahmad).
Maka jangan sia-sia kan usia yang diberikan oleh Sang Pencipta, sekejap pun di situ ada takdir, tidak lewatkan setiap waktu dengan kebaikan.
Pada tahun 1991, group musik asal Bandung telah merilis musik religi dengan judul "Bermata tapi tak melihat." Lagu ini ditulis oleh seorang tokoh bernama Taufiq Ismail bersama dengan Jaka Harjakusumah (anggota Bimbo).
Lirik lagu ini mempunyai makna yang dalam terhadap karunia-Nya yang berupa, panca indera, rezeki, ilmu, hati dan sifat-sifat baik. Namun semua itu tidak digunakan semestinya, mempunyai harta tapi tidak sedekah maupun berzakat, berilmu namun tidak beramal, mempunyai mata tapi tidak untuk melihat kebaikan, berhati tapi bisa merasakan baik dan buruk, berani mengikat janji tapi tidak ditepatinya. Semua ini adalah tindakan sia-sia.
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Thabrani,
"Diantara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya."
Setiap orang yang keislamannya baik dan benar akan menerima sesuatu yang berguna dan menolak amalan yang menyibukkannya dari semua hal yang tidak berguna. Kesibukan yang tidak berguna seperti, kesibukan para penganggur yang bingung. Bingung karena tidak tahu apa yang akan dikerjakan, hingga yang dikerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Maka janganlah menjadi orang yang terhalang dari keridhaan Allah SWT Orang ini tidak mengamalkan yang diperintahkan-Nya dan menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak diperintahkan-Nya.
Kesibukan pada dunia memerlukan niat yang baik. Jika tidak, kita akan menerima murka-Nya. Maka kita sibukkan diri dengan menyucikan hati terlebih dahulu, karena hal itu merupakan kewajiban. Kemudian kita dalami makrifatullah.
Hati yang benar itu penuh dengan tauhid, tawakal, keyakinan, ilmu, iman serta dekat dengan Allah SWT Tiada muncul sedikitpun akan kesombongan, dihadapan-Nya ia merasa seperti seonggok daging. Ia akan bersikap rendah hati di hadapan orang-orang saleh, bertakwa dan wara.
Sebagaimana yang digambarkan dalam firman-Nya surah al-Fath ayat 29 yang berbunyi,
"Mereka keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka."
Di ayat diatas inilah Allah SWT seolah hendak mengatakan: "jangan kalian ribut dan ragu sesama kalian, kalian harus saling berkasih sayang dan berlemah lembut diantara kalian, dan sifat keras dan tegas itu seharusnya ditujukan pada orang kafir bukan pada sesama kalian!".
Jika maqam telah tercapai pada penyucian hati, maka janganlah sekali-kali pamer pada ketaatannya. Orang yang menceritakan atas ketaatannya itu ada tiga kondisi:
- Ia pamer ketaatan ingin dimuliakan, dihormati, dan mendapatkan tujuan orang yang bersikap riya.' Kondisi ini jika dilakukan hanya mendapatkan rasa bangga saja, namun dihadapan-Nya akan sia-sia karena ia berbangga atas dirinya.
- Berbeda jika ia menceritakan ketaatannya dengan maksud agar orang mendengarkan akan mengikuti ketaatannya.
- Ia khawatir akan berbuat riya' jika menceritakan amalannya. Maka, janganlah bercerita sebagai langkah ke hati-hatian dan menjaga diri dari ke pura-puraan.
Usia setiap waktu akan bertambah, maka hati-hati dalam berbuat agar tidak menjadi beban sia-sia pada hari akhir nanti. Berbuatlah yang sekiranya bisa memberikan contoh kebaikan pada generasi mendatang. Dan istirahatkan dari bicara yang tidak manfaat apalagi berghibah (khususnya topik politik yang saat ini menjadi bahasan sehari-hari). Semoga Allah SWT menuntun kita semua untuk menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(inf/inf)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal