Round Up

Kunjungan Presiden Brasil hingga Jejak Amerika Latin di Sekolah Indonesia

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Minggu, 02 Nov 2025 17:00 WIB
Foto: (Cicin Yulianti/detikcom)
Jakarta -

Di tengah derasnya dinamika diplomasi global, jejak Amerika Latin ternyata juga tertanam kuat di dunia pendidikan Indonesia. Mulai dari wacana pengajaran bahasa hingga penamaan sekolah dasar sebagai simbol persahabatan antarbangsa.

Pertemuan bilateral antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10/2025) lalu menandai babak baru kerja sama pendidikan kedua negara. Dalam kesempatan itu, Prabowo mengumumkan bahwa bahasa Portugis, yang menjadi bahasa resmi Brasil, akan segera menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia sebagai bagian dari kerja sama strategis RI dengan Brasil.


Bahasa Portugis sendiri digunakan oleh sekitar 266,6 juta penutur dunia. Bahasa tersebut kini dipersiapkan untuk masuk kurikulum Indonesia sebagai wujud penguatan daya saing global.

Namun, relasi Indonesia dengan Amerika Latin bukan hanya sebatas Brasil dan bahasa Portugis. Sebuah sekolah dasar di Menteng, Jakarta Pusat, menyimpan kisah historis panjang: SDN Gondangdia 01 atau yang dikenal juga dengan nama 'SD Republik Argentina' berdiri sebagai simbol persahabatan Indonesia-Argentina dan dinamika diplomasi era Presiden Sukarno.

Sekolah tersebut bahkan memasang dua tiang bendera di halaman: satu untuk Merah Putih dan satu untuk bendera Argentina. Hal ini menjadi penanda nyata relasi diplomatik yang tertanam dalam ruang kelas.

Tak kalah menarik ialah kisah SDN Menteng 03 Jakarta yang dikenal sebagai 'SD Venezuela'. Sejak 6 Januari 1988, sekolah ini menorehkan identitas unik melalui nama dan kerja sama pendidikan-budaya dengan Venezuela.

Kedutaan Besar Venezuela pernah rutin mengunjungi sekolah tersebut, memberikan bantuan fasilitas, memperkenalkan mural pahlawan Venezuela, hingga membagikan buku bergambar untuk siswa. Namun demikian, aktivitas diplomasi di sekolah tersebut mulai meredup setelah pandemi COVID-19.

Sementara itu, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, terdapat juga jejak kerja sama pendidikan Indonesia-Meksiko melalui SDN Gunung 05 Pagi Kebayoran Baru yang memiliki julukan 'SD Mexico'. Pada masa lalu, sekolah ini menerapkan kurikulum tambahan yang mengangkat unsur budaya Meksiko dan pernah mengibarkan dua bendera dalam upacara - simbol nyata persahabatan antarnegara yang menyentuh ruang pendidikan.

Secara keseluruhan, fenomena ini menggambarkan bagaimana aspek diplomasi tidak hanya terbatas di meja perundingan, tapi juga menyentuh ruang kelas, bahan ajar, hingga budaya sekolah. Bahasa Portugis yang akan diajarkan di sekolah Indonesia, meski masih menimbulkan pro-kontra, membuka jendela dunia ke kawasan Lusofon (daerah bekas jajahan Portugal) dan Amerika Latin.

Sementara itu, sekolah-sekolah seperti SD Republik Argentina, SD Venezuela, dan SD Mexico menunjukkan bahwa sejarah persahabatan antarnegara telah meninggalkan jejak dalam sistem pendidikan nasional.

Dengan demikian, pendidikan di Indonesia sejak jenjang pendidikan dasar ternyata turut menjadi medan diplomasi halus (soft diplomacy) yang memupuk nilai kolaborasi, keberagaman, dan keterbukaan. Melalui pengajaran bahasa asing baru hingga pemeliharaan simbol persahabatan antarnegara di sekolah dasar, generasi muda Indonesia diajak untuk tidak hanya memahami dunia, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di kancah global - mulai dari ruang kelas hingga panggung diplomasi.



Simak Video "Video Bahasa Portugis Masuk Sekolah: Langkah Strategis atau Sekadar Simbolik?"

(nwk/twu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork