Kunjungan Presiden Republik Federasi Brasil, Luiz InΓ‘cio Lula da Silva, ke Jakarta pekan lalu bukan sekadar seremoni diplomatik antar dua negara besar. Pertemuan itu membuka kembali lembaran sejarah panjang yang menautkan Indonesia dengan kawasan Amerika Latin.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara Amerika Latin sejatinya telah terjalin sejak era Presiden Sukarno. Pada awal 1950-an, tepatnya tahun 1953, Indonesia secara resmi membuka hubungan diplomatik dengan Brasil dan Meksiko.
Langkah tersebut kemudian diikuti dengan pembentukan hubungan serupa dengan Argentina, Venezuela, serta sejumlah negara lain di kawasan tersebut. Semua itu terjadi di tengah semangat Gerakan Non-Blok dan perjuangan global melawan kolonialisme, di mana Indonesia menjadi salah satu penggerak utamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sukarno bukan hanya membangun jembatan politik dan ekonomi, tetapi juga menanamkan akar diplomasi yang kuat. Dalam berbagai kunjungan kenegaraannya ke Amerika Latin, ia memperkenalkan semangat bangsa muda yang baru merdeka dan menjalin persahabatan
Kunjungan tersebut dibalas pemimpin-pemimpin Amerika Latin ke Jakarta. Dari sinilah muncul berbagai inisiatif simbolik, salah satunya penamaan sejumlah sekolah di Indonesia dengan nama negara-negara sahabat dari Amerika Latin, seperti SD Republik Argentina di Menteng dan SD Republik Meksiko di Kebayoran Baru.
***
Di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, berdiri sebuah sekolah dasar yang memiliki julukan unik yakni SD Republik Argentina atau SD Argentina. Sekolah itu adalah SDN Gondangdia 01, Menteng, Jakarta Pusat.
Sekolah ini bukan sekadar sekolah negeri biasa. SDN Gondangdua 01 sudah berdiri sejak zaman Belanda sehingga mempunyai sejarah yang panjang.
Sekolah yang secara administratif bernama SDN Gondangdia 01 ini bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga saksi sejarah hubungan diplomatik antara Indonesia dan Argentina yang sudah terjalin selama hampir 70 tahun.
Sekolah Berdiri Sebelum Indonesia Merdeka
Kepala SDN Gondangdia 01, Ma'mun Fauzi mengungkapkan bahwa kisah sekolah ini berawal jauh sebelum Indonesia merdeka. Gedung bangunan awal sudah berdiri sejak 1930. Kala itu, bangunannya digunakan sebagai sekolah menjahit.
"Kita flash back ya, zaman dulu bahwa sekolah ini adalah sekolah yang dibangun tahun 1930. Zaman dulu, zaman Belanda dengan nama SD keputrian, SD Menjahit," kata Ma'mun saat ditemui di ruang kerjanya di SDN Gondangdia 01, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (28/10/2025).
Setelah kemerdekaan, nama sekolah ini sempat berganti beberapa kali. Mulai dari SD Jalan Jawa, SD Cokro, hingga akhirnya menjadi SD Gondangdia pada tahun 1950-an.
Latar Belakang Penamaan 'Sekolah Republik Argentina'
Dibandingkan nama-nama sebelumnya, sebutan SD Republik Argentina tak pernah lekang sampai sekarang. Adapun latar belakang penyebutan Sekolah Republik Argentina bermula pada tahun 1959.
"Mengenai penamaan menjadi SD Republik Argentina itu karena di tahun 1959, Bung Karno sedang giat melaksanakan hubungan dengan negara-negara Amerika Latin dalam rangka gerakan Non-Blok ya. Sehingga waktu itu terjadi kunjungan ya, saling kunjung. Presiden Sukarno ke negara-negara Amerika Latin, salah satunya Republik Argentina," jelas Ma'mun.
Selang tiga bulan sejak kunjungan Sukarno ke Negeri Tango, Presiden Argentina kala itu Arturo Frondizi melakukan kunjungan balasan ke Indonesia. Untuk mengabadikan kunjungannya, didirikanlah sekolah Indonesia di Argentina.
Sekitar tiga bulan setelah kunjungan Sukarno ke Negeri Tango, Presiden Argentina saat itu, Arturo Frondizi, datang melakukan kunjungan balasan ke Indonesia. Sebagai bentuk kenangan atas kunjungan tersebut, pemerintah kemudian menyematkan nama Argentina pada sekolah di kawasan Menteng tersebut.
"Sekaligus mengenang jasa seorang pastor dari Flores yang melakukan pelayanan gereja di Argentina," tambahnya.
Sementara di Indonesia, Sukarno menyematkan nama Argentina ke sekolah SDN Gondangdia 01. Tak hanya sekolah ini, Sukarno menyematkan nama Meksiko ke SDN Gunung 05.
"Yang pertama SD Gondandia 01 dengan nama SD Republik Argentina. Yang kedua SD Gunung 05 Jalan Hang Lekir dengan nama SD Republik Meksiko. Nah, sejak itulah terjadi kerjasama kedua belah pihak," kata pria berusia 55 tahun tersebut.
Simbol Persahabatan Dua Negara
Ma'mun menuturkan, penyematan nama itu bukan hanya simbol politik, tapi juga tanda hubungan budaya dan pendidikan. Kedua negara sempat beberapa kali saling bertukar guru.
"Salah satunya yang tercatat di Kementerian Luar Negeri bahwa kita bertukar guru. Bertukar guru, kita menerima guru tari, namanya Tari Tango, mengajarkan ke beberapa guru dan siswa," kata Ma'mun.
Sebaliknya, Indonesia juga mengenalkan budaya tanah air ke Argentina. Satu set angklung dari Saung Mang Udjo dikirimkan untuk sekolah di Argentina. "Dan kita sempat mengirimkan lewat Kementerian Luar Negeri, satu set Angklung Mang Udjo dari Bandung ke sana. Dan sampai saat ini, di momen-momen tertentu di SD Argentina itu, angklung itu masih terpelihara dan masih dimainkan," ungkapnya.
Kunjungan Argentina ke Sekolah Sempat Vakum
Meski demikian, kunjungan dari Argentina sempat vakum beberapa tahun akibat Covid-19. Namun, setelah pandemi, SDN Gondangdia 01 kembali menjadi jembatan persahabatan dua bangsa.
"Hubungan itu sempat terputus ketika Covid. Ketika saya datang ke sini 2022, ternyata dari pihak Argentina mengirimkan email kepada kami dan langsung menawarkan ingin berkunjung ke sini. Dan kami sambut dengan baik pada saat itu," ungkap Kepala SDN Gondangdia 01 tersebut.
Saat itu, posisi Duta Besar untuk Argentina masih kosong. Setelah dilantiknya Sulaiman Syarif sebagai Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Ma'mun menyebut sekolahnya mulai rutin berkomunikasi dengan kedutaan.
"(Sulaiman Syarif) datang ke sini ingin menengok. Lalu beliau pamit ke sana (Argentina), sampai hari ini kita masih berhubungan dan berkomunikasi dengan Mr Sulaiman Syarif. Jika ada kegiatan di sini yang berkaitan dengan kedutaan, beliau, kita kirimi report-nya," ujar Ma'mun.
Tak lama dari itu, Argentina pun punya Duta Besar untuk Indonesia. Sejak saat itu, kunjungan dari pihak Kedutaan Besar Argentina semakin sering. "Dan sejak itulah, kedua dubes ini secara rutin setahun dua kali datang ke Indonesia. Bahkan di event-event ketika sekolah mengadakan pesta seni, beliau berkenan hadir dan ikut. Dengan keluarga besar, guru-guru itu merayakan," katanya.
Terakhir, pada Oktober 2025 pihak Kedutaan Besar Argentina datang kembali ke SDN Gondangdia 01. Kunjungan tersebut berdasarkan kepentingan seorang profesor yang tengah menulis soal kerja sama Indonesia dan Argentina.
"Terakhir kemarin, dua minggu yang lalu terjadi kunjungan. Seorang profesor dari Argentina, Profesor Hezekiel, itu berkunjung ke sini diantar oleh Pak Wakil Dubes, Mr Ignacio. Ternyata beliau datang ke sini ingin nengok sekolah Argentina dan beliau mau menulis buku tentang 70 tahun kerja sama Indonesia dengan Argentina," katanya.
Simak Video "Video: Paleontolog Temukan Fosil Dinosaurus yang Hidup 230 Juta Tahun Lalu"
[Gambas:Video 20detik]
(cyu/pal)











































