Jika biasanya tumbuhan berkembang biak dengan bantuan penyerbukan dari kupu-kupu dan lebih, maka berbeda dengan pohon di Afrika. Pohon baobab di Afrika bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun dengan bantuan ngengat dan kelelawar. Bagaimana caranya?
Ahli ekologi baobab dari Universitas Witwatersrand, Johannesburg, Sarah Venter, telah mempelajari pohon-pohon ini selama 18 tahun. Ia dan timnya mempelajari 284 pohon baobab di Afrika barat (Ghana), timur (Kenya), dan selatan (Afrika Selatan, Namibia, Botswana).
Tujuannya yaitu untuk melihat hewan mana yang menyerbuki bunga di pohon baobab.
"Kami mengamati kelelawar dan ngengat selama 205 jam, merekam dan menangkap kelelawar untuk mengidentifikasi mereka, serta mengumpulkan serbuk sari dari tubuh mereka. Kami juga membandingkan bentuk, nektar, dan aroma bunga di seluruh wilayah," ucap Venter, seperti dilansir laman Universitas Witwatersrand.
Cara Kelelawar dan Ngengat Bantu Penyerbukan
Pohon baobab memiliki bunga-bunga yang mekar pada malam hari. Bunga tersebut menjadi santapan lezat bagi kelelawar dan ngengat.
Saat mereka mendekat untuk menghisap nektar bunga baobab yang berwarna putih dan berukuran besar, mereka membawa serbuk sari yang menempel di kaki untuk berpindah menemui putik bunga lain, sehingga terjadilah penyerbukan.
Tanpa penyerbukan oleh ngengat dan kelelawar, pohon baobab tidak bisa tumbuh dan bertahan hidup. Pohon baobab telah beradaptasi dengan hewan penyerbuk yang ada di wilayah tersebut dan bergantung kepada mereka.
Misalnya pohon baobab yang biasa diserbuki oleh ngengat, tidak akan tumbuh dengan baik jika diserbuki oleh kelelawar. Maka dari itu keberadaan kedua hewan ini penting bagi keberlangsungan baobab.
Jika kelelawar dan ngengat mengalami penurunan populasi akibat perubahan iklim, maka akan mengganggu pertumbuhan pohon baobab dan pada gilirannya memengaruhi masyarakat sekitar yang mengandalkan pohon tersebut.
Tentang Pohon Baobab
Pohon baobab dijuluki sebagai "pohon terbalik" karena dahan dan rantingnya yang menyerupai akar pohon. Pohon ini memiliki delapan spesies yang tersebar di dunia, terdapat enam spesies terbatas di Madagaskar, satu spesies hidup di Australia Utara dan satu spesies lainnya (Adansonia digitata) mudah ditemukan di wilayah sabana, Afrika.
Bagi penduduk Afrika, baobab bukan sekedar pohon raksasa, melainkan sumber mata pencaharian dan sekaligus menjadi pondasi ekonomi. Hampir seluruh bagian dari pohon baobab dapat dimanfaatkan.
Buah yang sedap dikonsumsi, kulit batang pohonnya menghasilkan serat, dan menjadi tempat berteduh manusia dan hewan. Oleh sebab itu pohon ini menjadi sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem di Afrika.
Sarah mengatakan bahwa penelitiannya telah menunjukkan bahwa bahkan pohon raksasa pun bergantung pada kemitraan yang rapuh, yakni kepada kelelawar dan ngengat. Keduanya sama-sama bisa terancam akibat perubahan iklim.
"Melindungi penyerbuk ini berarti melindungi baobab itu sendiri, dan bersama mereka, komunitas dan ekosistem yang bergantung padanya," tuturnya.
"Burung, lebah, dan kumbang tidak menyerbuki bunga baobab, sehingga baobab bergantung pada ngengat dan kelelawar untuk bertahan hidup. Pohon baobab dapat bertahan hidup dalam berbagai kondisi lingkungan dan iklim. Namun, kelelawar dan ngengat mungkin lebih rentan terhadap perubahan iklim," tambahnya.
Penulis adalah peserta program MagangHub Kemnaker di detikcom.
Simak Video "Video BMKG-Wamen PU Bahas Ancaman Perubahan Iklim Terhadap Infrastruktur RI"
(faz/faz)