Orang yang Percaya Zodiak Cenderung Kurang Cerdas dan Narsis, Ini Kata Studi

ADVERTISEMENT

Orang yang Percaya Zodiak Cenderung Kurang Cerdas dan Narsis, Ini Kata Studi

Fahri Zulfikar - detikEdu
Minggu, 13 Apr 2025 14:00 WIB
The womans portrait in the astrological atmosphere, zodiac signs and planets
Ilustrasi zodiak Foto: iStock
Jakarta -

Apakah detikers termasuk yang percaya dengan zodiak? Konsep zodiak merupakan bagian dari astrologi yang membahas tentang benda-benda langit terkait dengan kepribadian atau peristiwa duniawi.

Kata astrologi berasal dari bahasa Yunani, yakni 'astron' yang berarti bintang. Astrologi mengacu pada pergerakan, posisi, dan aspek lain dari bintang dan planet dengan tujuan memperoleh pengetahuan tentang kehidupan manusia dan kejadian pada masa depan.

Astrologi bukan termasuk sebuah ilmu pengetahuan atau sains. Namun, banyak yang mempercayai atau mengaitkan dengan kepribadian individu.

Penelitian yang dilakukan psikolog dari Universitas Lund di Swedia menemukan bahwa orang yang percaya pada astrologi, seperti zodiak, ternyata cenderung kurang cerdas dan narsis. Penelitian Ida Andersson, Julia Persson dan Petri Kajonius itu telah diterbitkan di jurnal Personality and Individual Differences pada 2022.

Orang yang Percaya Astrologi Memiliki IQ yang Lebih Rendah

Para peneliti mencatat bahwa kepercayaan terhadap astrologi telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Mereka kemudian mencari tahu apakah ada ciri-ciri umum di antara orang-orang yang mau percaya pada ilmu semu yang tidak memiliki bukti kegunaannya.

Dalam penelitiannya, mereka membuat kuesioner online yang dirancang untuk mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian dan kemudian menambahkan pertanyaan-pertanyaan tersebut ke versi singkat dari penilaian 'Inventarisasi Kepercayaan' pada Astrologi. Selain itu, para peneliti juga menambahkan tes IQ singkat.

Mereka kemudian merekrut 264 orang dewasa berbahasa Inggris menggunakan Facebook untuk mengisi kuesioner mereka. Peserta tersebut, 87% di antaranya perempuan, dengan rentang usia 25 hingga 34 tahun.

Hasilnya, ditemukan bahwa orang-orang yang mengaku percaya pada astrologi cenderung mendapat nilai lebih tinggi dari rata-rata dalam pengukuran narsistik dan juga mendapat nilai buruk dalam tes IQ.

Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya pada astrologi cenderung lebih fokus pada diri sendiri dibandingkan orang rata-rata. Ada indikasi mereka melihat dirinya sebagai orang istimewa dengan kemampuan kepemimpinan alami, tapi di sisi lain juga kurang cerdas dibandingkan orang kebanyakan.

"Semakin tinggi nilai IQ seorang sukarelawan dalam kuesioner, semakin rendah peluang mereka untuk percaya pada astrologi," terang peneliti, sebagaimana dikutip dari phys.org.

Kenapa Ada Orang yang Percaya Astrologi?

Psikologi klinis dan neuropsikologi lulusan Universitas British Columbia di Kanada, Arash Emamzadeh, mengatakan bahwa secara umum, orang tertarik pada penjelasan atau prediksi astrologi pada saat stres, kebingungan, dan ketidakpastian.

Sebagai contoh, pada saat terjadi pergolakan sosial dan politik (misalnya revolusi, pandemi) atau krisis pribadi (misalnya penyakit serius), banyak orang beralih ke astrologi sebagai cara untuk mengatasi persepsinya. Biasanya, mereka akan merasa hidup dapat dikendalikan atau setidaknya dapat diprediksi.

"Adapun pendorong lain dari perbedaan keyakinan individu terhadap astrologi adalah faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, spiritualitas, gaya berpikir, sikap, kepribadian, dan kemampuan kognitif," ucap Emamzadeh, dikutip dari Psychology Today.

Sementara itu, pakar menilai bahwa kepribadian narsistik dan kepercayaan pada astrologi bisa terkait karena berbagai penyebab. Salah satunya adanya aspek budaya generasi milenial.

Menurut Emamzadeh, keunikan individu mungkin mengarah pada pandangan dunia yang lebih egosentris dan dengan demikian kepercayaan mereka terhadap astrologi bisa berhubungan dengan sifat narsistik.

Meski begitu para peneliti juga mengakui bahwa studi yang ditinjau, masih memiliki sejumlah keterbatasan, seperti kurangnya pengambilan sampel secara acak, sebagian besar partisipannya adalah perempuan muda, dan sebagian besar penggunaan skala versi yang lebih singkat.

Oleh karena itu, penelitian pada masa depan perlu mereplikasi penemuan saat ini.




(faz/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads