Sejarah Penamaan Rasi Bintang dan Kebudayaan Manusia Zaman Dulu

ADVERTISEMENT

Sejarah Penamaan Rasi Bintang dan Kebudayaan Manusia Zaman Dulu

Najhan Zulfahmi - detikEdu
Senin, 20 Mei 2024 21:00 WIB
Dua bocah melihat pemandangan gugusan bintang Galaksi Bima Sakti yang terlihat di langit Kota Kupang, NTT, Sabtu (18/4/2020). Akibatnya padamnya listrik di Kota Kupang, warga pun berbondong-bondong keluar rumah untuk menyaksikan keindahan alam tersebut. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Jakarta -

Kumpulan bintang atau konstelasi yang ada di luar angkasa terlihat begitu indah di malam hari yang cerah. Begitu juga dengan masyarakat zaman dahulu Ketika melihat keindahan rasi bintang. Tak heran jika rasi bintang juga telah menjadi bagian dari kebudayaan kuno di berbagai belahan dunia.

Bahkan masyarakat dulu juga memanfaatkannya berbagai hal mulai dari kegiatan sehari-hari seperti navigasi untuk para pelaut, penentuan kalender, hingga mengaitkannya dengan peramalan tertentu.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai rasi bintang dan kebudayaan manusia, simak artikel berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Penamaan Rasi Bintang pada Kebudayaan Kuno di Seluruh Dunia

Penamaan rasi bintang berasal dari budaya yang beragam seperti Yunani kuno, Cina, Mesopotamia, hingga Arab, bahkan kebudayaan Nusantara juga ada yang memberi nama pada rasi bintang tertentu. Sejarah panjang penamaan ini mencerminkan mitologi dan kepercayaan masyarakat yang berbeda di seluruh dunia.

Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai sejarah penamaan rasi bintang pada beberapa kebudayaan kuno.

ADVERTISEMENT

Kebudayaan China Kuno

Astronomi pada masa Tiongkok kuno telah secara sistematis memberi nama pada bintang-bintang yang terlihat, jauh sebelum manusia modern mengadopsi praktik yang serupa, sekitar 1000 tahun sebelumnya.

Bahkan pengelompokan rasi bintang yang dilakukan astronom China kuno cukup rumit, mereka mengelompokkan bintang-bintang pada 31 area yang terbagi pada dua sistem yang dikenal dengan nama "Tiga Batasan" dan "Dua Puluh Delapan Rumah Besar".

Rasi bintang "Tiga Batasan" terdiri dari area dekat Kutub Utara Langit dan dapat terlihat sepanjang tahun. Sementara itu rasi bintang "Dua Puluh Delapan Rumah Besar, yang mencakup area zodiak dan mencerminkan pergerakan Bulan". Sistem ini kemudian dibagi menjadi 23 asterisms, dan setiap bintang diberi nama berdasarkan kombinasi asterism-nya dengan angka.

Kebudayaan Yunani Kuno

Masyarakat Yunani kuno terbiasa mengaitkan nama rasi bintang dengan dewa-dewi, pahlawan, dan hewan dalam mitologi mereka.

Misalnya Ursa Major yang dikaitkan beruang Callisto, kemudian rasi bintang Orion yang terkenal berasal dari makhluk mitologi berupa pemburu raksasa bernama Orion atau rasi bintang Cassiopeia yang diambil dari legenda ratu yang sombong.

Bahkan penamaan rasi bintang dengan budaya Yunani kuno masih tetap populer hingga sekarang.

Kebudayaan Mesopotamia

Rasi bintang Mesopotamia juga kuno memiliki sistem penamaan yang unik, di mana banyak dari mereka dikaitkan dengan hewan dan dewa-dewi dalam mitologi mereka.

Sebagai contoh, rasi bintang Leo diasosiasikan dengan gambaran singa, rasi bintang Taurus dengan gambaran banteng, dan rasi bintang Scorpius dengan gambaran kalajengking.

Kebudayaan Arab

Penamaan rasi bintang tidak hanya merupakan cara untuk mengidentifikasi pola langit, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya, pengetahuan ilmiah, dan spiritualitas yang dimiliki oleh masyarakat Arab.

Beberapa rasi bintang terkenal dalam pengelompokan menurut kebudayaan masyarakat Arab seperti misalnya, Aldebaran dikenal sebagai "At-Tariq" yang berarti "Pembuka Jalan". Sementara Sirius disebut "Aschere" atau "An-Najm al-Sha'r" yang artinya "Bintang yang Terang" atau "Bintang Singa". Begitu juga dengan penamaan lainnya seperti Betelgeuse, yang dikenal sebagai "Yad al-Jauza" atau "Tangan Gemini".

Kebudayaan Nusantara

Nenek moyang kita juga memiliki penamaan pada beberapa rasi bintang. Salah satu nama rasi bintang yang terkenal adalah rasi bintang Waluku atau bintang bajak.

Rasi bintang Waluku juga dikenal dengan rasi bintang Orion. Adapun masyarakat Badui yang menggunakan rasi bintang ini untuk penanggalan dan menyebutnya dengan nama Kidang.

Pemanfaatan Rasi Bintang dalam Kehidupan Masyarakat Kuno

Selain memberikan nama pada rasi bintang dengan budayanya masing-masing, masyarakat dahulu juga sering memanfaatkan pola bintang di langit untuk kehidupannya sehari-hari.

Mereka biasanya sering menggunakan rasi bintang untuk penanggalan sebelum adanya kalender atau penunjuk arah mata angin.

Misalnya rasi bintang Orion yang menandakan kedatangan musim dingin. Sementara segitiga musim panas (Summer Triangle) mengisyaratkan kehadiran musim panas atau semi.

Atau rasi bintang penanda mata angin seperti Bintang Utara (Polaris) dan Ursa Minor dapat membantu menentukan arah utara, sementara pola rasi bintang yang menyerupai salib, seperti Crux, menjadi petunjuk arah menuju selatan.

Penggunaan rasi bintang untuk penanggalan sangat berguna bagi para petani zaman dahulu untuk menentukan masa bertanam atau panen.

Sementara itu, penggunaan rasi bintang untuk penunjuk arah mata angin sangat berguna bagi nelayan zaman dulu sebagai navigasi di laut lepas sebelum adanya Kompas.

Itu dia serba-serbi rasi bintang dan perannya dalam kebudayaan manusia sejak dulu. Menarik bukan?




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads