Keliling Hutan Bambu Penglipuran, Kini Makin Asyik dengan Jembatan Kayu

Keliling Hutan Bambu Penglipuran, Kini Makin Asyik dengan Jembatan Kayu

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Senin, 16 Des 2024 03:30 WIB
Jembatan kayu di dalam kawasan hutan bambu Desa Penglipuran, Bangli, Bali yang baru dibuka untuk pelancong, Minggu (15/12/2024). (dok. pribadi Samiarsa)
Foto: Jembatan kayu di dalam kawasan hutan bambu Desa Penglipuran, Bangli, Bali yang baru dibuka untuk pelancong, Minggu (15/12/2024). (dok. pribadi Samiarsa)
Bangli -

Berkeliling di tengah hutan bambu di kawasan Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali, menjadi kenikmatan tersendiri. Sebab, pemandangan hutan bambu ini memberikan kesan yang asri dan menyimpan banyak titik tempat foto yang estetik.

Selama ini, belum semua titik di kawasan hutan bambu Penglipuran dapat dijamah pengunjung karena terbatasnya akses. Hanya sebagian titik yang sudah ditata, lengkap dengan jalannya.

Kali ini detikers bisa mengenal karakteristik hutan bambu Penglipuran lebih dalam lagi. Sebab pengelola wisata sudah membuat jalan baru berupa jembatan kayu yang memudahkan pelancong mengakses kawasan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalan itu baru saja dibuka untuk pelancong, Minggu (15/12/2024). Dengan jembatan itu, pengalaman berwisata di hutan bambu seluas 45 hektare itu jadi tambah mengasyikkan.

"Kami sudah resmi buka Minggu ini. Kami pastikan semua fasilitas aman untuk menyambut kedatangan turis jelang libur Natal dan akhir tahun ini," kata ketua pengelola Desa Penglipuran, I Wayan Samiarsa, Minggu malam.

Samiarsa menuturkan tempat itu otomatis akan jadi tempat foto baru yang cantik karena berlatar rumpun bambu yang lebat. Walhasil, adanya jembatan kayu menambah kesan pengunjung selama keliling melihat bambu.

"Selama menelusuri jembatan ini wisatawan juga dimajakan dengan spot foto di bawah hutan bambu yang estetik. Harapan kami ini jadi pengalaman baru saja buat mereka," sambung Samiarsa.

Samiarsa mengingatkan di dalam kawasan hutan juga ada area khusus yang sudah dipasangi instalasi seni ala suasana Jepang. Tempat ini jadi peralihan buat wisatawan yang jenuh keliling rumah-rumah khas warga desa terbersih di dunia itu.

Bagi yang mau berkunjung saat weekend, terutama Sabtu, pasar Pelipur Lara bisa jadi rekomendasi buat nambah-nambah pengalaman seru selama berlibur di Penglipuran. Pasar 'dadakan' itu menjual aneka kuliner jadul alias jaman dulu yang bisa membawa detikers kembali bernostalgia.

Anda juga merasakan sensasi kuno di era kekinian, di mana para penjualnya kompak mengenakan pakaian Bali. Makanan yang dijual fure khas tradisional Bali yang mungkin sebagian jarang ditemukan di tempat lain. Mau yang lebih kekinian, pelancong bisa sekadar nongkrong di restoran hutan bambu, masih di kawasan tersebut.

Samiarsa memperkirakan kunjungan ke Penglipuran kemungkinan bisa mencapai 5.000 orang per hari, bahkan melonjak. Pengembangan kawasan hutan, selain membuat atraksi barong, lanjut Samiarsa, jadi cara lain mengurai sesaknya aktivitas wisata.

"Rata- rata kunjungan ke desa per hari kisaran 2.500 sampai 3.000 orang. Untuk Natal kami prediksi ada di angka 5.000 per hari bahkan naik. Ini sudah kami antisipasi," tukas Samiarsa.




(hsa/hsa)

Hide Ads