Gaya hidup hedonis atau pamer gaya hidup mewah menjadi ajang kebanggaan bagi kalangan pelajar di Nusa Tenggara Barat (NTB). Tak ayal, banyak cara yang dilakukan para pelajar itu untuk mendapatkan cuan instan.
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram menemukan fenomena banyak pelajar yang mencari cuan pintas melalui part time bisnis esek-esek, song freelance hingga lady companion (LC).
"Ada yang dari Kota Mataram dan Lombok Barat (Lobar). Jadi mereka ngaku ke orang tua jadi waiters, tetapi ternyata jadi partner song freelance," kata Ketua LPA Mataram Joko Jumadi kepada detikBali, Rabu (3/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Joko, para pelajar yang terjun menjadi partner song freelance hingga LC didominasi dari keluarga kurang mampu. Namun, mereka justru mempunyai gaya hidup yang tinggi.
"Jadi kalau lihat temannya punya HP baru, mereka juga ingin punya HP. Karena kondisi keluarga yang tidak memungkinkan, mau tidak mau mereka terjun jadi partner song freelance ataupun LC," tutur Joko.
Dari penelusuran LPA Mataram, para partner song freelance memiliki tugas menawarkan minuman hingga menemani para tamu. Upah para pelajar yang menjadi partner song freelance berdasarkan jumlah botol minuman yang dipesan tamu.
"Karena mereka freelance, tidak kontrak dengan pemilik kafe, jadi gajinya murni dari layanan mereka ke tamu saja," ujar pria yang juga menjadi Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Mataram (Unram) itu.
LPA Kota Mataram mencatat, para pelajar yang rata-rata berusia 15 tahun tersebut tersebar di beberapa kafe remang-remang atau kafe tradisional, seperti di Gunung Sari, Lingsar, Suranadi hingga Cakranegara. Joko menilai, aktivitas seperti menemani tamu minum hingga mengobrol di dalam ruangan akan sangat rentan terjadi kekerasan seksual.
"Dari temuan investigasi kami, ternyata partner song freelance hingga LC tidak hanya didominasi pelajar saja, tetapi ada anak putus sekolah hingga anak-anak yang baru saja menjanda," kata Joko.
LPA Mataram ke depan berencana berkoordinasi dengan Dinas Sosial guna merehabilitasi para pelajar di bawah umur tersebut. Tak hanya itu, pelajar yang putus sekolah rencananya diupayakan agar bisa kembali bersekolah.
"Tak hanya itu, kami juga akan melakukan pencegahan perkawinan anak, melihat banyak anak-anak yang jadi janda di usia muda juga turut menjadi partner song freelance," jelasnya.
(hsa/hsa)