Janda Ditipu Mahar Rp 1,7 Miliar hingga Perwira Polisi Bikin Onar di Gereja

Terpopuler Sepekan

Janda Ditipu Mahar Rp 1,7 Miliar hingga Perwira Polisi Bikin Onar di Gereja

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 07 Apr 2024 14:42 WIB
Penampakan uang mahar janda di Bima sebelum berubah jadi daun kering.
Foto: Penampakan uang mahar untuk janda di Bima sebelum 'berubah' menjadi daun kering. (Istimewa)
Mataram -

Sederet peristiwa di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) selama sepekan terakhir menarik perhatian pembaca detikBali. Di Bima, NTB, warga dihebohkan dengan tindak penipuan yang dialami oleh seorang janda.

Seorang pria lanjut usia (lansia) menipu janda tersebut dengan uang mahar Rp 1,7 miliar yang ternyata merupakan daun kering. Peristiwa itu viral di media sosial.

Kemudian, ada ulah perwira polisi di Polresta Kupang yang membuat onar saat ibadah Perjamuan Kudus di sebuah gereja. Polisi itu membuat ulah dalam keadaan mabuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, ada penggerebekan sebuah kafe di Lombok Barat. Polisi menangkap muncikari dan 10 pekerja seks komersial.

Terakhir, ada kesaksian dosen Universitas Mataram (Unram) yang merasakan langsung gempa dahsyat di Taiwan. Berikut berita terpopuler sepekan di Nusa Tenggara (Nusra).

ADVERTISEMENT


1. Janda Ditipu Mahar Rp 1,7 Miliar Ternyata Daun Kering

Seorang janda tiga anak korban penipuan yang dilamar dengan mahar Rp 1,7 miliar berubah jadi daun kering, kini menghadapi masalah baru. Wanita bernama Rosdiana itu kini kerap didatangi rentenir yang menagih utang.

"Gara-gara Pak Samsudin, saya terus didatangi oleh rentenir yang menagih utang," ucap Rosdiana kepada detikBali, Kamis (4/4/2024).

Awalnya, Samsudin melamar Rosdiana dengan mahar Rp 1,7 miliar. Uang itu ditaruh di dalam koper, kardus, dan tas. Belakangan, uang itu ternyata daun kering.

Masalahnya, Samsudin dua kali datang dengan membawa uang daun kering itu. Setiap kali datang ke rumah keluarga Rosdiana, Samsudin selalu meminta uang.

Rosdiana terpaksa meminjam uang ke rentenir untuk diberikan kepada Samsudin. Dalam dua kali pertemuan itu, Rosdiana menyerahkan masing-masing Rp 3 juta kepada laki-laki penipu itu.

"Karena tergiur rayuan Samsudin waktu itu saya terpaksa dan mendadak pinjam uang dari rentenir. Semua uangnya saya serahkan ke Samsudin," katanya.

Samsudin, penipu janda dengan mahar daun kering, di Polsek Kempo, Minggu (31/3/2024). Samsudin ditangkap oleh Polsek Kempo karena hendak diamuk massa.Samsudin, penipu janda dengan mahar daun kering, di Polsek Kempo, Minggu (31/3/2024). (dok. Polsek Kempo)

Akan tetapi hal itu justru menjadi malapetaka bagi janda tiga anak tersebut. Rosdiana kini ditagih karena utangnya sudah jatuh tempo.

"Tiap hari selalu didatangi (rentenir). Hidup saya tidak tenang," ujarnya.

Menurut warga Desa Ragi, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima, itu uang yang dipinjam itu harus dikembalikan dalam tempo satu pekan. Jika tidak, maka akan dikenakan tambahan bunga.

"Kalau dalam satu bulan uang Rp 6 juta ini tidak saya kembalikan, saya harus bayar bunganya Rp 1,5 juta," ujarnya.

Saat ini, polisi telah menangani kasus penipuan itu. Rosdiana berharap agar uangnya dikembalikan.

"Harapan saya uang yang diambil Samsudin ini bisa dikembalikan. Sehingga ke depan saya tidak lagi terbebani dengan utang piutang, apalagi dengan rentenir," ujarnya.

Sebelumnya, Rosdiana sudah melaporkan Samsudin ke polisi atas dugaan tindak pidana penipuan.

Kasi Humas Polres Bima Kabupaten, Iptu Adib Widayaka membenarkan laporan itu. Kata dia, laporan Rosdiana terkait dugaan tindak pidana penipuan akan diproses sesuai ketentuan.

"Iya benar. Diproses sesuai hukum yang berlaku," imbuh Adib.

2. Perwira Polisi Mabuk-Bikin Onar di Gereja

Kepala Seksi Hukum (Kasikum) Polresta Kupang Kota Iptu Dalfis Hadjo dicopot dari jabatannya. Dalfis merupakan polisi yang mabuk sopi lalu bikin onar saat ibadah Perjamuan Kudus di Gereja GMIT Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Ya betul, setelah kejadian, yang bersangkutan langsung kami tarik dari tugasnya sebagai perwira pengendali pengamanan Paskah. Kemudian jabatannya, sudah dinonjobkan," ungkap Kapolresta Kupang Kota Kombes Aldinan Manurung kepadadetikBali, Senin (1/4/2024).

Aldinan menjelaskan berkas perkara pelanggaran kode etik sudah lengkap. Berkas tersebut segera dilimpahkan ke Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda NTT untuk disidangkan.

Dalfis juga terancam sanksi berat dalam sidang kode etik. Sanksi yang paling berat adalah pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH) atau pemecatan sebagai anggota polisi.

"Kemungkinan besar sanksinya lebih mengarah ke kode etik. Sehingga empat orang saksi juga sudah kami periksa dan memang yang bersangkutan dalam keadaan mabuk sopi," jelas Aldinan.

Dia menambahkan untuk surat permohonan maaf dari Polresta Kupang Kota telah dikirim ke Gereja GMIT Kota Kupang dan dibacakan di hadapan para jemaat.

"Suratnya sudah sampai dan telah dibacakan di hadapan seluruh jemaat saat ibadah," tandas Aldinan.

Diberitakan sebelumnya, Dalfis Hadjo membuat onar saat ibadah Perjamuan Kudus di Gereja GMIT Kota Kupang, Jumat (29/3/2024) petang. Perwira polisi itu berulah di bawah pengaruh sopi.

"Jadi, yang bersangkutan itu masuk gereja dalam keadaan mabuk sopi lalu membuat ulah saat prosesi Perjamuan Kudus sedang berlangsung," ujar Aldinan Manurung, Sabtu (30/3/2024).

Kejadian itu bermula saat Iptu Dalfis sedang mengikuti ibadah Perjamuan Kudus di gereja itu, Jumat sore. Dalfis juga ditugaskan untuk menjaga pengamanan di Gereja Protestan tertua di Kupang itu.


3. Muncikari-10 PSK Ditangkap

Salah satu kafe di Desa Suranadi, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), digerebek polisi, Sabtu malam (30/3/2024). Walhasil, satu orang muncikari berinisial DS asal Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, NTB, ditangkap.

Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama mengatakan DS ditangkap karena diduga melakukan tindak pidana ekploitasi anak di kafe tersebut.

"Kami amankan bersama anak di bawah umur satu orang dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat selama Ramadan 1445 Hijriah," tegas Yogi ketika dikonfirmasi, Senin (1/4/2024).


Menurut Yogi, selain mengamankan DS, penyidik juga menemukan beberapa perempuan sedang menemani para tamu sambil mengonsumsi minuman keras di lokasi. "Ada 10 orang yang menemani tamu turut serta diamankan sebagai saksi," ucapnya.

Sebagian besar dari 10 pekerja malam yang diamankan tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP), termasuk juga satu anak di bawah umur inisial SA berusia 17 tahun. "Sesuai keterangan di kartu keluarga, benar SA ini baru berusia 17 tahun dan bekerja di kafe tersebut," ujarnya.

Yogi mengatakan khusus terduga DS dan SA akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk kasus dugaan eksploitasi anak yang dilakukan terduga DS masih dalam penanganan penyidikan.

Polisi gerebek kafe di Desa Suranadi, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, NTB. (Dok. Polresta Mataram)Foto: Polisi gerebek kafe di Desa Suranadi, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, NTB. (Dok. Polresta Mataram)

"Bila cukup bukti, terlapor DS tentu akan dikenakan UU tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Sementara ini mereka masih dalam proses pemeriksaan," jelas Yogi.

4. Dosen Unram Ceritakan Dahsyatnya Gempa Taiwan

Gempa Taiwan berkekuatan 7,4 magnitudo menyisakan kisah pilu bagi para warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Taiwan. Mereka merasakan getaran gempa cukup lama pukul 07.58 waktu Kota Hualien, Rabu (3/4/2024).

Ismah Rustam, mahasiswi S3 di National Cheng Chi University untuk International Doctoral Program in Asia-Pacific Studies mengatakan gempa merusak beberapa gedung pencakar langit di Kota Hualien. Gempa terjadi saat dirinya dan para mahasiswa lainnya tidur di sebuah apartemen di Kota Taipei.

Isma menceritakan seluruh bangunan apartemen bergoyang dan membuat seluruh penghuni ketakutan dan keluar berhamburan. Jarak tempat tinggal Isma sekitar 160 kilometer (km) dari episenter gempa di Kota Hualien.

"Saya posisi tidur kan, selesai salat Subuh itu tiba-tiba goyangan besar banget nggak berhenti ini buat shock," kata Isma yang juga Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Fisipol Universitas Mataram (Unram) kepada detikBali, Rabu sore.

Akibat getaran gempa, kata Irma, beberapa gedung dan bangunan apartemen di Kota Taipei mengalami retak, namun tidak sampai rusak parah seperti yang terjadi di Kota Hualien. Dari informasi yang ia dapat, beberapa gedung rubuh hingga miring.

"Dari informasi sementara ada korban jiwa, tapi bukan dari WNI," kata Isma.

Isma mengungkap gempa Taiwan berbeda dengan gempa Lombok pada 2018 yang merusak ribuan rumah warga. Gempa Taiwan memiliki kekuatan yang cukup dahsyat, namun tidak banyak merusak bangunan khususnya di Kota Taipei.

Seberapa Siap Taiwan Menghadapi Gempa Bumi?Gedung miring akibat gempa di Taiwan. (Foto: DW (News))

"Aku masih merasa trauma ya. Lebih khawatir ketakutan. Lebih parah mana? Lebih besar ini lebih lama juga durasinya dari gempa 2018 di Lombok," katanya.

Isma mengatakan nyaris semua kota di Taiwan bergetar luar biasa akibat gempa yang terjadi pagi tadi. Bahkan berdasarkan informasi, gempa terasa di seluruh kota.

"Tadi banyak gempa susulan besar masih terasa 5 magnitudo sampai 6 magnitudo. Tapi sampai sore ini gempa susulan mengecil dan intensitas lebih jarang," cerita mahasiswa S3 asal Tarakan, Kalimantan Utara, ini.

Saat ini seluruh mahasiswa dan para WNI yang berada di Taiwan telah berkoordinasi dengan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) di Kota Taipei. Semua mahasiswa saling memberikan informasi memantau kondisi di pusat gempa.

"Ada banyak mahasiswa mulai S1 sampai S3 di sini kami saling kontak," ujarnya.

Menurut Isma, hingga saat ini belum ada informasi ke WNI menjadi korban gempa Taiwan. Namun informasi itu terus di update kepada KBRI perlindungan WNI yang ada di Taiwan.




(hsa/dpw)

Hide Ads