Gempa dahsyat di Taiwan turut dirasakan sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di sana. Salah satunya adalah Ismah Rustam, mahasiswi S3 di National Cheng Chi University untuk International Doctoral Program in Asia-Pacific Studies. Ismah merupakan dosen Universitas Mataram (Unram), Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang mendapat tugas belajar di Taiwan.
Ismah mengisahkan gempa yang terjadi pukul 07.58 waktu Kota Hualien, Taiwan, Rabu (3/4/2024), itu cukup dahsyat. Bahkan, dia mengaku sampai sekarang masih trauma.
Ismah mengatakan gempa merusak beberapa gedung pencakar langit di Kota Hualien. Gempa terjadi saat dirinya dan para mahasiswa lainnya tidur di sebuah apartemen di Kota Taipei.
Apartemen Bergoyang, Penghuni Berhamburan
Isma menceritakan seluruh bangunan apartemen bergoyang dan membuat seluruh penghuni ketakutan dan keluar berhamburan. Jarak tempat tinggal Isma sekitar 160 kilometer (km) dari episenter gempa di Kota Hualien.
"Saya posisi tidur kan, selesai salat Subuh itu tiba-tiba goyangan besar banget nggak berhenti ini buat shock," kata Isma yang juga Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Fisipol Universitas Mataram (Unram) kepada detikBali, Rabu sore.
Akibat getaran gempa, kata Irma, beberapa gedung dan bangunan apartemen di Kota Taipei mengalami retak, namun tidak sampai rusak parah seperti yang terjadi di Kota Hualien. Dari informasi yang ia dapat, beberapa gedung rubuh hingga miring.
"Dari informasi sementara ada korban jiwa, tapi bukan dari WNI," kata Isma.
Nyaris Semua Kota Bergetar Hebat
Isma mengungkap gempa Taiwan berbeda dengan gempa Lombok pada 2018 yang merusak ribuan rumah warga. Gempa Taiwan memiliki kekuatan yang cukup dahsyat, namun tidak banyak merusak bangunan khususnya di Kota Taipei.
"Aku masih merasa trauma ya. Lebih khawatir ketakutan. Lebih parah mana? Lebih besar ini lebih lama juga durasinya dari gempa 2018 di Lombok," katanya.
Isma mengatakan nyaris semua kota di Taiwan bergetar luar biasa akibat gempa yang terjadi pagi tadi. Bahkan berdasarkan informasi, gempa terasa di seluruh kota.
"Tadi banyak gempa susulan besar masih terasa 5 magnitudo sampai 6 magnitudo. Tapi sampai sore ini gempa susulan mengecil dan intensitas lebih jarang," cerita mahasiswa S3 asal Tarakan, Kalimantan Utara, ini.
Semua Mahasiswa WNI Saling Berbagi Informasi
Saat ini seluruh mahasiswa dan para WNI yang berada di Taiwan telah berkoordinasi dengan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) di Kota Taipei. Semua mahasiswa saling memberikan informasi memantau kondisi di pusat gempa.
"Ada banyak mahasiswa mulai S1 sampai S3 di sini kami saling kontak," ujarnya.
Menurut Isma, hingga saat ini belum ada informasi ke WNI menjadi korban gempa Taiwan. Namun informasi itu terus di update kepada KBRI perlindungan WNI yang ada di Taiwan.
Dilansir detikNews, gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo melanda pantai timur Taiwan pada Rabu (3/4/2024) menyebabkan setidaknya sembilan orang meninggal dunia. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah mengingat hingga saat ini setidaknya terdapat 711 orang terluka serta 127 orang yang masih 'terjebak'.
Gempa tersebut menyebabkan beberapa bangunan runtuh di Hualien, kota yang paling dekat dengan pusat gempa. Upaya penyelamatan pun masih dilakukan di Hualien.
Getaran gempa dirasakan hingga ke wilayah pegunungan di pedalaman Taiwan yang ditandai tanah longsor berskala besar. Di Obu Kota Taipei, rekaman video memperlihatkan gedung-gedung bergoyang kuat.
"Gempanya dekat dengan daratan dan dangkal. Gempa ini terasa di seluruh Taiwan dan pulau-pulau lepas pantai gempa ini merupakan gempa terkuat dalam 25 tahun terakhir," kata Wu Chien Fu, Direktur Pusat Seismologi Taipei.
(hsa/gsp)