"Aturan masuk sekolah pukul 05.30 Wita resmi kami cabut," tutur Kalake melalui siaran pers, Kamis (21/9/2023).
Dengan dicabutnya kebijakan tersebut, maka siswa SMAN 1 Kota Kupang dan SMAN 6 Kota Kupang tak lagi pergi sekolah saat pagi buta. "Para siswa akan memulai masuk sekolah pada pukul 07.00 Wita," imbuh Kalake.
Kebijakan masuk sekolah sebelum matahari terbit yang dikeluarkan oleh Gubernur Viktor pada Februari lalu itu telah menuai pro kontra. Bahkan, Kepala Perwakilan Ombudsman NTT Darius Beda Daton menyebut kebijakan tersebut ditertawakan oleh seluruh dunia.
"Gegara kebijakan itu, kita ditertawakan seluruh dunia. Harusnya pendapat pakar pendidikan dan pakar perkembangan anak menjadi rujukan bersama. Ini seperti mimpi malam, lalu besok diterapkan. Anak-anak bukan kelinci percobaan," kata Daton, Minggu (19/3/2023).
Ketua P2G Provinsi NTT Wilfridus setali tiga uang. Menurutnya, kebijakan sekolah saat subuh itu tidak ramah anak, orang tua, maupun guru. Sebab, siswa harus bangun pukul 04.00 atau bahkan pukul 03.00 Wita apabila jarak rumah dengan sekolahnya jauh. Para guru pun wajib lebih pagi dibandingkan para murid.
Tak hanya itu, kebijakan tersebut juga dianggap menyulitkan mereka yang tinggal di wilayah minim sarana transportasi umum atau jalannya sulit diakses dan minim penerangan. "Artinya, pemprov tidak mempertimbangkan kebijakan tersebut dengan landasan kajian secara geografis dan transportasi publik," kata Wilfridus beberapa waktu lalu.
Meski menuai beragam pertentangan, Viktor berkukuh untuk tetap menerapkan kebijakan masuk sekolah pukul 05.30 Wita hingga masa jabatannya sebagai Gubernur NTT berakhir. Menurut Viktor, pro dan kontra menunjukkan kecintaan terhadap pembangunan di NTT. Ia ngotot bahwa kebijakan tersebut bertujuan baik.
Viktor juga sempat membantah anggapan jam masuk sekolah tersebut tergolong pagi buta. "Banyak orang yang menyatakan itu pagi buta! Lihat baik-baik. Matahari terbit di Nusa Tenggara Timur itu jam 5.48," kata Viktor saat berpidato dalam acara pembukaan Persidangan Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) ke-50 di Aula GMIT Centre Kupang, Selasa (28/2/2023).
Viktor mengungkapkan anggaran pendidikan di NTT cukup besar, bahkan lebih dari 20 persen seperti yang diamanatkan konstitusi. Namun, ia menilai lulusan SMA di NTT sangat sedikit yang mampu menembus perguruan tinggi negeri favorit.
Ia pun meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk menyiapkan setidaknya dua SMA yang didesain menjadi sekolah unggul, baik dalam pengetahuan maupun karakter.
"Orang tanya bangun pagi-pagi setengah mati, kasih bangun (membangunkan) jam 7 mau pi (pergi) sekolah saja setengah mati. Ya sekarang kami kasih maju (majukan jam sekolah) supaya kasih bangun cepat. Karena sekolahnya unggul," kata Viktor ketika itu.
(iws/iws)