Asal-usul Kampung Islam di Pulau Dewata

Liputan Khusus Idul Fitri 2024

Asal-usul Kampung Islam di Pulau Dewata

Hakim Dwi Saputra - detikBali
Rabu, 10 Apr 2024 21:45 WIB
Suasana di kampung Islam Desa Pegayaman, Buleleng, Bali, Minggu (24/3/2024).
Suasana di kampung Islam Desa Pegayaman, Buleleng, Bali, Minggu (24/3/2024). Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali
Denpasar -

Gerbang bertuliskan aksara Arab menyambut saat detikBali memasuki Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali. Bentuk seperti kubah berwarna kuning terpacak di tiang gerbang tersebut.

'Marhaban bihudurikum (selamat datang atas kehadirannya)' seperti tertulis di gerbang tersebut. Asma Allah Swt dan Nabi Muhammad saw tertulis di gerbang tersebut.

Perempuan berkerudung dan pria bersarung, hilir mudik, di desa yang terletak di Bukit Gitgit itu. Palinggih yang biasa terdapat di rumah-rumah penduduk Bali beragama Hindu hampir tidak terlihat di kampung Islam yang berdiri sejak abad ke-17 itu.

Tokoh masyarakat Desa Pegayaman, Ketut Muhammad Suharto, menceritakan desa itu merupakan pemberian Raja Buleleng I Gusti Anglurah Panji Sakti. Adapun, leluhur warga muslim Pegayaman merupakan 100 prajurit Kerajaan Blambangan yang kalah perang dengan Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Mataram pada 1647-1648.

Seratus leluhur Suharto itu lantas ditempatkan di wilayah hutan gayam yang terletak di sebelah selatan Kerajaan Buleleng. "(Nama) Desa Pegayaman diambil dari pohon gatep itu, namanya gayaman atau pegatepan," papar Suharto kepada detikBali, Minggu (24/3/2024).

Gapura Desa Pegayaman, Buleleng, Bali, Minggu (24/3/2024). Desa Pegayaman merupakan salah satu kampung muslim di Pulau Dewata.Gapura Desa Pegayaman, Buleleng, Bali, Minggu (24/3/2024). Desa Pegayaman merupakan salah satu kampung muslim di Pulau Dewata. Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali


Sebagian dari mereka, Suharto melanjutkan, menikah dengan warga Hindu Bali yang kemudian masuk Islam. Para prajurit dari Blambangan itu beranak-pinak di Pegayaman dan kini berjumlah ribuan orang.

Gerbang penanda wilayah beraksara Arab juga terdapat di Kampung Kecicang Islam, Desa Bungaya Kangin, Karangasem, Bali. Pria bersarung dan perempuan berkerudung juga terlihat di kampung muslim yang didirikan oleh orang Sasak Abdurrahman atau yang dikenal dengan julukan Balok Sakti pada abad ke-17.

Balok Sakti berasal dari Kerajaan Selaparang. Kerajaan yang berlokasi di Lombok itu dikalahkan oleh Kerajaan Karangasem. Balok Sakti lalu dibawa ke Gumi Lahar, sebutan Karangasem, untuk memperkuat kerajaan itu.

"Balok Sakti ditempatkan di wilayah Tohpati untuk menjaga wilayah Karangasem dari serangan musuh dari jalur utara," kata Kelian Adat Kampung Kecicang Islam, Hasmini, Selasa (9/4/2024).

Buku 'Sejarah Masuknya Islam dan Perkembangan Pemukiman Islam di Desa Kecicang' menyebutkan Balok Sakti sangat dekat dengan raja Karangasem. Hal itu mengakibatkan kecemburuan dari lingkungan puri dan dan masyarakat Tohpati. "Masyarakat mulai menyebar fitnah untuk menyingkirkan Balok Sakti," seperti dikutip dari buku tersebut.

Raja memberikan pilihan kepada Balok Sakti antara tinggal di kota, dekat raja, atau memilih suatu tempat. Balok Sakti memilih tempat baru yang masih berupa hutan lebat.

"Saat membuka hutan, warga menemukan ada banyak tumbuhan dan bunga kecicang karena wilayah tersebut belum punya nama akhirnya warga saat itu sepakat memberi nama Kecicang," kata Hasmini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ratusan warga di Kampung Kecicang Islam, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, menggelar tradisi Menekan untuk merayakan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)Ratusan warga di Kampung Kecicang Islam, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, menggelar tradisi Menekan untuk merayakan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali) Foto: Ratusan warga di Kampung Kecicang Islam, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, menggelar tradisi Menekan untuk merayakan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah. (Foto: I Wayan Selamat Juniasa/detikBali)


Berbeda dengan Desa Pegayaman yang leluhur mereka berasal dari Kerajaan Blambangan dan Kampung Kecicang Islam yang berasal dari Sasak, ribuan warga Desa Air Kuning, Jembrana, merupakan keturunan Bugis.

Tokoh masyarakat Desa Air Kuning, Saipulrahman, menuturkan sebagian warga Desa Air Kuning merupakan nelayan. Darah pelaut itu diwariskan oleh pasukan Daeng Nachoda yang memeluk Islam.

Pasukan panglima Kerajaan Gowa itu tiba di Desa Air Kuning pada 1667-1669. Mereka menetap di Jembrana setelah kalah perang melawan perusahaan dagang Hindia Belanda (VOC).

Raja Arya Pancoran IV, Saipulrahman melanjutkan, kemudian memberikan tempat kepada pasukan Daeng Nachoda di sebuah lubuk sungai yang luas. Mereka kemudian membangun permukiman di tepi pantai dan bekerja sebagai nelayan.

Selama bertahun-tahun pasukan Daeng Nachoda yang berdarah Bugis itu berinteraksi dengan warga setempat yang beragama Hindu. Akulturasi budaya terjadi.

Lambat laun, mereka pandai berbahasa Bali. "Di Desa Air Kuning warganya berbahasa Bali," tutur Saipulrahman kepada detikBali, di Desa Air Kuning, Senin (1/4/2024).

Tradisi Hindu Bali juga bisa ditemui di Desa Air Kuning. Misalnya ngejot atau tradisi saling memberikan makanan saat hari raya. Meski terjadi akulturasi budaya, ajaran agama Islam mengakar kuat di Desa Air Kuning.

Sejarawan Bali dari Universitas Udayana, Anak Agung Bagus Wirawan, menuturkan secara garis besar kampung-kampung Islam di Bali terbentuk sejak beberapa abad silam dari leluhur-leluhur mereka yang keturunan Jawa, Bugis, dan Sasak.

Misalkan, Kerajaan Karangasem yang mengekspansi Lombok. Sesuai perang, orang-orang Sasak ikut bersama raja ke Karangasem dan diberikan tempat bermukim di sejumlah wilayah. "Seperti sekarang yang kita kenal ada Kampung Islam Kecicang, Saren, Sindu, dan lainnya yang sebagian warganya berasal dari Lombok," paparnya.

Selain itu, ada juga kampung Islam yang terbentuk lewat penduduk asli Bali yang menjadi mualaf. Mereka terdapat di Dusun Angansari, Desa Kutuh, Kintamani, Bangli.

Pembaca detikBali, kampung-kampung muslim sebetulnya tersebar di Bali. Namun, setelah melalui rapat redaksi, kami memutuskan untuk menulis lebih dulu histori terbentunya kampung Islam di Desa Pegayaman, Desa Air Kuning, Kampung Kecicang Islam, dan Dusun Angansari. Selamat membaca!

1.

2.

ADVERTISEMENT

3.

4.

5.

6.

7.




(hsa/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads