Ayu Sakura: Meraup Cuan dari Konten Tiga Bahasa

Kisah Influencer di Bali

Ayu Sakura: Meraup Cuan dari Konten Tiga Bahasa

Ni Made Maheswari Anindya Putri - detikBali
Jumat, 08 Des 2023 15:58 WIB
Ayu Sakura saat ditemui diΒ Tegalalang, Ubud, Gianyar, Bali,Β  Selasa (24/10/2023). (Ni Made Maheswari Anindya Putri/detikBali)
Ayu Sakura saat ditemui diΒ Tegalalang, Ubud, Gianyar, Bali,Β  Selasa (24/10/2023). Foto: Ni Made Maheswari Anindya Putri/detikBali.
Denpasar -

Ayu Sakura datang membawa sekotak roti aneka rasa ke meja makan. Ibu dan ayahnya sudah menunggu di salah satu ruangan rumah keluarga itu. Suasana menjadi riuh ketika ketiganya mulai bercengkerama dengan tiga bahasa sembari menikmati roti yang dibawa Ayu.

"Itadakimasu (selamat makan)," kata ibu Ayu, Yasuyo Ishii, dalam bahasa Jepang.

"Oishi... (enak)," Ayu Sakura menimpali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Fuwa fuwa dana kore (rotinya lembut sekali)," sahut Yasuyo.

Ayah Ayu, I Wayan Sugita, tak ingin ketinggalan mencicipi roti yang dibawakan putrinya yang manja itu. Ia pun mengambil roti dengan topping cokelat yang lumer dan nimbrung dengan bahasa Bali. "Jaen ne... (enak sekali)" kata pria bersinglet abu-abu dengan koyo pereda nyeri yang tertempel di pelipis itu.

ADVERTISEMENT

Keseruan itu kerap terjadi ketika Ayu Sakura dan keluarganya berkumpul. Momen kebersamaan keluarga kecil Ayu Sakura bahkan dinanti-nanti oleh 655 ribu pengikutnya di TikTok. Ayu bahkan meraup cuan jutaan rupiah untuk sekali unggah konten keseruan keluarganya.

@ayusakuraa Emang nyampur aduk bahasanya, sama ibu bhs jepang, sama bapak bhs bali, plus ada bhs indonesia, otakku sudah biasa ga meledak kok πŸ”₯ intinya roti sama kopi nya enak #DoubleEnaknya! @Roti Goolung #fyp #fypγ‚· #japanmom #bilingual #anime #manga #naruto #kimetsuniyaiba #muichiro #demonslayer #lope #family ♬ original sound - Ayu Sakura

Keriuhan keluarga Ayu juga kerap bikin warganet tertawa geli. Ibu Ayu yang berdarah Jepang terkadang terlihat kebingungan ketika putrinya yang berusia 25 tahun itu mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa Bali maupun bahasa Indonesia. Sementara itu, ayahnya adalah seorang pria asal Penarungan, Mengwi, yang sejak lahir berbahasa Bali.

"Jadi, aku menerjemahkan bahasa mereka gitu," tutur Ayu saat menceritakan konsep kontennya di TikTok kepada detikBali, Selasa (24/10/2023).

Selain menerjemahkan bahasa Jepang-Indonesia, Ayu juga memperkenalkan aksara Jepang pada konten-kontennya di TikTok. Ia mengakui bahwa bahasa pertama yang dikenalnya sejak lahir adalah bahasa Jepang dan bahasa Bali. Ayu baru mempelajari bahasa Indonesia saat memasuki sekolah dasar (SD).

Ayu tak pernah menyangka bahwa konten-kontennya di media sosial viral dan sering masuk FYP. Ia juga tak pernah membayangkan bisa menjadi kreator konten hingga mendatangkan cuan. Sebab, semula dia tak sengaja membagikan momen kelucuan keluarganya melalui konten di TikTok.

Tak disangka, banyak warganet yang menonton dan membagikan videonya itu. Pengikut Ayu di TikTok dan Instagram juga terus bertumbuh. Ayu mulai mendapat endorsemen dari berbagai produk kecantikan, sepatu, hingga makanan. Meski begitu, tak semua produk mau dipromosikan oleh Ayu.

"Kalau stres, aku suka edit video. Tapi kalau sibuk, ya nggak aku ambil," imbuh anak pertama dari dua bersaudara itu.

Perempuan kelahiran 3 Maret 1998 itu hanya mempromosikan produk jika mendapat respons positif dari keluarganya. Ayu juga tidak merekayasa testimoni setiap produk dari brand yang mengendorsenya. Artinya, konten-konten tersebut dibikin spontan.

"Aku bilang sama mereka (klien), karena ini keluarga, aku nggak bisa briefing orang tua aku bilang (produk) ini bagus," tutur mahasiswa jurusan Kedokteran Gigi di Universitas Udayana (Unud) itu.

Perempuan bernama lengkap Ni Putu Ayu Sakura itu mencontohkan ketika mendapat endorsemen dari produk roti. Saat mulai membuat konten, ia akan menaruh gawainya dan merekam reaksi keluarganya selama kurang lebih sekitar dua jam. Jika responsnya positif, Ayu akan menggunggah video tersebut ke TikTok.

Sebaliknya, jika keluarganya memberikan respons yang kurang baik, ia tidak akan mengunggahnya. Ayu ingin konten-kontennya jujur sekaligus tetap bisa menghibur.

"Aku tuh sudah kasih disclaimer ke klien. Karena aku tidak ingin pengikutku merasa tertipu kalau mempromosikan produk secara hard selling," imbuh Ayu.

Ayu hanya menerima dua hingga tiga produk untuk dipromosikan melalui akun medsosnya dalam sebulan. Satu video endorsemen dia patok maksimal Rp 2 juta. Tanpa menjelaskan alasannya secara rinci, Ayu mengaku tak ingin menjadikan kreator konten sebagai pekerjaan utamanya.

Bahkan, ia kerap mempromosikan produk jualan temannya secara cuma-cuma alias gratis. "Aku suka edit video. Tapi gara-gara dijadiin kerjaan, aku jadi nggak suka. Apalagi kalau kayak ditentuin harus ngomong ini, ngomong gitu," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Ni Made Maheswari Anindya Putri peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads