Gubernur Bali Wayan Koster pada periode keduanya akan menginstruksikan secara masif penggunaan aksara Bali. Kebijakan tersebut sebelumnya telah tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Koster melihat penggunaan aksara dapat menunjukkan negara tersebut memiliki peradaban yang kuat. "Seperti China, Jepang, Korea, Thailand, India, Arab, negara-negara yang punya aksara sendiri itu pasti memiliki peradaban yang kuat," kata Koster dalam wawancara eksklusif bersama Pimpinan Redaksi detikcom Alfito Deannova Ginting di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar, Senin (10/3/2025).
Sebab, lanjut Koster, aksara adalah salah satu unsur peradaban suatu bangsa. "Nah Bali bersyukur punya aksara yang kita nggak tahu kapan dibuatnya, siapa yang membuat bersama siapa saja kita nggak tahu," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warisan tersebut menjadi identitas dan jati diri bagi masyarakat Bali. Ia mengingatkan bagi masyarakat, terutama di kalangan anak muda, untuk jangan meninggalkan aksara Bali di era modernisasi ini.
Politikus PDI Perjuangan itu khawatir generasi muda tidak mengetahui aksara Bali. Kerisauan itu sudah muncul jauh sebelum dirinya menjadi gubernur.
"Makanya saya mengadakan bulan bahasa Bali setiap bulan Februari satu bulan penuh dan pesertanya ada anak-anak," ungkap pria asal Buleleng itu.
(dpw/dpw)