Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal mengonfirmasi dua Warga Negara Indonesia (WNI) asal Lombok Barat dan Klungkung, Bali, ikut menjadi korban gempa Turki pada Senin (6/2/2023). Mereka adalah Irma Lestari dan Ni Wayan Supini.
Keduanya ditemukan meninggal dunia di bawah reruntuhan gedung Apartemen Galeria, tempat mereka tinggal, pada Jumat (17/2/2023) di Diyarbakir.
Irma dan Supini sempat hilang kontak saat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo mengguncang Turki. Baru lah pada 16 Februari 2023, tim gabungan KBRI Ankara bersama Indonesia Search and Rescue (Inasar) melakukan pencarian kedua WNI tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah jenazah ditemukan, proses identifikasi dilakukan dengan dukungan tim DVI Polri yang saat ini berada di Kota Hatay," ujar Iqbal kepada detikBali, Minggu (19/2/2023) dini hari.
Berikut fakta-faktanya:
Irma Lestari
Irma lahir di Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 1989 silam. Dia lahir dari pasangan Nahrawi (65) dan Rena (55).
Namun, orang tuanya bercerai dan Irma diboyong pindah ke Gianyar, Bali. Dari sana lah, ia tumbuh bersama sang ibu dan keluarga barunya.
Sebelum menjadi Pekerja Migran Indonesia alias TKI di Turki pada akhir 2021 lalu, Irma sempat bekerja serabutan hingga menjadi tukang bangunan. Lalu, ia menjadi terapis spa yang membawanya terbang ke Turki.
Ia sudah menikah dengan pria asal Jombang dan dikaruniai dua orang anak. Sejak berangkat ke Turki, Irma menitipkan buah hatinya kepada orang tua.
Kasdiono, kakak Irma, menyebut empat bulan sebelum gempa Turki, Irma mengabari akan pindah kerja dari ibu kota Turki di Ankara ke kota lainnya, Diyarbakir.
Nahrowi, ayah Irma, mengatakan jenazah sang anak akan dipulangkan dari Turki pada Rabu, 22 Februari 2023. Irma akan dikuburkan di kota kelahirannya, Lombok. "Dimakam keluarga di sini," ungkapnya.
Ni Wayan Supini
Supini merupakan pekerja migran asal Bali. Ia berangkat menggunakan visa liburan pada Juli 2022 lalu. Niat hati, urusan visa ini akan diperbarui sesampainya di Turki.
Supini bertolak ke Turki sebagai terapis spa diajak oleh kawannya. Ia sempat mengikuti pelatihan terapis spa di Karangasem sebelum berangkat.
Ndilalah, belum sempat mengubah izin kerja, Supini sudah berpulang selama-lamanya. Ia meninggalkan suaminya, Nyoman Ranten dan anak-anaknya.
Sehari sebelum gempa Turki, Ranten mengaku sempat melakukan komunikasi dengan Supini melalui video call. Percakapan singkat itu ternyata jadi percakapan terakhir dengan sang istri.
Dengan mata berkaca-kaca, Ranten bercerita sempat menelepon Supini dan menghubunginya lewat media sosial setelah tahu informasi gempa 7,8 magnitudo menghantam.
Namun, Supini tidak pernah merespons. Satu-satunya kabar yang didapat ialah panggilan untuk datang ke Rumah Sakit Trijaya guna mengecek DNA.
"Saya sampaikan ke keluarga, ke anak-anak, apapun hasilnya kabar tentang ibu, kita harus tabah. Harus ikhlas," ajaknya saat masih mencari-cari informasi tentang sang istri.
(BIR/gsp)