Jalan Takdir Irma: Pindah ke Diyabarkir 40 Hari Sebelum Gempa

Korban Gempa Turki

Jalan Takdir Irma: Pindah ke Diyabarkir 40 Hari Sebelum Gempa

Ahmad Viqi - detikBali
Minggu, 19 Feb 2023 15:53 WIB
Nahrawi (65) ayah Irma Lestari (34) korban meninggal akibat gempa 7,8 magnitudo yang melanda Turki dan Suriah, Minggu (19/2/2023).
Foto: Nahrawi (65) ayah Irma Lestari (34) korban meninggal akibat gempa 7,8 magnitudo yang melanda Turki dan Suriah, Minggu (19/2/2023). (Ahmad Viqi/detikBali)
Mataram -

Nahrawi (65) ayah dari Irma Lestari (34) mengungkapkan anaknya sebenarnya belum lama pindah kerja ke Kota Diyabarkir. Sebelumnya dia bekerja di ibu kota Turki, Ankara. Irma mengabarkan pindah ke Diyabarkir sekitar 40 hari sebelum gempa terjadi.

Irma merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Dusun Perampuan Barat, Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, NTB yang menjadi salah satu korban meninggal akibat gempa Turki.

Menurut Nahrawi, anaknya memang sudah lama bekerja sebagai terapis spa di Gianyar, Bali. Pekerjaan ini dilakoni sejak pindah bersama ibunya ke Bali. Saat itu Irma belum menikah dengan suaminya saat ini, pria asal Jombang, Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Irma ini anak kedua dari tiga bersaudara. Dia sudah lama tinggal di Bali sama ibunya. Dia kerja spa terapis gitu di Bali. Dia sudah mendapatkan gelar terapis profesional di Turki," cerita Nahrawi sambil menahan tangis saat ditemui detikBali di Lombok Barat, Minggu (19/2/2023).

Nahrawi mengatakan Irma sering pindah kerja sebagai seorang terapis di Turki. Bahkan tak jarang Irma mendapatkan tawaran oleh beberapa bos di Turki karena kinerjanya yang bagus.

"Karena kinerjanya bagus. Dia ditawari kerja di mana-mana. Tapi sayang gaji anak nggak beres sering ditahan-tahan. Makanya nggak nyaman, itu pindah ke tempat sekarang di Kota Diyarbakir. Jadi sebelum di bosnya yang namanya Yasmin itu dia di kota lain, di ibu kota," kata Nahrawi.

Menurut Nahrawi beberapa rekan Irma pun menyesalkan kepindahan Irma ke Kota Diyarbakir. Kota ini salah satu yang terparah akibat gempa Turki, Senin (6/2/2023) lalu.

"Ya namanya takdir kan," ujar Nahrawi lirih.

Sementara itu kakak Irma, Kasdiono (37) juga menuturkan Irma memang bekerja sekitar satu tahun di tempat lama di Ankara. Kemudian 40 hari sebelum gempa terjadi Irma sempat mengabarkan bahwa dia pindah kerja ke Kota Diyarbakir.

"Jadi apa-apa itu dia sering mengatakan keinginannya sama Ibu di Bali. Ke keluarga di sini jarang. Kalau mau ngapain itu tetap komunikasi sama ibu saja," kata Kasdiono.

"Kalau saya sering tanya kabarnya sehat atau tidak. Komunikasi terakhir 40 hari sebelum gempa. Sempat dicari oleh mantan bosnya ke Diyarbakir begitu," lanjut Kasdiono.

Sebelum gempa terjadi, keluarga di Lombok meminta Irma untuk selalu menjaga kesehatan setelah pindah ke Kota Diyarbakir.

"Saya bilang sama almarhumah ya mana-mana yang baik. Intinya baik-baik di sana saja jaga dirimu baik-baik sama orang di sana," pungkas Kasdiono.

Sebelumnya, Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal mengkonfirmasi dua warga negara Indonesia asal Bali dan Lombok menjadi korban gempa 7,8 magnitudo yang menerjang Turki pada Senin (6/2/2023) lalu.

Dua WNI itu tinggal di sebuah apartemen di Kota Diyarbakir. Irma dan PMI asal Bali Ni Wayan Supini ditemukan tewas di bawah reruntuhan apartemen.

"Kedua korban ditemukan di reruntuhan Apartemen Galeria di Kota Dyarbakir pada Jumat (17/2/2023) kemarin," kata Iqbal Minggu dini hari (19/2/2023).




(hsa/BIR)

Hide Ads