Dinkes Denpasar Bakal Terapkan Teknologi Wolbachia Tekan Kasus DBD

Denpasar

Dinkes Denpasar Bakal Terapkan Teknologi Wolbachia Tekan Kasus DBD

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 25 Jan 2023 02:35 WIB
Mosquito sucking blood on a human hand
Ilustrasi nyamuk demam berdarah. Foto: Thinkstock
Denpasar -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar akan menerapkan teknologi wolbachia pada 2023 untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD). Teknik tersebut sebelumnya telah diujicobakan di Yogyakarta, dan berhasil menurunkan kasus hingga 77 persen.

"Kami harapkan dengan wolbachia kasus di Denpasar juga akan turun," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda, Selasa (24/1/2023).

Untuk diketahui, wolbachia merupakan hasil kolaborasi dari World Mosquito Program (WMP). Adapun fungsi wolbachia menurunkan penyebaran virus yang disebabkan Aedes Aegypti. Nyamuk demam berdarah yang memiliki bakteri wolbachia jika menggigit atau menyerap darah seseorang yang demam berdarah, tak akan lagi menularkan virus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, hari ini kami akan mulai program penangkapan nyamuk di Denpasar dan akan dikembangbiakan. Kemudian bulan November nanti kami akan mulai penyebaran nyamuk di Denpasar," ungkapnya.

Data Dinas Kesehatan Kota Denpasar menyebutkan tahun 2021 terdapat 587 kasus demam berdarah. Jumlah itu naik setahun kemudian yakni menjadi 1.096 kasus. Sementara jumlah kematian akibat DBD pada 2021 sebesar 1 kematian, sementara 2022 naik menjadi 8 kematian.

ADVERTISEMENT

Dharmayuda menjelaskan pada 2023 belum ada target penurunan kasus DBD. "Karena memang secara siklus kasus DBD akan naik di akhir dan menjelang awal tahun. Setiap bulan Januari itu kasus meningkat karena musim hujan, dan ketika cuaca panas jentik-jentik nyamuk akan tumbuh dan berkembang biak dalam 4-5 hari di genangan-genangan air," terangnya.

Kendala Pencegahan DBD

Dharmayuda mengungkapkan pencegahan kasus DBD masih terhalang kurangnya partisipasi masyarakat. "PR selama ini, masyarakat kurang berpartisipasi dan kondisi hujan tidak menentu. Jadi, kalau tidak rutin memeriksa rumah, ya pasti tetap jadi peternak nyamuk di tiap-tiap rumah," ujarnya.

Ia pun meminta masyarakat tidak hanya menyalahkan pemerintah saat terjadi kasus DBD. Dharmayuda mengklaim selama ini tim jumantik terus melakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara berkala ke rumah-rumah, walaupun belum bisa 100 persen mengurangi jumlah kasus.

"Begitu ditemukan jentik nyamuk di rumah tersebut dan kasus DBD, tolong jangan menyalahkan pemerintah tidak bergerak dan tim jumantik tidak datang," harapnya.

Menurutnya, kendala pencegahan kasus DBD juga karena sulitnya tim jumantik melakukan pemeriksaan ketika kamar mandi warga berada di lantai dua. Belum lagi jika warga memiliki banyak kandang burung, namun tidak dibersihkan secara maksimal.

"Petugas jumantik tidak harus menguras bak mandi dan membersihkan kandang burung. Tetapi, kalau ada tempat tergenang dan kolam tidak berisi air, itu harus diberikan larvasidasi. Jadi, harus ada pemberdayaan dini yang menjadi titik poin penanggulangan demam berdarah," ungkapnya.

Fokus Fogging

Dalam melakukan pencegahan kasus, Dinas Kesehatan Denpasar juga terus menggencarkan fogging fokus. "Fogging fokus adalah pemblokiran jika ada indeks kasus ditemukan jentik nyamuk di suatu daerah. Nanti daerah tersebut hingga radius 100 meter akan diblokir dengan itu," kata Dharmayuda.

Di sisi lain, ia pun mendorong masyarakat dapat melakukan upaya Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk. Sehingga ke depan tak ada lagi sarang-sarang nyamuk dan jumlah kasus DBD dapat terkontrol.




(irb/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads