Cerita Murid Maestro Tari Berko Dadong Barak, Kurang Perhatian Pemerintah

Jembrana

Cerita Murid Maestro Tari Berko Dadong Barak, Kurang Perhatian Pemerintah

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Jumat, 23 Des 2022 19:00 WIB
Ni Ketut Asriniasih (41) penerus Tari Berko, Jumat (23/12/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).
Foto: Ni Ketut Asriniasih (41) penerus Tari Berko, Jumat (23/12/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/DetikBali).
Jembrana -

Pasca meninggalnya maestro Tari Berko Ni Ketut Nepa atau akrab dikenal dengan Dadong Barak, regenerasi Tari Berko Ni Ketut Asriniasih (41) akan lanjutkan Taksu Dadong Barak. Kurangnya perhatian pemerintah jadi kendala pelestarian Tari Berko asli Gumi Makepung ini.

Anak didik Dadong Barak, Ni Ketut Asriniasih (41) menjelaskan, dirinya akan tetap meneruskan Tari Berko dan mengajarkan kepada anak muda di Tempek Munduk Jati, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana.

"Sangat sedih dengan kabar bahwa Dadong Barak ini sudah meninggal. Semangat beliau akan saya teruskan ke generasi muda di Tempek Jati ini, sehingga Tari Berko tetap dikenal oleh masyarakat luas," ujar Asriniasih saat ditemui di rumahnya, Jumat (23/12/2022).

Asriniasih juga menuturkan, Dadong Barak mengajarkan Tari Berko pada tahun 1997, selama 5 bulan dirinya rutin belajar tarian Berko. Hingga di tahun 1998 pertama kali dirinya tampil saat piodalan di Tempek Munduk Jati dan dilakukan pengukuhan (melaspas) penari Berko.

"Di usia 16 tahun saya sudah diajarkan menari Berko oleh Dadong Barak, dan memang saya menjadi murid pertama Dadong Berko, sehingga pakem Tari Berko yang diajarkan Dadong Barak sangat melekat di ingatan saya," papar Asriniasih.

Dirinya juga menjelaskan, bahwa sempat kesulitan saat belajar Tari Berko, lantaran pakem gerakan dengan tempo yang cepat serta diiringi dengan kakidungan (tembang tradisional Bali) sangat sulit untuk menghafalnya.

"Dadong Barak ini sangat semangat ketika mengajarkan Tari Berko, dan tetap sabar dalam mengarahkan saya pada waktu itu, sehingga saya bisa menarikan sesuai dengan apa yang diarahkan Dadong Barak," kata Asriniasih.

Lanjutkan Taksu Dadong Barak

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ni Ketut Nepa atau yang akrab disapa Dadong Barak tutup usia pada Rabu (21/12/2022). Ia adalah satu-satunya maestro Tari Berko yang tersisa.Ni Ketut Nepa atau yang akrab disapa Dadong Barak tutup usia pada Rabu (21/12/2022). Ia adalah satu-satunya maestro Tari Berko yang tersisa. Foto: Ni Ketut Nepa atau yang akrab disapa Dadong Barak tutup usia pada Rabu (21/12/2022). Ia adalah satu-satunya maestro Tari Berko yang tersisa. (Istimewa)



Dengan berpulangnya Dadong Barak, Asriniasih menjelaskan akan terus mendidik generasi muda dalam melestarikan Tari Berko. Sehingga kesenian asli Jembrana ini tidak hilang serta tetap dapat dinikmati masyarakat.

Mengenai regenerasi Tari Berko ini, Asriniasih mengatakan sudah melatih generasi muda lainnya, dan sudah sempat ditampilkan pada perayaan HUT Kota Negara tahun 2022. "Sudah saya ajarkan kepada keponakan saya dan sudah tampil di HUT Kota waktu lalu," katanya.

Asriniasih juga bertekad akan mencari regenerasi lain tarian Berko ini, sehingga apa yang menjadi pesan Dadong Barak kepadanya dapat terwujud. "Dadong sempat berpesan, agar tarian ini tidak hilang, jadi saya diminta untuk mencari penari yang masih muda," paparnya.

Pakem Tari Berko

Kalau berbicara mengenai pakem Tari Berko, Asriniasih menjelaskan bahwa ada dua jenis Tarian Berko di antaranya Byar Dam dan Byar Condong. "Sehingga penari Berko setiap generasi ada dua orang, pakem Berko Dadong Barak itu Byar Dam dengan iringan kakidungan, namun untuk Byar Condong itu tarian hiburan seperti joget pada umumnya," jelasnya.

Kurang Perhatian Pemerintah Jadi Kendala

Disinggung mengenai kendala dalam pelestarian Tari Berko ini, dirinya menjelaskan kurangnya perhatian dari pemerintah menjadi kendala utama, sehingga hanya mengandalkan hajatan yang ada di sekitar wilayah Kelurahan Pendem.

"Seperti contoh kita ajukan dana perbaikan alat musik serta pakaian penari juga tidak pernah dapat, sehingga kita sekaa murni swadaya serta menurut saya pelestarian tidak ada," ujar Asriniasih.

ADVERTISEMENT

Dirinya juga menambahkan, hanya saat kepemerintahan mantan Bupati Indugosa saja Berko ini diperhatikan, namun setelahnya tidak ada. Dukungan pemerintah dirasa belum dirasakan oleh seniman Berko.

"Pelestarian belum dirasakan oleh seniman Berko, kalau hanya mendata saja untuk apa, kita juga perlu merawat alat musiknya. Terlebih penari muda pasti merasa malu jika menggunakan baju lama yang sudah kusam," imbuh Asriniasih.

Asriniasih berharap, kepada pemerintah agar memperhatikan kesenian Berko ini agar tidak hilang. "Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikannya, lebih bagus didukung pemerintah, kita bisa buatkan sanggar sehingga latihan lebih rutin," tandasnya.




(nor/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads