8 Kultum Ramadhan Singkat dan Bermakna

8 Kultum Ramadhan Singkat dan Bermakna

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Jumat, 22 Mar 2024 11:01 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Foto: Ilustrasi ceramah (Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Palembang -

Kultum Ramadhan adalah salah satu bentuk dakwah yang disampaikan secara singkat pada bulan puasa. Durasi waktu yang digunakan untuk berdakwah biasanya tujuh menit.

Secara pengertian, kultum merupakan singkatan dari kuliah tujuh menit. Karena itu, jenis dakwah ini sering digunakan saat bulan Ramadhan. Waktu yang singkat namun materi dakwah yang disampaikan penuh dengan makna. Kultum biasanya dilakukan selepas salat Tarawih dan Subuh ataupun saat peringatan khusus seperti turunnya Al-Qu'ran hingga malam Lailatulqadar.

Berikut 8 contoh kultum Ramadhan singkat dengan berbagai tema dan judul dihimpun dari NU Online serta NU Jabar.

Contoh 1 Kultum Ramadhan

Judul: Faidah Tarawih Secara Rohani dan Jasmani

Pada bulan Ramadhan, umat Islam tidak hanya dianjurkan memperbanyak ibadah di siang harinya saja, malam hari pun juga dianjurkan. Allah 'azza wa jalla tidak membedakan antara siang dan malam.

Pada intinya, jika masih ada dalam bulan yang penuh ampunan ini, maka semuanya mulia dan agung, melebihi siang dan malam di bulan lainnya. Malam hari bulan Ramadhan menjadi salah satu malam yang sangat dianjurkan untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah.

Selain karena banyaknya pahala dan anugerah yang diberikan, pada malam hari juga menjadi salah satu waktu istirahat bagi umat Islam dari segala penat setelah satu hari tidak merasakan makan dan minum.

Anjuran beribadah pada malam hari tersebut berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, dan dinilai sahih oleh dua ahli hadits terkemuka, yaitu Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ وَصَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, "Barang siapa beribadah pada bulan Ramadhan dan berpuasa karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu," (Muttafaq Alaih).

Melalui hadits tersebut, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (wafat 676 H), dalam kitabnya menilai bahwa ibadah pada malam hari bulan Ramadhan sangat dianjurkan, selain untuk meraih pahala dan anugerah dari Allah, juga dengan harapan bisa diampuni segala dosa yang pernah diperbuat sebelum Ramadhan.

Hanya saja jika ditelusuri lebih dalam, hadits di atas menggunakan lafal-lafal umum yang tidak bisa dikhususkan pada suatu ibadah tertentu. Oleh karenanya, perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud beribadah pada malam tersebut adalah shalat Tarawih. Imam Nawawi mengatakan:

وَالْمُرَادُ بِقِيَامِ رَمَضَانَ صَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ

Artinya, "Dan yang dimaksud (hadits) beribadah pada malam hari bulan Ramadhan adalah dengan shalat tarawih," (Imam Nawawi, Syarhun Nawawi 'ala Muslim, [Beirut, Darul Ihya' at-Turats: 1392], juz VI, halaman 39).

Menurut Imam Nawawi, shalat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) pada bulan Ramadhan, dan waktunya adalah setelah shalat Isya'. Shalat yang satu ini juga dianjurkan untuk berjamaah di tempat-tempat yang ramai, seperti masjid dan mushala, karena merupakan bagian dari syiar Islam yang harus ditampakkan.

Dengan berpijakan pada hadits dan penjelasan an-Nawawi di atas, dapat disimpulkan bahwa melakukan shalat tarawih tidak hanya sebatas mendapatkan pahala saja sebagaimana ibadah lain pada umumnya, lebih dari itu juga diampuni segala dosa yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Allah.

Lantas, apa saja manfaat dan faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang melakukan shalat tarawih? Simak penjelasan berikut: Jika dilihat dari perspektif hadits melalui penjelasan para ulama, dan perspektif lainnya, maka shalat tarawih memiliki dua faidah yang sangat penting dalam setiap diri seseorang, yaitu, (1) faidah secara rohani, berupa diampuninya segala dosa; dan (2) faidah secara jasmani, berupa sehatnya badan dan terhindar dari berbagai penyakit.

Pertama, Faidah Rohani Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Abu Hurairah di atas, bahwa orang yang beribadah pada malam hari bulan Ramadhan dengan melakukan shalat tarawih, maka Allah akan mengampuni semua dosa-dosanya yang telah berlalu. Dosa apakah yang akan diampuni? Masih dikutip dari kitab yang sama, menurut Imam Nawawi dalam kitabnya, hadits di atas hanya mencakup dosa kecil saja.

Dengan kata lain, Allah hanya memberi ampunan atas dosa kecil, sedangkan dosa besar yang pernah dilakukan oleh seseorang tidak bisa diampuni hanya dengan shalat tarawih saja. Untuk diampuni, maka membutuhkan taubat dan penyesalan.

Hanya saja menurut Imam Nawawi, dengan melakukan shalat tarawih di bulan Ramadhan, Allah akan menjadikan dosa besar berubah menjadi dosa kecil. Dengan demikian, Allah akan memberi ampunan atas dosa tersebut. (an-Nawawi, Syarhun Nawawi 'ala Muslim, [Beirut, Darul Ihya' at-Turats: 1392], juz VI, halaman 40).

Senada dengan pendapat di atas, Syekh Muhammad Syamsul Haq Abu at-Thayyib dalam salah satu kitabnya juga menjelaskan bahwa dosa yang dimaksud pada hadits di atas adalah dosa kecil, namun tidak menutup kemungkinan bahwa Allah akan memberi ampunan atas semua dosa-dosa besar, أَيْ مِنَ الصَّغَائِرِ وَيُرْجَى غُفْرَانُ الْكَبَائِرِ Artinya, "Yaitu, mulai dari dosa-dosa kecil, dan diharapkan ampunan dosa besar." (Abu ath-Thayyib, 'Aunul Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1415], juz IV, halaman 171).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faedah shalat tarawih jika dilihat dari sisi rohani melalui hadits Rasulullah dan para ulama adalah diampuninya segala dosa, yaitu dosa kecil, serta masih ada harapan diampuninya dosa besar.

Kedua, Faidah Jasmani Shalat tarawih selain memiliki faidah rohani sebagaimana penjelasan di atas, juga memiliki faidah jasmani, yaitu untuk kesehatan badan serta terhindar dari penyakit-penyakit makanan yang dikonsumsi ketika berbuka puasa.

Syekh Muhyiddin Mistu dalam kitabnya menjelaskan faedah shalat yang satu ini menggunakan perspektif jasmani. Dalam kitabnya disebutkan,

صَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ لِلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً وَتُفِيْدُ هَضْمَ الطَّعَامِ وَتَنْشِيْطَ الْجِسْمِ وَمَغْفِرَةَ الذُّنُوْبِ

Artinya, "Shalat tarawih sangat dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan, yaitu terdiri dari 20 rakaat, dan berfaedah menghancurkan makanan (dalam perut), membangkitkan semangat ibadah, dan ampunan dosa-dosa." (Syekh Muhyiddin Mistu, as-Shawmu Fiqhuhu wa Asraruhu, [Beirut, Darul Qalam: 1979], halaman 111).

Dari dua faedah di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran shalat tarawih melalui hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut memiliki kandungan yang sangat banyak, ia tidak hanya sebatas rohani berupa spiritual saja, akan tetapi juga sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani berupa emosional. Wallahu a'lam bishawab.

(Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur)

Contoh 2 Kultum Ramadhan

Judul: Kriteria Puasa Berkualitas menurut Imam Al-Ghazali

Bulan Ramadhan menjadi salah satu bulan yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam. Pada bulan tersebut, Allah memberikan rahmat, ampunan, dan karunia-Nya melebihi bulan-bulan yang lain pada umumnya. Semua dosa akan diampuni, dan segala doa akan terkabul. Pada bulan tersebut, Allah mewajibkan ibadah puasa bagi semua umat Islam.

Puasa sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh semua umat Islam tanpa terkecuali. Mereka yang sudah memenuhi syarat dan rukunnya, memiliki kewajiban untuk menjalani kewajiban tahunan dalam setiap bulan Ramadhan ini. Bahkan, kewajiban itu termasuk ma'lum minad din bid-dharurah (diketahui secara pasti dalam ajaran Islam).

Karena diwajibkan, tentunya harus benar-benar menjaga ibadah puasanya selama satu bulan dengan penuh kehati-hatian, mulai dari menghindari setiap hal-hal yang bisa membatalkan puasa, menghilangkan pahalanya, dan hal lain yang bisa mempengaruhi kesempurnaannya. Semua itu tentu dengan tujuan agar selama satu bulan tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, namun juga bisa diterima semua amal ibadah, khususnya puasa.

Nah, dalam hal ini penting memperhatikan beberapa ketentuan berikut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Muhyiddin Mistu dalam salah satu kitabnya, yang berjudul as-Shaumu Fiqhuhu wa Atsaruhu (Puasa, Fiqih dan Rahasianya) halaman 110-113, cetakan Damaskus, Darul Qalam: 1979.

Dalam kitab tersebut, terdapat salah satu bab dengan judul Kaifa Tashumu as-Shauma al-Kamila? (Bagaimana engkau berpuasa dengan sempurna?) Pada bab tersebut, Syekh Muhyiddin Mistu menjelaskan beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang sedang berpuasa.

Hal itu agar puasa yang dilakukan bisa sempurna dan tidak hanya lapar dan dahaga, namun juga pahala. Beberapa ketentuan itu terdiri dari 8 hal, yaitu: Pertama, Mengakhirkan Sahur Sahur dalam puasa Ramadhan merupakan salah satu pekerjaan yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah).

Selain mengikuti jejak langkah Rasulullah, juga bisa menjadi salah satu alternatif agar kuat dalam menjalankan puasa selama satu hari. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

اِسْتَعِيْنُوْا بِطَعَامِ السَّحَرِ عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ وَالْقَيْلُوْلَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ

Artinya, "Minta tolonglah kalian semua dengan makan sahur untuk puasa di siang hari, dan dengan tidur qailulah (menjelang shalat Dzuhur) untuk bangun malam," (HR Ibnu Majah).

Menurut Syekh Muhyiddin Mistu, karena sahur menjadi alternatif agar kuat dalam menjalankan puasa, maka mengakhirkan sahur hukumnya lebih baik (yang penting tidak sampai terbit fajar sadiq). Dengan demikian, ia akan lebih kuat dan sehat dalam menjalani aktivitas selama satu hari.

Kedua, Menyegerakan Berbuka Di antara kesunnahan puasa yang lain adalah menyegerakan buka puasa ketika matahari sudah benar-benar terbenam dan tidak menunda-nundanya. Hal itu karena terdapat sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

لَا يَزَالُ اَلنَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا اَلْفِطْرَ

Artinya, "Orang-orang senantiasa dalam kebaikan, selama mereka masih menyegerakan berbuka," (Muttafaq Alaih).

Ketiga, Istiqamah Shalat Tarawih Di antara penyebab untuk bisa melakukan puasa dengan sempurna adalah menjalankan ibadah shalat tarawih dengan istiqamah. Shalat tarawih sendiri merupakan salah satu shalat sunnah yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan. Selain Ramadhan, shalat yang satu ini tidak dianjurkan.

Oleh karenanya, orang-orang yang sedang berpuasa sudah seharusnya menjaga dan istiqamah dalam mengerjakan shalat sunnah yang satu ini. Selain itu, shalat ini memiliki faedah yang sangat banyak menurut Syekh Muhyiddin Mistu, di antaranya:

تُفِيْدُ هَضْمَ الطَّعَامِ وَتَنْشِيْطَ الْجِسْمِ وَمَغْفِرَةَ الذُّنُوْبِ

Artinya, "(Salat tarawih) berfaedah menghancurkan makanan (dalam perut), membangkitkan semangat ibadah, dan ampunan dosa-dosa,"

Keempat, Menjaga Lisan Di antara hal-hal yang sangat penting untuk dihindari ketika berpuasa adalah menjaga lisan dari berbagai ucapan-ucapan yang bisa menghilangkan pahala puasa, misalnya membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, dan (bahkan) melakukannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan." (HR Abu Hurairah).

Kelima, Menahan Syahwat Sebab-sebab penyempurna puasa di bulan Ramadhan yang lain adalah bisa menahan diri dari segala syahwat (hal-hal yang disenangi oleh nafsu). Syahwat dalam hal ini tidak hanya sebatas hal-hal yang diharamkan, sebab semua itu jelas-jelas dilarang dalam Islam, akan tetapi perihal keinginan yang halal.

Tujuannya, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhyiddin Mistu, agar tujuan tujuan puasa benar-benar nyata berupa menahan diri dari segala keinginan jasmani dan rohani. Rasulullah bersabda:

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعَكَ وَبَصَرَكَ وَلِسَانَكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَحَارِمِ وَدَعْ أَذَى الْخَادِمَ وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وِقَارٌ وَسَكِيْنَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاءً

Artinya, "Jika engkau berpuasa, maka berpuasalah (tahanlah) pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu, dari berbohong dan hal-hal yang diharamkan, dan tinggalkanlah menyakiti tetangga, dan bersikaplah penuh dengan wibawa dan ketenangan pada hari puasamu, dan janganlah kamu jadikan hari berbukamu dan hari puasamu sama," (HR Jabir bin Abdullah).

Keenam, Berbuka dengan Makanan Halal Selain penjelasan di atas, ada juga yang penting diperhatikan untuk mendapatkan kesempurnaan puasa pada bulan Ramadhan, yaitu berbuka dengan makanan-makanan yang dihasilkan dari uang halal.

Jika tidak, maka makanan tersebut bisa menghilangkan pahala puasa dan tidak mendapatkan kesempurnaan puasa. Selain menghilangkan pahala puasa, berbuka dengan makanan haram bisa membuat seseorang akan merasa berat untuk melakukan suatu ibadah, sehingga akan dengan mudah meninggalkannya.

Oleh karenanya, orang-orang yang malas beribadah pada bulan Ramadhan, perlu introspeksi kembali perihal makanan yang dimakan saat buka puasa. Ketujuh, Memperbanyak Membaca Al-Qur'an Bulan Ramadhan selain dikenal sebagai bulan puasa, juga masyhur dengan sebutan bulan Al-Qur'an.

Sebab, pada bulan ini diyakini bertepatan dengan diturunkannya Al-Qur'an oleh Allah dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia secara langsung, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap oleh malaikat Jibril, sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

Karena disebut bulan Al-Qur'an, maka sangat dianjurkan bagi semua umat Islam untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an. Semua itu dilakukan tidak lain kecuali agar bisa meraih kesempurnaan puasa selama bulan Ramadhan.

Kedelapan, Meningkatkan Ketakwaan Dari beberapa penjelasan di atas, ada juga yang tidak kalah penting untuk diusahakan, yaitu peningkatan dan konsistensi ibadah selama bulan Ramadhan, untuk bisa meningkatkan ketakwaan kepada Allah 'azza wa jalla.

Poin ketujuh ini merupakan representasi di balik adanya syariat puasa, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Dengan kata lain, bulan Ramadhan seharusnya tidak saja diartikan sebagai bulan puasa, yang di dalamnya hanya fokus berpuasa dan melupakan ibadah-ibadah lainnya, tentu tidak demikian. Sebab, pada bulan ini Allah melipatgandakan semua amal ibadah dan amal kebajikan yang dilakukan oleh umat Islam.

Oleh karenanya, sudah saatnya meningkatkan semua ibadah pada bulan yang mulia ini. Demikian delapan ketentuan untuk meraih kesempurnaan puasa selama bulan Ramadhan menurut Syekh Muhyiddin Mistu dalam kitab as-Shaumu Fiqhuhu wa Atsaruhu.

Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa meningkatkan ibadah di bulan yang sangat mulia nan agung ini. Wallahu a'lam bishawab. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.

Contoh Kultum 3

Judul: Menyelami Makna Keberkahan Puasa Ramadhan

Di bulan suci Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa, baik yang wajib maupun sunnah. Ibadah ini bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga membuka pintu menuju berbagai keutamaan yang tak ternilai harganya.

Bagi sebagian orang, mungkin masih ada yang bertanya-tanya, apa sebenarnya makna keberkahan yang menjadi salah satu keutamaan puasa? Mari kita simak penjelasannya:

Menurut Drs. KH. A. Aziz Masthuro, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Tipar Cisaat Sukabumi, keberkahan memiliki makna yang luas, yaitu:

البركة - السعادة - الزيادة

Artinya: "Berkah berarti juga kebahagiaan atau bertambah,"

بركه - نعمه

Artinya: "Berkah sama dengan nikmat,"

بركه - نماء وزياده

Artinya: "Berkah Berarti sesuatu yang tumbuh dan berkembang,"

Asal kata berkah adalah kebaikan dari yang berasal dari Tuhan pada sesuatu (Lihat Kitab Futuhatul- Ilahiyah). Menurut para ulama berkah adalah karunia dari Allah Swt bagi orang yang Allah kehendaki dari hamba hambanya.

Sebagaimana Sabda Nabi Saw:

ان البركة من الله

Artinya: "Sesungguhnya keberkahan itu bersumber dari Allah Swt," (HR Al- Bukhori)

Sebagaimana dalam kalimah tasyahud (Tahiyat) dibacakan

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

Artinya: "Kesejahteraan keberkahan dan rahmat adalah milik Allah," (HR. Muslim).

Seperti hal nya di dalam melaksanakan ibadah puasa Rasulullah Saw juga bersabda,

الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Artinya: "Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya," (HR. Ahmad, shahih).

Ini merupakan salah satu karunia, keberkahan, nikmat yang Allah berikan bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa sehingga para ulama membagi 3 Tiga Faidah puasa, yaitu:

1. Faidah Ruhiyah

Puasa adalah manfaat yang berkaitan dengan pengembangan spiritual dan mental. Puasa melatih dan memperkuat kesabaran kita. Ibarat otot yang semakin kuat dengan latihan, kesabaran yang terus diasah melalui puasa membuat kita lebih mampu menghadapi tantangan dan godaan. Puasa melatih dan menguatkan mental untuk bersabar, mengajarkan dan membantu jiwa agar terbiasa mengendalikan diri dan juga menumbuhkan serta merawat kekuatan taqwa di dalamnya.

Taqwa yang menjadi alasan paling tampak dari syariat puasa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

2. Faidah Ijtimaiyah (Menumbuhkan Solidaritas dan Kebaikan Sosial)

Faidah Ijtimaiyah atau manfaat sosial dari puasa adalah dampak positif yang dirasakan masyarakat secara keseluruhan. Puasa mengajarkan kita untuk hidup lebih teratur dan disiplin. Ketika menahan lapar dan haus bersama-sama, rasa persatuan dan kebersamaan pun tercipta.

Selain itu, puasa menumbuhkan rasa cinta keadilan dan kesetaraan. Kita diajak untuk merasakan bagaimana rasanya lapar yang dialami oleh orang lain, sehingga memunculkan empati dan kepedulian sosial. Puasa juga mendorong kita untuk saling berbagi dan membantu sesama, memperkuat hubungan persaudaraan di antara umat beriman.

Tidak hanya itu, puasa turut berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tentram. Dengan menahan diri dari hawa nafsu, kita turut serta membentengi masyarakat dari tindakan kejahatan dan perbuatan tercela lainnya.

3. Faidah Sihhiyyah (Meningkatkan Kesehatan Tubuh)

Faidah Sihhiyyah berkaitan dengan Kesehatan yang banyak manfaatnya dari puasa yaitu tentu memiliki dampak positif yang dirasakan oleh tubuh kita. Puasa bagaikan detox alami yang membersihkan usus dan memperbaiki sistem pencernaan.

Sisa-sisa makanan dan kotoran yang tidak berguna dibersihkan, sehingga organ pencernaan dapat bekerja lebih optimal. Puasa juga membantu mengendalikan berat badan. Lemak yang tertimbun, terutama di sekitar perut, akan dibakar sebagai sumber energi, sehingga tubuh menjadi lebih ideal dan sehat.

Secara keseluruhan, puasa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan fisik kita. Tubuh menjadi lebih bersih, pencernaan lebih lancar, dan berat badan lebih terkontrol. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW

صُومُوا تَصِحُّو

Artinya: "Berpuasalah niscaya kalian akan sehat," (HR Ibnu Sunni, Abu Nu'aim dan dihasankan oleh As-Suyuti)

Wahai kaum muslimin, alangkah harumnya waktu seseorang yang senantiasa diisi dengan puasa dan berjaga di waktu malamnya untuk beribadah kepada Allah, alangkah jernihnya waktu seseorang dari keruhnya dosa, alangkah nikmatnya waktu jika waktu waktu itu diisi dengan membaca ayat ayat Al-Qur'an.

Siapa saja yang mau melaksanakan kewajiban kewajibannya dan perbuatan perbuatan sunah, orang yang bersungguh sungguh mengisi waktunya, siapa saja yang melaksanakannya dengan ikhlas di waktu sendirian ataupun di muka orang banyak, ikhlas dengan hati dan perbuatannya. Dan siapa saja yang suci dari perkara perkara yang merusak amaliah puasa maka ia termasuk golongan yang beruntung.

Semoga Allah SWT menganugerahkan kita untuk menjalankan keutamaan dan menjauhi segala kekurangan maka Allah SWt akan memberikan keberkahan, nikmat kepada mu dengan diterimanya amal ibadah kita dan diberikan pahala yang agung untuknya. Amin.

(Asep Purnawan (Gus Awank), Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Cibadak- Sukabumi. Kitab Minhajul Muslim dan Irsyadul Ibad)

Contoh 4 Kultum Ramadhan

Judul: Akhlak dalam Bermedia Sosial

Inti dari ajaran nilai dalam Islam adalah kemaslahatan untuk seluruh umat manusia, alam dan isinya serta memperoleh keridhaan Allah. Kemaslahatan yang dimaksud salah satunya adalah akhlak. Akhlak adalah tabiat individu atau tindakan seseorang yang berulang atas dasar kecenderungan hati dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga tidak ada keraguan di dalamnya

Nilai akhlak adalah sebuah pengajaran terhadap individu untuk berperilaku baik dalam tataran kehidupan, sesuai dengan aturan yang berlaku demi mewujudkan harmonisaSi kehidupan dalam Islam contoh utama dari perilaku atau tabiat yang baik disandarkan pada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ


Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah," (QS. Al Ahzab ayat 21).

Dalam beberapa tahun terakhir terjadi banyak perubahan seiring dengan hadirnya era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sosial. Di satu sisi pemanfaatan informasi dan teknologi dapat memudahkan dalam berbagai hal. Namun, di sisi lain ada pula dampak negatifnya.

Dampak tersebut begitu terasa terutama dalam perkembangan media sosial, banyak sekali ditemukan penyimpangan nilai-nilai akhlak dalam menggunakan media sosial.

Ini membuktikan bahwa pengaruh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang sangat mengkhawatirkan, karena sedikit demi sedikit perkembangan teknologi ini memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial manusia, melunturkan nilai-nilai kebudayaan, dan menurunnya nilai-nilai akhlak.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus hati-hati dalam bermedia sosial terutama dengan menjaga tangan kita sebagai perwakilan lisan dan diri kita. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam bermedia sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Akhlak dalam Islam dalam menggunakan media sosial.

Pertama, berhati-hati dalam memposting sesuatu. Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kata yang tidak dipikir (apakah ia baik atau buruk), sehingga dengan satu kata itu, ia terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat," (Muttafaq 'alaih).

Kedua, selektif dalam menerima informasi. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 36:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ اِنَّ السَمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلئِكَ كَا نَا عَنْهُ مَسْئُولاً

Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya,"

Ketiga, gunakan kata-kata yang baik dan bijak. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 53:

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا

Artinya: "Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia,"

Keempat, bertanggungjawab atas apa yang kita pos di media sosial. Dalam Al-Qur'an surah Al Muddatstsir ayat 38, Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌۙ

Artinya: "Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan."

(Ustadz Aji Rahmadi, Ketua MUI Desa Ciburial)

Contoh 5 Kultum Ramadhan

Judul: Ramadhan Bulan Turunnya Al-Qur'an

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Jumhur ulama berpendapat bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhamad Saw pada tanggal 17 Ramadan, umat Islam pada umumnya mengenal peristiwa ini dengan istilah peringatan Nuzulul Qur'an. Peristiwa tersebut terjadi pada saat Nabi Muhamad SAW berada di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, berada di kawasan Hejaz berjarak 7 KM dari Masjidil Haram arah timur laut.

Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur'an surat Al- Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ۝١٨٥

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur," (QS. Al Baqarah: 185).

Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.

Surat dan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah Swt melalui perantara malaikat jibril adalah surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ۝٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ۝٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ۝٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ۝٥

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,"

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani saat pertama ayat ini turun sembari mendekap Nabi Muhamad SAW, malaikat jibril mengulang kalimat اِقْرَأْ sampai dengan 3 Tiga kali. Sehingga diceritakan pada saat pembacaan kata اِقْرَأْ Bacalah! kemudian Nabi Muhamad SAW menjawab "Ma ana bi qari " yang menurut sebagain ulama maksudnya adalah apa yang harus saya baca. Kemudian Malaikat Jibril tetap berkata اِقْرَأْ Bacalah! Kemudian Nabi Muhammad menjawab "Ana Ummi ( Aku tidak bisa membaca) hingga kemudian ayat ini turun secara utuh"

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ۝١

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,"

Menanggapi peristiwa ini para ulama berpendapat ayat tersebut memiliki korelasi ayat (Hubungan antar ayat) dalam Al-Qur'an seperti hanya dalam surah Al-Fatihah ayat pertama yaitu kalimat Basmalah.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,"

Yang mana dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan maksudnya adalah saya memulai membaca Basmalah dalam (al-Fatihah) ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya.

Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Inilah yang kemudian menjadi salah satu dasar kalimat basmalah masuk kedalam permulaan ayat dalam surah Al- Fatihah. Inilah yang kemudian mendadikan kalimat basmalah memiliki tempat dan kedudukan yang sangat agung dan mulia.

Inilah yang kemudian dianjurkan dan disunnahkan membaca basmalah dalam setiap kegiatan pekerjaan yang baik seperti halnya dalam mengawali risalah kenabian Rasulullah SAW pun membaca Basmalah terlebih dahulu.

Allah SWT memilih bulan Ramadan di antara bulan-bulan lainnya sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an yang agung sebagaimana Allah SWT menurunkan Kitab lainnya di bulan Ramadan jua. Sebagaimana Ibnu Abbas mengatakan:

"Sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan dimalam yang penuh kemulian yaitu malam Lailatul Qodar diturunkan dari Lauhil Mahfudzh secara sekaligus dan diletakan di Baitul Izzah di langit Dunia dan diturunkan kepada Nabi Muhamad secara berangsur-angsur dalam bulan dan hari yang berbeda beda,"

Hal ini merupakan keistimewaan Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk untuk hamba-hambanya yang beriman, yang membenarkan dan mengikutinya. Disamping itu pada bulan Ramadan inilah orang yang beriman diperintahkan untuk melaksanakan ibadah Puasa . Sebagaimana Firman Allah SWT:

"Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,"

Hukum wajib ini merupakan suatu keharusan sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah Ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Setelah puasa tuntas ketetapannya, maka disebutkan kembali keringanan bagi orang orang yang uzur diantaranya adalah orang sakit dan bepergian keduanya diperbolehkan berpuasa dengan syarat kelak harus mengqadhanya di hari hari yang lain.

Pembaca yang dimuliakan Allah. Jadikan diri kita menjadi mulia disisi Allah SWT dengan mengerjakan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan bertadarus Al-Qur'an. Memperbaiki diri dengan terus meningkatkan Kualitas dan Kuantitas ibadah kita dihadapan Allah. Meningkatkan dan mengerjakan kebaikan. Jadilah orang orang yang senantiasa dirindukan oleh penduduk langit dengan mentadaburi Al-Qur'an.

(Asep Purnawan, Ketua PAC. GP Ansor Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi)

Contoh 6 Kultum Ramadhan

Judul: Keutamaan Berbagi di Bulan Suci

Dalam salah satu Hadis Rasulullah SAW menyebut bulan Ramadan sebagai bulan santunan. Hal ini memberikan arti bahwa bulan Ramadan harus kita jadikan momentum untuk lebih meningkatkan lagi nilai-nilai kebersamaan, nilai-nilai kemanusiaan dan juga kepedulian sosial kita.

Allah SWT memberikan apresiasi yang sangat besar bagi mereka yang memperhatikan kondisi ekonomi masyarakat sekitarnya. Di Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 92 Allah SWT berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ۝٩٢

Artinya: "Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya,"

Dalam hal ini Rasulullah SAW sudah memberikan contoh kepada kita, bagaimana kita tahu Rasulullah adalah orang yang sangat dermawan terutama setiap kali memasuki bulan Ramadan. Dalam salah satu riwayat, Ibnu Abbas pernah mengatakan bahwa, "Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat dermawan kepada orang lain dan menjadi sosok yang lebih dermawan lagi ketika memasuki bulan Ramadan,"

Oleh karena itu, mari di bulan Ramadan ini kita meningkatkan kepedulian sosial kita dengan cara kita berbag. Salah satu yang dapat kita wujud adalah dengan kita berbagi makanan untuk berbuka puasa karena ada banyak sekali keutamaan bagi mereka yang mau berbagi di bulan Ramadan.

Sebagaimana dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi bahwa Rasulullah SAW, bersabda: "Barang siapa yang memberi makan di bulan Ramadan bagi orang-orang yang berpuasa, maka baginya ampunan atas dosa-dosanya, dan dia juga akan terbebas dari api neraka, dan dia juga akan mendapatkan pahala yang serupa dari orang yang berpuasa yang dia beri makan untuk berbukanya,"

Dari sini kita dapat melihat ada tiga keutamaan bagi mereka yang berbagi di bulan Ramadan yakni pertama, Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Kedua, dia akan terbebas dari siksa api neraka. Ketiga, dia akan mendapatkan limpahan pahala dan rahmat dari Allah SWT.

Ketika mendengar itu ada sahabat kemudian bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah bagaimana bahwa kami semuanya mampu untuk berbagi buka puasa, kami tidak semuanya mampu untuk menyediakan makanan buka puasa bagi orang lain?" maka Rasul kemudian menjawab, "Allah memberikan pahala ini mereka yang memberi sesuatu untuk berbuka meskipun hanya dengan segelas susu atau mungkin hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air,"

Jadi yang terpenting adalah bagaimana kita ada rasa peduli terhadap sesama yang kita wujudkan dengan memberikan sesuatu untuk berbuka puasa bagi orang lain, terutama bagi mereka-mereka yang kesulitan dan membutuhkan sesuai dengan kemampuan kita. Semoga ada manfaatnya, wallahu a'lam.

Contoh 7 Kultum Ramadhan

Judul: Spirit Ramadhan Bagi Orang yang Beriman

Bulan Ramadhan merupakan bulan rahmat dan ampunan dari Allah SWT barang siapa yang meminta ampunan maka Allah SWT akan mengampuni dosa dosanya. Bulan Ramadhan tidak akan terasa berat dijalani apabila dalam iman di hatinya sangat kuat.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al- Baqarah ayat 183

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

Lantas pertanyaannya adalah siapakah yang disebut orang beriman? Dalam hal ini Nabi Saw pernah bersabda:

"Rasulullah menjawab, "Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulnya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk," (HR. Muslim).

Disamping itu dirasa penting mengetahui ciri-ciri orang beriman sebagaimana syekh Nawawi mengatakan ciri orang beriman terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 1-5:

الۤمّۤ ۝١ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ۝٢ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ ۝٣ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ ۝٤ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۝٥

Artinya: "Alif Lām Mīm. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Ciri pertama orang beriman yang akan dengan mudahnya melaksanakan ibadah puasa dengan berbekal kecintaan kepada Allah adalah:

1. Yaitu orang Islam yang percaya tanpa keraguan terhadap Al-Qur'an bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullah dan meyakini bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa yang juga berarti sebagai rahmat sehingga mau belajar dan membaca Al-Qur'an

2. Yaitu orang Aslam yang percaya kepada hal Ghaib dan membenarkannya seperti kebenaran tentang adanya surga, adanya neraka, jembatan sirath, hari petimbangan amal manusia yaumul mizan, dsb. Sehingga mereka berupaya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya

3. Mereka yang beriman dengan hatinya bukan hanya dengan mulutnya sehingga tulus ikhlas dalam menjalankannya

4. Mereka yang mau mengerjakan shalat yang berarti menyempurnakan salat lima waktu dengan syarat, rukun dan sunah sunahnya

5. Mereka yang mau menafkahkan sebagian rezekinya, sebagian harta bendanya kepada orang orang yang berhak menerimanya

6. Yaitu orang orang yang percaya kepada kitab kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an (Injil, Zabur, Taurat serta suhuf-suhuf) sebagaimana puasa pun telah diwajibkan kepada orang orang terdahulu.

7. Mereka yang percaya akan adanya kehidupan akhirat dan juga membenarkan segala sesuatu tentang akhirat, adanya kebangkitan alam kubur sesudah kematian, perhitungan amal Yaumul hisab, nikmat dan siksa kubur dan kenikmatan surga.

8. dan mereka yang mau membuka pintu hidayah sehingga mau menerima petunjuk dari Allah SWT dan merkalah orang orang yang beruntung, selamat dari murka dan siksa Allah SWT.

Dengan menilik ciri ciri keimanan seseorang tersebut maka Imam Al-Ghazali Hujjatul Islam mengatakan puasa orang yang sempurna yaitu mereka yang menjalankan ibadah puasa atas dasar keimanan dan kecintaan kepada Allah Swt dan Kecintaan kepada Rasulullah SAW sehingga mereka tidak berat mengerjakannya, bertambah amal kebaikannya, meningkat ibadahnya, memperbanyak melaksanakan shalat sunnah, membantu orang lain, tadarus Al-Qur'an sehingga mereka yang menjalankannya kembali kepada kesucian. Dan ganjaran yang akan mereka dapatkan adalah ketaqwaan dan kemuliaan.

Sebagaimana Firman Allah SWT:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ ۝٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ

Artinya: "Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya," (QS. At-Thalaq: 2-3).

Oleh karena itu mari jadikan Ramadan sebagai sarana penghapusan dosa, mari jadikan Ramadan sebagai bulan penghambaan kepada Allah SWT agar kita menjadi hamba hamba yang dikasihi dan disayangi olehnya.

(Asep Purnawan, Ketua GP Ansor Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi)

Contoh 8 Kultum Ramadhan

Judul: Kunci Mengatasi Hambatan Bersedekah

Bagi orang yang belum gemar bersedekah alias belum merasakan manisnya bersedekah, kayaknya berat sekali untuk menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu orang lain yang kesusahan, baik itu orang kaya ataupun orang miskin.

Mereka seringkali terlalu berpikir rasional, bahkan cenderung terlalu perhitungan soal untung dan rugi jika ingin mengeluarkan hartanya. Padahal balasan sedekah itu tidak bisa diprediksi kapan dan dari mana sumbernya. Jadi diperlukan keyakinan akan kebenaran janji-janji Allah kepada siapa saja yang bersedekah.

Selain itu pengaruh kehidupan hedonisme juga bisa membuat seseorang bersikap egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Sebab itu, ada ungkapan "Untuk apa mementingkan orang lain, mendingan pentingkan diri sendiri dulu." Ditambah lagi dengan hembusan hoax dari setan bahwa sedekah itu bisa mendatangkan kemiskinan atau kekurangan. Padahal tidak ada ceritanya orang yang bersedekah itu kekurangan.

Di samping itu menaruh kepedulian terhadap orang yang kesusahan itu, bukan berarti harus menomorduakan kebutuhan keluarga sendiri. Tapi di sini kita belajar untuk merasa cukup (istighna'). menganggap rezeki yang ada sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga, serta menyadari di dalam rezeki itu tersimpan bagian untuk fakir miskin yang mesti ditunaikan.

Rasulullah saw pernah menjelaskan, bahwa barangsiapa yang merasa cukup (kaya), maka akan benar-benar diperkaya oleh Allah (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam sejarah Islam tercatat pula bahwasanya para sahabat yang miskin itu sangat banyak, namun mereka memiliki mental kaya tidak mau meminta-minta, bahkan merasa cukup, sehingga mereka rela menyisihkan sebagian besar rezekinya untuk menolong orang lain.

Adapun penyebab masih sulit atau beratnya sebagian orang untuk bersedekah, antara lain karena mereka belum mengetahui ilmu bersedekah, apa saja keutamaan dan manfaatnya di dunia dan akhirat, bagaimana indahnya balasan Allah kepada orang-orang yang bersedekah, terutama memahami bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan bersedekah. Berikut ini dijelaskan beberapa langkah jitu agar mudah dan ringan dalam bersedekah:

Pertama, jangan takut kurang. Jika takut kurang, pasti bakal kurang. Sama halnya jika takut bacaan sholatnya salah, pasti bakal salah. Jika menyetir kendaraan takut nabrak, tentu pasti nabrak, dan seterusnya.

Kedua, Harus dipaksakan. Ibadah apa pun jika tidak paksakan, tidak akan terlaksana. Sholat, puasa baik fardhu maupun sunnah, silaturahmi, mengaji, menjenguk orang sakit dan lain-lain tidak akan jalan jika tidak dipaksakan. Begitu juga sedekah.

Jangan berlindung dengan semboyan "gak apa-apa sedikit juga, yang penting ikhlas." kata Mas Mono, itu bahasa muncul dari orang yang pelit. Yang benar adalah "gak apa-apa besar juga, yang penting ikhlas." Dan ikhlas itu awalnya harus dipaksakan. Dulu waktu kecil kita dipaksa untuk salat oleh orangtua. Setelah dewasa, kita menjadi ikhlas mengerjakannya karena sudah terbiasa.

Ketiga, jangan ditunda-tunda. Karena setan akan cepat menggoda kita dengan berbagai cara untuk membatalkan rencana mulia tersebut.

Keempat, Menanam kepercayaan bahwa dengan sering menolong orang lain, maka apabila suatu saat menemui kesulitan apa saja, kita pasti akan cepat ditolong Allah melalui hamba-hamba-Nya yang saleh dan tulus. Bila kita memudahkan urusan orang lain, niscaya segala urusan kita pun akan dipermudah oleh Yang Maha Kuasa. Ingatlah selalu pesan alQur'an:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ، وَاِنْ أَسَئْتُمْ فَلَهَا

Artinya: "Jika kamu berbuat baik kepada orang lain, sama saja kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Tapi jika kamu berbuat jahat kepada orang lain, maka kerugiannya akan menimpa dirimu sendiri,"(Q.S.al-Isra': 7).

Pertama, Alihkan dana untuk haji dan umroh sunnah, plesiran ke luar negeri atau dalam negeri untuk membantu orang lain yang kesulitan dalam biaya pendidikan lewat program orang tua asuh, menunjang pengembangan ilmu dan dakwah pesantren atau madrasah diniyyah, menyantuni fakir miskin,dan kepedulian sosial lain yang jauh lebih penting dan wajib.

Selain itu juga manfaatnya lebih terasa bagi masyarakat luas, serta amalnya yang pasti mengalir abadi ke liang kubur, ketimbang ibadah haji dan umrah sunnah, atau plesiran (traveling) yang manfaatnya hanya bersifat pribadi.

(6). Yakin, yakin, dan yakin akan janji-janji Allah dan Rasul-Nya atas berbagai balasan yang luar biasa kepada para pemberi sedekah baik di dunia maupun di akhirat. Antara lain: dapat rezeki berlimpah dan berkah (HR Al-Baihaqy), disembuhkan dari segala penyakit (HR Ad-Dailami), terhindar dari semua bala'/musibah (H.R.at-Thabrany), panjang umur (HR At-Tarmidzy dan Al-Hakim), doa2 nya mustajab (HR Ali bin Abi Thalib), bisa merubah akhlaq yang buruk(anak nakal/istri durhaka dsb) (HR Al-Bukhari), mempermudah segala urusan (QS Al-Lail: 5-7), dan terkabulnya segala hajat/keinginan (QS Fathir : 10).

Adapun di akhirat ia akan diselamatkan dari panasnya alam kubur dan adzab api neraka (HR.at-Thabrany), dilindungi ALLAH dari panasnya padang Mahsyar(HR Al-Bukhary dan Muslim), menjadi orang yang pertama kali masuk surga (HR At-Thabrany) dan selalu dirindukan surga (HR At-Tirmidzi). Wallahu a'lam bish shawab. Semoga bermanfaat.

(Cep Herry Syarifuddin, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrahim Mekarsari, Cileungsi Bogor)

Itulah beberapa contoh kultum Ramadhan yang singkat dan penuh makna, tersedia berbagai judul serta tema. Semoga bermanfaat.




(dai/dai)


Hide Ads