Warga Muslim Toraja Jawab MUI soal Ritual Rambu Solo: Ini Kearifan Lokal

Warga Muslim Toraja Jawab MUI soal Ritual Rambu Solo: Ini Kearifan Lokal

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Senin, 13 Jun 2022 18:22 WIB
Suasana rambu solo warga muslim di Toraja
Warga muslim Toraja menggelar ritual adat Rambu Solo (Foto: Rachmat Ariadi/detikSulsel)
Tana Toraja -

Warga muslim di Kelurahan Tarongko, Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menggelar ritual Rambu Solo menilai Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak paham dengan kearifan lokal Toraja sehingga mengecam ritual yang digelar. Ritual yang dilakukan juga diklaim tidak bertentangan dengan syariat Islam.

"Saya kira MUI tidak tau Ma'Badong, mereka selama ini menganggap Ma'Badong itu sebagai ritual nonmuslim, padahal ini kegiatan budaya kearifan lokal dan tidak ada hubungannya dengan agama. Islam boleh lakukan, Kristen, dan Hindu bisa," kata anak almarhum Ahmad Dalle Salubi, Muhammad Ali kepada detikSulsel, Senin (13/6/2022)

Ali menduga MUI tidak paham dan kurang mengerti adat istiadat Toraja sehingga melarang ritual yang dilakukan. Seperti Ma'Badong yang dituding meniru agama lain. Padahal tidak ada kaitan Ma'Badong dengan agama. Ritual ini untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari segi mananya dilarang. Acara adat ini tidak ada hubungannya dengan agama. Kami berkesimpulan dimana bumi dipijak di situ langit harus kita junjung. Lebih tidak relevan lagi kalau kita tinggal di Toraja tapi pakai adat Bugis atau Jawa," jelasnya.

Sementara keberadaan Tau-tau atau patung yang menyerupai almarhum itu disebutnya hanya sebagai simbol saja. Ali mengungkapkan, keluarganya sudah dianggap sebagai bangsawan. Sehingga keberadaan Tau-tau dinilai sangat penting untuk kelengkapan ritual dan budaya.

ADVERTISEMENT

"Itu (Tau-tau) aksesoris, karena ini kegiatan keluarga bangsawan. Tidak lengkap budaya ini kalau tidak ada Tau-taunya. Habib Quraish Shihab kan pernah bilang selama itu tidak disembah tidak masalah. Saya berani mengambil keputusan itu," ungkapnya.

Dia juga menambahkan, sebelum pihak keluarga memutuskan melaksanakan acara Rambu Solo, dirinya sudah melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat, dan adat. Jadi prosesnya tidak begitu saja dilakukan.

"Sebelumnya kita sudah lakukan musyawarah dengan tokoh adat. Kita tidak melakukan kalau tidak ada pertimbangan mereka, karena tokoh adat yang layani kami. Kalau tokoh agama, ini kan kontroversial, ada yang mendukung ada yang tidak. Saya tidak tau apakah ada tendensi lain," cetus Ali

Meski acara yang digelar keluarganya mendapat kecaman dari MUI Tana Toraja, Ali membeberkan, akan tetap menyelesaikan agenda ritual Rambu Solo hingga (24/6) nanti.

"Kalau masalah akidah kami sekeluarga paham. Ini budaya kok. Acara ini kami anggap ramah tamah atau silaturahmi keluarga besar kami, tidak ada melenceng dari agama ataupun ketauhidan," tegas Ali.

NU Toraja Ikut Mengecam Ritual Rambu Solo Warga Muslim

Usai MUI, giliran Nahdlatul Ulama (NU) Tana Toraja juga ikut mengecam warga muslim yang gelar ritual adat Rambu Solo di Kelurahan Tarongko, Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. NU menilai warga muslim yang mengggelar Rambu Solo sudah mencederai akidah.

"Keluarganya sudah pernah dipanggil MUI, sebagai ketua NU saya juga datang. Itu tidak bisa, jelas mencederai akidah dan jelas penyimpangan karena mengarah ke syirik," kata Ketua Pengurus Cabang NU (PCNU) Tana Toraja Ahmad Toago kepada detikSulsel, Senin (13/6).

Ahmad mengungkapkan, selama ini di Toraja memang ada warga muslim yang melaksanakan ritual untuk memperingati hari kematian biasa disebut Ma'Tambun. Tapi kata dia, itu tidak mengadakan peti yang ada di dalamnya nisan dan memajang Tau-tau.

"Sering memang masyarakat Toraja melaksanakan kegiatan peringatan hari kematian tapi hanya mengaji. Tidak ada Tau-taunya dan tidak ada peti berisi nisan. Itu sudah tidak bisa ditolerir," ungkapnya.

Larangan untuk ritual Rambu Solo itu kata Ahmad, sudah mewakili seluruh organisasi Islam di Tana Toraja seperti, NU, Muhammadiyah, dan MUI.

"Muhammadiyah pasti juga melarang, karena pada saat pihak keluarga itu diundang kan Muhammadiyah juga hadir," ujarnya.




(tau/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Hide Ads