Tokoh Adat Toraja Tak Masalah Muslim Ritual Rambu Solo: Menjaga Kebersamaan

Tokoh Adat Toraja Tak Masalah Muslim Ritual Rambu Solo: Menjaga Kebersamaan

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Selasa, 14 Jun 2022 12:45 WIB
Warga muslim Toraja menggelar ritual adat Rambu Solo
Warga muslim Toraja yang menggelar Rambu Solo (Foto: Rachmat Ariadi/detikSulsel).
Tana Toraja -

Tokoh adat Toraja angkat bicara soal kontroversi Rambu Solo yang pertama kali digelar warga muslim di Kelurahan Tangko, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Rambu Solo yang digelar warga muslim Toraja dinilai tidak perlu dipermasalahkan karena sifatnya menjaga kebersamaan.

"Hal tersebut tidak salah, karena warga muslim Toraja tetap menjaga etika sosial dan kebersamaan dalam masyarakat adat Toraja. Sepanjang tidak melanggar aturan dalam agama Islam. Kalau melanggar aturan agama yang dianut, jangan dilakukan," kata salah seorang tokoh adat Toraja Marselinus Dua Lembang kepada detikSulsel, Senin (13/6/2022).

Tokoh adat yang akrab disapa Lembang PongQinaya ini menuturkan ritual Rambu Solo untuk masyarakat Toraja beragama muslim udah dilaksanakan sejak dahulu. Namun pelaksanaannya tetap berlandaskan ajaran agama Islam yang dianut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu dengan menomor satukan aturan dalam agama yang dianut. Contoh Rambu Solo untuk muslim, pasti tidak menggunakan babi tetapi diganti dengan sapi, kerbau atau kambing," jelasnya.

Marselinus mengungkapkan, pada dasarnya adat Toraja terbuka bagi semua agama. Pasalnya kata dia, kini praktik adat Toraja didasarkan pada agama masing-masing. Misalnya dalam ritual kedukaan maupun syukuran.

ADVERTISEMENT

"Pada zaman dulu, adat Toraja semuanya berdasar pada Aluk Todolo sebagai satu-satunya kepercayaan masyarakat Toraja. Ada prinsip kita 'Aluk Sipori Kale, Ada' Sipori Padang', artinya agama adalah hal yang bersifat pribadi dan adat mengatur hubungan sosial kemasyarakatan dalam satu wilayah adat," jelasnya.

Kendati demikian, jika ada agama yang melarang untuk melaksanakan ritual Rambu Solo atau adat Toraja lainnya, dirinya tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Kalau ada juga agama yang melarang sama sekali untuk melaksanakan ritus-ritus Rambu Solo, itu bukan suatu masalah dalam masyarakat Toraja," tutupnya.

Warga muslim Toraja yang menggelar Rambu Solo untuk pertama kali diketahui mendapat kecaman Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tana Toraja. Juga Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tana Toraja juga ikut melarang karena ritual ini dinilai menyimpang dari ajaran Islam karena mengarah ke syirik.

"Iya. Sudah (kita larang). Ada patung (di acara) berarti sudah mengarah ke syirik," ungkap Ketua Pengurus Cabang NU (PCNU) Tana Toraja Ahmad Toago kepada detikSulsel, Senin (13/6/2022).

Ahmad menuturkan selama ini memang ada kegiatan warga muslim memperingati kematian yang disebut Ma'Tambun. Ini juga dilakukan warga NU. Namun ini jauh berbeda dengan ritual Rambu Solo yang dilakukan warga di Kelurahan Tangko.

"Karena ada patung, ada batu nisan, ada peti. Itu kan sangat bertentangan sekali dengan ajaran Islam. Makanya tidak bisa ditolerir itu. Makanya saya sudah imbau semua warga NU jangan ada ikut (hadiri) acara itu," tuturnya.




(tau/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Hide Ads