Pakar Geologi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Adi Maulana memberikan penjelasan terkait fenomena tanah retak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dia menyebut lokasi terjadinya retakan tanah merupakan jalur patahan yang aktif yang disebut sesar Walanae.
"Jalur di daerah Pinrang, utamanya perbatasan dengan Enrekang itu masuk bagian yang terpengaruh adanya patahan besar aktif yang disebut dengan patahan atau sesar Walanae," ungkap Prof Adi kepada detikSulsel, Minggu (15/5/2022).
Prof Adi menyampaikan, retakan tanah tersebut awalnya kecil, tetapi karena intensitas hujan yang tinggi sehingga air hujan masuk ke retakan dan memperbesar dimensi dari retakan. Akibatnya retakan bisa melebar hingga 30 cm dan sepanjang 2 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu bisa sampai 2 km retakan karena masih satu jalur yang sama retakannya," jelasnya.
Dia mengaku pihaknya pernah melakukan pemetaan jalur yang dilalui sesar Walanae. Memang ditemukan bahwa Kabupaten Pinrang merupakan daerah yang berpotensi terkena dampak sebab masuk jalur sesar Walanae.
"Kalau masih ingat, pernah ada gempa tahun 1997 di Pinrang yang terasa sampai Makassar. Itu masih rentetan dari patahan sesar Walanae," tegasnya.
Oleh sebab itu ia menyarankan agar dapat segera mungkin dilakukan tindakan pencegahan terhadap retakan yang sudah ada. Caranya dengan melakukan penimbunan material.
"Ditimbun rekahan tanah itu agar jangan membesar saat hujan datang. Bisa juga membuat alur air. Kalau hujan masuk ke rekahan maka tanah akan berat dan bisa terjadi longsor," imbuhnya.
Ia pun meminta perlunya mitigasi segera dilakukan. Melihat sejauh mana retakan tersebut dan potensi dampaknya. Termasuk memastikan apakah masyarakat aman untuk bermukim atau sudah harus dipindahkan secara permanen.
"Itu tadi saya bilang, perlu ada pemetaan atau mitigasi. Kalau ditutupi material itu hanya sementara, jika ternyata rekahan sangat parah, maka perlu dipikirkan untuk warga dipindahkan secara permanen," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, tanah retak sepanjang 2 kilometer dengan kedalaman hingga 1 meter terjadi di Kampung Ratte, Desa Suppirang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Akibatnya, 80 kepala keluarga (KK) kini sementara dievakuasi.
"Tadi pagi saya ke lokasi. Terjadi pergeseran (retak) tanah di satu kampung di Desa Suppirang. Kondisi sudah sangat parah. Kami sementara evakuasi semua warga di situ," ujar Camat Lembang, Muh Yusuf Nur kepada detikSulsel, Selasa (10/5).
Yusuf menjelaskan kondisi retakan tanah mencapai sepanjang 2 km dengan lebar hingga 30 cm dan kedalaman 1 meter. Retakan tanah sampai ke kolong rumah panggung milik warga serta satu bangunan sekolah dasar.
"Sudah zona merah. Banyak rumah warga terdampak, makanya harus segera dievakuasi supaya tidak ada korban jiwa," paparnya.
(hmw/asm)