'Jawet Niang', begitu sebutan yang melekat di telinga masyarakat Palangka Raya, Kalimantan Tengah ketika merekomendasikan kerajinan tangan lokal dari rotan. Di gerai Jawet Niang inilah, kita bisa berbelanja sekaligus belajar menjawet.
Menjawet merupakan bahasa dari Dayak Ngaju, yang artinya menganyam. Niang (46) sudah menggeluti profesi sebagai penjawet rotan sejak tahun 2015. Kini, untuk pertama kalinya ia membuka pelatihan menjawet melalui 'Betang LPK Jawet Niang'.
Menurut Niang, kegiatan menjawet bisa dibilang gampang tetapi terkadang juga bisa susah. Tergantung dari individu yang ingin menekuninya.
"Sebenarnya menjawet itu gampang-gampang susah. Tergantung sabar atau ndak, kalau sabar ulet hasilnya pasti akan bagus," ujarnya Sabtu (4/10/2025) di hadapan peserta yang antusias belajar menjawet.
Proses Menjawet
Niang menjelaskan hal pertama yang harus dilakukan untuk menjawet rotan adalah memilih bahan rotan yang pas. Niang menyarankan agar mencari kayu rotan yang berwarna kuning.
"Kalau hijau itu sudah terlalu tua, kondisi rotannya itu sudah terlalu alot untuk kita proses," jelasnya.
Setelah itu, rotan akan dibersihkan dari kulit arinya. Tekniknya bermacam-macam salah satunya dengan dipelintir berulang-ulang hingga kulit arinya terlepas. Setelah itu rotan akan dijemur sebentar.
"Karena kalau terlalu lama penjemurannya, itu bikin rotannya terlalu kering," ujarnya.
Kemudian proses yang kedua adalah 'Ngelingking', yakni bertujuan untuk menghaluskan dan meratakan tekstur dari kayu rotan tersebut.
"Kita lihat kalau sudah rata, sudah halus berarti pengerjaan ngelingkingnya sudah maksimal," jelasnya.
Proses selanjutnya yakni pembelahan rotan atau dalam bahasa dayak disebut
'Menyila uwei'. Rotan kemudian dibelah-belah hingga menjadi beberapa bagian.
"Proses pembelahan ini menyesuaikan diameter dari rotannya. Bisa dibelah menjadi 6 atau 8 sampai 16 lembar," ujarnya.
Kemudian, Niang menjelaskan proses selanjutnya adalah 'menjangat', yakni mengurangi ketebalan rotan atau biasa disebut 'menjangat usuk' dan meratakan lebar dari lembaran yang diinginkan melalui teknik 'menjangat belikat'. Tekniknya menggunakan sebuah alat, biasanya ukuran lebarnya sekitar 1,5 hingga 2 mm.
"Kalau setelah dibelah masih keras, masih tebal bentuknya. Jadi perlu diproses lagi dengan proses menjangat. Nanti bisa diulangi hingga benar-benar pas," ujarnya.
Proses terakhir yakni proses 'mikis', sebagai proses penipisan yang paling akhir. Sehingga anyaman yang dibuat nantinya menjadi lebih bagus dan lebih rapi.
"Biasanya kita menggunakan pisau, kalau orang dulu itu menggunakan langge. Langge itu pisau yang ukuran kecil," terangnya.
Tips Menjawet
Niang juga memberikan tips untuk memastikan rotan tersebut sudah pas untuk digunakan. Rotan yang sudah terbelah-belah dan melalui beberapa proses penghalusan tadi digantung menggunakan satu jari.
"Kita liat selembar rotan ini (digantung menggunakan satu jari) kalau posisi ujung kanan dan ujung kiri sudah ketemu, itu berarti tingkat ketipisannya sudah maksimal," tegasnya.
Kemudian, sebelum rotan benar-benar dipakai menjawet, Niang menyarankan untuk melakukan proses pemilahan dan pewarnaan terlebih dahulu. Hal ini penting untuk membuat motif nantinya.
Rotan-rotan yang warnanya bagus dan rata akan dipakai untuk bagian warna putih, sedangkan rotan yang warnanya tidak rata akan diwarnai menjadi warna hitam atau merah.
"Karena mengingat rotan ini kan tidak semua lembarannnya bagus, jadi harus kita pilah mana rotan yang warnanya sudah bagus nanti kita pakai untuk rotan warna putih. Dan yang lainnya nanti bisa diubah untuk warna hitam atau merah," jelasnya.
Simak Video "Mendikdasmen Apresiasi Digitalisasi Pembelajaran di SMK 3 Palangkaraya"
(bai/bai)