Kabupaten Cirebon terus menunjukkan geliat ekonominya lewat berbagai industri unggulan yang telah menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat. Dari kerajinan rotan yang telah mendunia hingga industri makanan ringan yang kian berkembang pesat, sektor-sektor ini tidak hanya mengangkat citra daerah, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi puluhan ribu warga di pesisir utara Jawa Barat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon, periode 2020-2024 mencatat tren positif pada sebagian besar industri unggulan. Industri kerajinan rotan, misalnya, tumbuh dari 1.480 unit usaha pada 2020 menjadi 1.519 unit di 2024. Industri mebel kayu juga mengalami kenaikan dari 1.407 menjadi 1.437 perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang paling mencolok adalah lonjakan pada industri roti dan makanan ringan, yang meningkat dari 886 perusahaan pada 2020 menjadi 1.450 pada 2024. Sementara itu, industri konveksi naik dari 678 menjadi 701 unit, dan industri batik dari 595 menjadi 597 unit. Hanya industri batu alam yang mengalami penurunan, dari 347 unit pada 2020 menjadi 271 unit di 2024.
Pertumbuhan industri ini berbanding lurus dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Industri kerajinan rotan misalnya, berhasil menyerap 66.681 pekerja pada 2024, naik dari 62.826 pada 2020. Industri mebel kayu mempekerjakan 12.534 orang, meningkat dari 11.809 orang.
Lompatan terbesar kembali terlihat pada industri roti dan makanan ringan, yang tenaga kerjanya melonjak dari 12.085 menjadi 20.671 orang. Industri konveksi pun naik signifikan, dari 13.530 menjadi 14.873 pekerja. Di sisi lain, industri batu alam mengalami penurunan jumlah pekerja, dari 2.072 menjadi 1.982 orang.
Kucuran investasi di sektor industri Cirebon juga meningkat. Pada 2024, industri kerajinan rotan mencatat investasi sebesar Rp353,75 juta, naik dari Rp333,30 juta pada 2020. Industri mebel kayu tumbuh dari Rp72,59 juta menjadi Rp76,29 juta, sedangkan industri roti dan makanan ringan melesat dari Rp27,14 juta menjadi Rp42,60 juta.
Industri konveksi mencatat lonjakan signifikan dalam investasi, dari Rp48,46 juta pada 2020 menjadi Rp64,05 juta di 2024. Namun, industri batu alam kembali menjadi pengecualian, turun dari Rp11,92 juta menjadi Rp11,46 juta.
Kenaikan ini turut berimbas pada nilai produksi. Kerajinan rotan menghasilkan Rp2,45 miliar pada 2024, naik dari Rp2,31 miliar pada 2020. Industri konveksi bahkan mencatat lonjakan nilai produksi dari Rp42,23 juta menjadi Rp61,20 juta. Sebaliknya, batu alam kembali mengalami penurunan, dari Rp182,81 juta menjadi Rp173,20 juta.
Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Cirebon Dadang Raiman mengungkapkan, tren positif ini menjadi bukti bahwa industri unggulan daerah mampu beradaptasi di tengah perubahan pasar.
"Cirebon bukan hanya punya kerajinan rotan yang mendunia, tetapi juga sektor makanan ringan yang kini menjadi bintang baru dalam menyerap tenaga kerja," ujarnya, Selasa (12/8/2025).
Meski begitu, tantangan masih ada, khususnya pada industri batu alam yang mengalami penurunan baik dari sisi jumlah perusahaan, tenaga kerja, investasi, maupun produksi. Pemerintah daerah pun tengah menyusun strategi revitalisasi agar sektor ini kembali bersaing.
"Dengan kombinasi antara kearifan lokal dan inovasi modern, Kabupaten Cirebon berpotensi terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pusat industri kreatif dan manufaktur di Jawa Barat," pungkasnya.
(sud/sud)