Belajar Menjawet dengan Perajin Rotan di Palangka Raya

Belajar Menjawet dengan Perajin Rotan di Palangka Raya

Ayuningtias Puji Lestari - detikKalimantan
Minggu, 05 Okt 2025 04:59 WIB
Belajar menjawet rotan di Jawet Niang, Palangka Raya, Kalteng.
Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan
Palangka Raya -

'Jawet Niang', begitu sebutan yang melekat di telinga masyarakat Palangka Raya, Kalimantan Tengah ketika merekomendasikan kerajinan tangan lokal dari rotan. Di gerai Jawet Niang inilah, kita bisa berbelanja sekaligus belajar menjawet.

Menjawet merupakan bahasa dari Dayak Ngaju, yang artinya menganyam. Niang (46) sudah menggeluti profesi sebagai penjawet rotan sejak tahun 2015. Kini, untuk pertama kalinya ia membuka pelatihan menjawet melalui 'Betang LPK Jawet Niang'.

Menurut Niang, kegiatan menjawet bisa dibilang gampang tetapi terkadang juga bisa susah. Tergantung dari individu yang ingin menekuninya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya menjawet itu gampang-gampang susah. Tergantung sabar atau ndak, kalau sabar ulet hasilnya pasti akan bagus," ujarnya Sabtu (4/10/2025) di hadapan peserta yang antusias belajar menjawet.

Proses Menjawet

Niang menjelaskan hal pertama yang harus dilakukan untuk menjawet rotan adalah memilih bahan rotan yang pas. Niang menyarankan agar mencari kayu rotan yang berwarna kuning.

"Kalau hijau itu sudah terlalu tua, kondisi rotannya itu sudah terlalu alot untuk kita proses," jelasnya.

Setelah itu, rotan akan dibersihkan dari kulit arinya. Tekniknya bermacam-macam salah satunya dengan dipelintir berulang-ulang hingga kulit arinya terlepas. Setelah itu rotan akan dijemur sebentar.

"Karena kalau terlalu lama penjemurannya, itu bikin rotannya terlalu kering," ujarnya.

Kemudian proses yang kedua adalah 'Ngelingking', yakni bertujuan untuk menghaluskan dan meratakan tekstur dari kayu rotan tersebut.

"Kita lihat kalau sudah rata, sudah halus berarti pengerjaan ngelingkingnya sudah maksimal," jelasnya.

Proses selanjutnya yakni pembelahan rotan atau dalam bahasa dayak disebut
'Menyila uwei'. Rotan kemudian dibelah-belah hingga menjadi beberapa bagian.

"Proses pembelahan ini menyesuaikan diameter dari rotannya. Bisa dibelah menjadi 6 atau 8 sampai 16 lembar," ujarnya.

Belajar menjawet rotan di Jawet Niang, Palangka Raya, Kalteng.Belajar menjawet rotan di Jawet Niang, Palangka Raya, Kalteng. Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan

Kemudian, Niang menjelaskan proses selanjutnya adalah 'menjangat', yakni mengurangi ketebalan rotan atau biasa disebut 'menjangat usuk' dan meratakan lebar dari lembaran yang diinginkan melalui teknik 'menjangat belikat'. Tekniknya menggunakan sebuah alat, biasanya ukuran lebarnya sekitar 1,5 hingga 2 mm.

"Kalau setelah dibelah masih keras, masih tebal bentuknya. Jadi perlu diproses lagi dengan proses menjangat. Nanti bisa diulangi hingga benar-benar pas," ujarnya.

Proses terakhir yakni proses 'mikis', sebagai proses penipisan yang paling akhir. Sehingga anyaman yang dibuat nantinya menjadi lebih bagus dan lebih rapi.

"Biasanya kita menggunakan pisau, kalau orang dulu itu menggunakan langge. Langge itu pisau yang ukuran kecil," terangnya.

Tips Menjawet

Niang juga memberikan tips untuk memastikan rotan tersebut sudah pas untuk digunakan. Rotan yang sudah terbelah-belah dan melalui beberapa proses penghalusan tadi digantung menggunakan satu jari.

"Kita liat selembar rotan ini (digantung menggunakan satu jari) kalau posisi ujung kanan dan ujung kiri sudah ketemu, itu berarti tingkat ketipisannya sudah maksimal," tegasnya.

Kemudian, sebelum rotan benar-benar dipakai menjawet, Niang menyarankan untuk melakukan proses pemilahan dan pewarnaan terlebih dahulu. Hal ini penting untuk membuat motif nantinya.

Rotan-rotan yang warnanya bagus dan rata akan dipakai untuk bagian warna putih, sedangkan rotan yang warnanya tidak rata akan diwarnai menjadi warna hitam atau merah.

"Karena mengingat rotan ini kan tidak semua lembarannnya bagus, jadi harus kita pilah mana rotan yang warnanya sudah bagus nanti kita pakai untuk rotan warna putih. Dan yang lainnya nanti bisa diubah untuk warna hitam atau merah," jelasnya.

Gunakan Pewarna Alami

Niang menjelaskan bahwa bahan pewarna yang digunakan dipastikan ramah lingkungan, karena ia menggunakan bahan-bahan alami dari dedaunan. Nantinya daun-daun tersebut dicincang dan direbus sampai warnanya keluar.

"Pewarnaan ini tidak menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan-bahan dari alam. Seperti menggunakan daun tapanggang, ada juga namanya daun kalabuau. Daun-daun itu bisa kita temui didaerah pinggir sungai," ujarnya.

Sebelum diwarnai, rotan akan direndam kedalam lumpur selama 1 hari 1 malam. Tujuannya agar hasil pewarnaannya lebih merekat dan tahan lama. Kemudian rotan akan direndam kedalam bahan pewarna antara 2 hingga 3 hari.

"Rotan ini keras, jadi warnanya susah masuk. Makanya kita rendam dulu ke lumpur selama satu hari satu malam," terangnya.

Setelah proses penyiapan bahan selesai. Rotan baru kemudian dapat dijawet (dianyam). Proses yang pertama adalah 'mematuk' yakni menyusun rotan sehingga menjadi lembaran-lembaran.

Belajar menjawet rotan di Jawet Niang, Palangka Raya, Kalteng.Kerajinan rotan di Jawet Niang, Palangka Raya, Kalteng. Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan

Motif Dasar

Dalam pelatihan kali itu, Niang mengajarkan dasar-dasar menjawet. Motif yang diajarkan kali ini adalah motif tambuhing, sebagai motif dasar untuk pembelajaran di awal. Niang begitu semangat mengajarkan ilmunya kepada peserta.

"Susun dulu di jari telunjuk sebanyak 7 lembar yang warna hitam," ujar Niang kepada peserta.

Melalui kegiatan tersebut Niang berharap agar anak-anak muda dapat melestarikan warisan budaya suku Dayak di Kalimantan Tengah. Kegiatan tersebut diikuti oleh 35 peserta dari beberapa kalangan yakni mahasiswa, pelajar dan umum.

"Harapan saya anak-anak muda yang awalnya tidak tau atau tidak mengenal apa itu menjawet, setidaknya melalui kegiatan ini mereka menjadi tau apa itu menjawet rotan dan setidaknya teknik awalnya. Mereka bisa mengenal yang namanya rotan, karena tidak semua anak muda di Kalimantan Tengah ini tau tentang rotan," harapnya.

Yulia (26), peserta dari kalangan umum ini mengaku antusias mengikuti kegiatan tersebut. Ia merasa penasaran cara membuat anyaman dari bahan rotan.

"Aku ingin menambah wawasan dan juga ingin tau cara menjawet pakai rotan. Sebelumnya belum pernah menjawet rotan," pungkas Yulia.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Mendikdasmen Apresiasi Digitalisasi Pembelajaran di SMK 3 Palangkaraya"
[Gambas:Video 20detik]
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads